x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kublai Khan Terbunuh di Jawa

Novel Ranggalawe yang memberitakan bahwa Kublai Khan terbunuh di Jawa dan Gajahmada adalah anak dari Ranggalawe.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Ranggalawe Sang Penakluk Mongol

Penulis: Makinuddin Samin

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Javanica

Tebal: 503

ISBN: 978-602-6799-30-2

 

Ada dua hal kontroversial dalam novel ini. Pertama adalah kisah bahwa Kublai Khan terbunuh di Jawa (hal 345) dan Gajah Mada adalah anak Ranggalawe dari Tribhuwaneswari, putri Kertanegara (hal. 378). Namun yang menarik bagi saya adalah pesan utama novel ini, yaitu janganlah mengejar kekuasaan hanya karena ingin melestarikan kekuasaan kelompok.

 

Kehebatan sebuah novel sejarah adalah pada riset, balutan cerita dan intepretasi kisah masa lalu terhadap masa kini. Novel Ranggalawe karya Makinuddin Samin ini kuat dalam tiga hal tersebut di atas. Detail-detail fakta sejarah - atau hal yang sudah dianggap fakta sejarah, dikumpulkan untuk membuat alur cerita besarnya. Bukan saja informasi-informasi yang sudah dianggap sebagai fakta, Makinuddin juga mengumpulkan berbagai informasi yang masih didiskusikan oleh para ahli sejarah. Bahkan fakta-fakta yang mengundang kesimpulan yang bersifat spekulasi.

Kesesuaian kejadian-kejadian yang ada dalam novel ini menunjukkan bahwa Makinuddin memahami detail tata pemerintahan – termasuk jabatan-jabatan yang ada dan kepangkatan, budaya dan suasana kota/desa. Makinuddin juga memasukkan nama-nama tempat yang dipakai pada jaman Ranggalawe dan memberi padanannya pada masa sekarang. Banyak tempat yang sudah berubah namanya. Hanya ketekunanlah yang memungkinkan Makinuddin mengidentifikasi nama-nama desa/tempat pada masa itu dengan nama-nama yang dipakai pada saat ini.

Sayang sekali Makinuddin kurang menggali kuliner yang ada saat itu, sehingga novel ini agak kering dalam hal membahas kuliner. Hanya tuak saja yang sering dipakai oleh Makinuddin dalam menyajikan kuliner masa Ranggalawe. Kediri, Tuban dan wilayah-wilayah kekuasaan Kertanegara saat itu sudah berhubungan dengan Persia, India dan China yang kaya akan kuliner. Saya yakin kuliner jaman Kertanegara dan masa Ranggalawe juga sangat menarik. Eksplorasi kuliner ini bisa dipakai untuk menunjukkan seberapa dekat hubungan antarnegara tersebut. Kuliner manca yang diadopsi oleh masyarakat tertentu menunjukkan kedekatan negara manca tersebut dengan komunitas yang mengadopsinya.

Tak bisa dipungkiri, dalam diskusi sejarah, seringkali potongan-potongan fakta diintepretasikan. Fakta bahwa jenasah Kublai Khan tidak diperlakukan sebagaimana seorang raja besar, membuat pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi? Jelas bahwa fakta ini menantang untuk dijawab oleh para ahli sejarah. Spekulasi mengatakan bahwa ada kemungkinan Kublai Khan mati di wilayah di luar Mongol/China dalam kekalahan perang yang sangat hebat. Spekulasi semacam ini dipakai oleh Makinuddin untuk membumbui novelnya. Ia berpendapat bahwa kekalahan Dinasti Yuan dalam menyerang Jepang membuat Kublai Khan memimpin sendiri pasukannya menyerang Jawa. Kematian Kublai Khan di Jawa mungkin sangat spekulatif. Sebab saat serangan ke Singasari dilakukan, Kubilai Khan adalah seorang raja seluruh China. Sangat kecil kemungkinannya ia memimpin sendiri penyerangan sebuah negeri yang jauh di seberang lautan dengan meninggalkan tahtanya.

Pencarian tentang asal-usul Patih Gajah Mada memang menjadi tantangan banyak pihak. Semua sejarawan, baik yang profesional maupun amatir selalu tertarik untuk mengetahui asal-usul patih yang luar biasa ini. Tafsir Makinuddin ini memang sangat menantang untuk dicermati. Pertanyaannya adalah, apakah seseorang yang berhasil harus berasal dari keturunan orang besar? Tidak adakah orang biasa yang berhak menjadi hebat?

 

Hal yang lebih menarik bagi saya dari novel ini adalah intepretasi kisah Ranggalawe terhadap kondisi saat ini. Novel ini lahir pada saat Indonesia sedang bergairah melaksanakan pemilihan kepala daerah dan menjelang pemilihan presiden. Novel ini seakan mengingatkan bahwa perjuangan menaikkan seorang pemimpin harus dalam rangka mencapai sebuah cita-cita besar. Perjuangan yang hanya untuk melestarikan kepemimpinan wangsa atau trah adalah sebuah perjuangan yang sia-sia. Di awal novel (hal. 18) Makinuddin sudah menampilkan dialog yang mengukuhkan misi novel ini. “Aku tidak bisa menerima peperangan hanya karena alasan wangsa. Harus ada cita-cita yang lebih luhur dari sekedar alasan wangsa.” Demikianlah percakapan Ranggalawe dengan Raden Wijaya.

 

Di sepanjang novel Makinuddin secara konsisten membawa tema perjuangan untuk cita-cita, bukan sekedar mempertahankan kekuasaan wangsa/trah atau kelompok. Perjuangan untuk membangun bangsa yang besar. Setidaknya membuktikan bahwa perjuangan tersebut adalah bukti bahwa bangsa ini adalah bangsa besar. Perjuangan untuk mempertahankan wangsa sangat mudah terjerumus kepada pengkhianatan. Sebab perjuangan berbasis wangsa/kelompok/golongan akan membangi bangsa menjadi dua kelompok yang saling berhadapan.

Satu lagi yang ditampilkan Makinuddin dalam novel ini, yang relevan dengan kondisi bangsa saat ini adalah tentang pemimpin yang lemah. Pemimpin yang mudah mengobral janji dan kemudian bingung saat harus menepatinya. Tokoh Raden Wijaya digambarkan oleh Makinuddin sebagai tokoh yang mudah memberi janji. Sejak Perjanjian Sumenep sampai dengan pengangkatan Nambi sebagai patih Majapahit, terlihat jelas bahwa Raden Wijaya adalah seorang raja yang lemah. Raja yang terlalu mudah berjanji dan kemudian ragu untuk mempertahankan keputusannya. Raja yang lemah ini kemudian dimanfaatkan oleh bawahannya yang oportunis untuk mengambil keuntungan sendiri. Seorang peragu tidak layak menjadi pemimpin!

 

Dari sisi alur cerita, saya merasa bahwa novel ini kalah greget dibanding novel Makinuddin sebelumnya – Ahangkara. Alur dalam novel ini terlalu datar, dimana tokoh Ranggalawe menjadi pusat yang penuh dengan kebenaran. Hal ini sangat berbeda dengan kisah di Ahangkara dimana tokoh utamanya terlibat dalam pandangan-pandangan yang lebih rumit dan tidak hitam putih. Apakah perbedaan ini disebabkan karena Ranggalawe adalah tokoh terkenal, sementara dalam Ahangkara tokoh yang dipilih adalah dari orang biasa?

Satu lagi yang membuat saya kurang puas dari novel ini adalah dari jalinan cerita. Novel Ahangkara dibangun dengan jalinan kisah yang rumit dimana kejadian-kejadian dijalin sedemikian rupa melalui kisah para tokohnya. Dalam novel ini saya menemukan narasi panjang dengan meminjam mulut Jayakatwang untuk menjelaskan hubungan antara Wangsa Isana, Wangsa Sinelir dan Wangsa Rajasa. Narasi panjang semacam ini tidak saya temui dalam novel Ahangkara. Saya menduga bahwa pemaparan naratif panjang ini disebabkan penulisan novel ini dilakukan secara tergesa-gesa. Tapi bisa juga cara ini dipilih supaya novel tidak terlalu panjang. Sebab kalau kisah dari Wangsa Isana sampai dengan persaingan antara Wangsa Sinelir dan Wangsa Rajasa ini dibalut dalam kisah, bisa-bisa novel menjadi 1000 halaman.

Novel Ranggalawe ini berhasil menunjukkan bahwa bangsa yang menghuni negara Indonesia yang dulu bernama Majapahit adalah sebuah bangsa besar. Bangsa ini adalah bangsa yang cerdas dan mampu mengalahkan bangsa Mongol yang saat itu memerintah China. Seandainya bangsa ini memiliki pemimpin yang tidak hanya berjuang untuk melestarikan kepemimpinannya, tetapi benar-benar ingin mengemban tercapainya cita-cita bangsa maka bangsa ini akan menjadi bangsa besar. Jika bangsa ini memiliki pemimpin yang tidak mudah mengumbar janji tetapi tak mampu memenuhi, serta bukan pemimpin yang peragu, maka kemegahan bangsa ini akan terwujud.

Namun harus diingat, bangsa ini adalah bangsa yang mudah disulut oleh isu. Bangsa yang mudah terpecah-belah karena disulut oleh perbedaan. Kita sangat mudah mengelompokkan diri kepada sana dan atau sini. Akibatnya kita sibuk bertenggar di antara kita sendiri dan lupa bahwa kita adalah bangsa yang besar, atau setidaknya berpotensi menjadi bangsa besar.

Ayo kita wujudkan.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler