x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Mitos Selalu Menantang untuk Kita Patahkan

Para entrepreneur berusia tua memiliki success rate 70%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan pelaku usaha usia muda, yang hanya 28%

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: Still Growing, to BE Excellent after 60

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

 

Mahathir bin Mohamad, lahir 10 Juli 1925. Untuk memudahkan urusan pendaftaran sekolah, oleh ayahnya, Mohamad bin Iskandar, tanggal kelahiran ditulis 20 Desember 1925. Sekarang, memasuki usia ke 93 tahun, Mahathir Mohamad menjadi Perdana Menteri Malaysia lagi. Sebelumnya, 1981 – 2003, sebagai Perdana Menteri, Mahathir telah menjadi kepala negara terlama di Asia setelah Presiden Soeharto di Indonesia.

Jumat pekan lalu, sehari setelah pelantikannya, Mahathir langsung menentukan lima action plan secara tegas untuk membenahi Malaysia. Per hari ini, beberapa hal sudah dia eksekusi, di antaranya menentukan tiga menteri dan pembentukan tim penasihat ekonomi. Publik, utamanya di kawasan Asia dapat melihat, itu indikasi Mahathir bergerak sangat efektif dan memiliki kejelasan tujuan.

Fakta Mahathir berhasil kembali mengendalikan Malaysia dan memperlihatkan indikasi kepemimpinan yang efektif pada usia diatas 90 tahun, telah mematahkan mitos yang meyakini bahwa pada usia diatas 70 tahun seseorang mustahil dapat menjadi pemimpin efektif dan fokus, apalagi di tingkat negara. Mitos itu lumer dilumat fakta.

Barangkali publik Malaysia meyakini kepemimpinan Mahathir karena dalam salah satu video kampanyenya, ia mengatakan, disamping ingin membenahi Malaysia juga berniat mau memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Dengan kata lain, Mahathir mengakui secara terbuka, ada kekeliruan pada kepemimpinannya dulu.

Dari keberhasilan Mahathir comeback menjadi CEO Malaysia. Inc, kita dapat mempelajari minimal tiga hal mendasar dalam pengembangan kepemimpinan.

Pertama, pendapat yang mengatakan efektivitas kepemimpinan seseorang akan berkurang seirama dengan bertambahnya jumlah usia, ternyata merupakan mitos yang sepantasnya dapat dan layak untuk kita patahkan.

Pada pelantikannya saat ia menjadi PM Malaysia pertama kali, 1981, Mahathir berusia 56 tahun. Keberhasilannya diakui dunia setelah lebih dari lima tahun memimpin. Artinya, saat usia lebih dari 60 tahun Mahathir makin produktif dan efektif membangun legacy yang signifikan. Kita semua melihat, selama 22 tahun pemerintahan Mahathir, Malaysia berhasil bangkit sebagai kekuatan ekonomi dan politik di Asia secara signifikan – lepas dari urusan dalam negerinya dan kemelut selama kepemimpinannya dulu.  

Di dunia bisnis, kita juga selayaknya berani mempertanyakan kembali, kenapa banyak organisasi masih berpikir dengan pola lama, mengharuskan orang-orang berusia lebih dari 60 tahun, atau 70 tahun sekalipun, mesti berhenti dari kepengurusan aktif dan hanya boleh sebagai advisor? Apakah benar start up business selalu sukses di tangan orang-orang usia 30-an atau lebih muda lagi?

Faktanya, menurut Chartered Management Institute, sebuah organisasi pengembangan manajemen di Inggris yang sudah beroperasi selama lebih dari 60 tahun, para entrepreneur berusia tua ternyata memiliki success rate 70%. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan pelaku usaha yang lebih muda usia, yaitu 28%.

Di AS, fakta tersebut dibuktikan antara lain oleh Paul Tasner, yang mulai jadi entrepreneur saat usia 66 tahun.                                                                                                                                                                                                                                                               Beberapa hari menjelang Natal 2009, Paul Tasner, waktu itu 64 tahun, masih sebagai direktur operasi sebuah perusahaan consumer products di San Francisco. Hari itu ia diundang meeting untuk kemudian diminta berhenti. Pertemuan tersebut rupanya merupakan exit interview buat dirinya dan beberapa orang lain lagi – itu buntut krisis keuangan 2008 yang melanda dunia, utamanya AS.

Kejadian tersebut bagi Paul Tasner merupakan peluang menghidupkan dorongan hatinya untuk ikut merawat lingkungan hidup, yang menurut dia telah dirusak oleh, antara lain, kegemaran masyarakat menggunakan kemasan plastik.

Kemudian ia merintis bisnis mendisain dan memproduksi kemasan yang ramah lingkungan, biodegradable packaging, dibuat dari limbah kertas, pertanian, dan limbah tekstil. “This is called clean technology, and it felt really meaningful to me,” katanya.

Paul Tasner bermitra dengan Elena Olivari, waktu itu 40-an tahun, seorang arsitek dengan pengalaman dalam green manufacturing. Setelah melewati perjuangan mencari pendanaan dan beberapa penyesuaian model bisnis, dua tahun kemudian PulpWorks beroperasi. Paul Tasner bertindak sebagai CEO.

Sembari menghela nafas, ia mengatakan “…at the age of 66, with 40 years of experience, I became an entrepreneur for the very first time.” Sekaligus menjadi seorang idealis untuk membantu mengamankan lingkungan dari kerusakan akibat timbunan jutaan ton sampah plastik yang dipakai masyarakat AS setiap tahunnya.

Menggunakan teknologi yang selama ini dipakai untuk membuat kemasan telur, PulpWorks pada Desember 2016 memperoleh paten untuk compostable packaging, dengan disain dan warna-warna menarik.

Paul Tasner, seperti juga Mahathir Mohamad, telah sama-sama mematahkan mitos yang dianut kalangan berwawasan terbatas, yang menganggap hanya orang-orang usia muda dapat berprestasi gemilang. Kini, pada usia 73 tahun, Paul Tasner sebagai CEO PulpWorks dengan bungah menerima undangan cucunya untuk berceramah di hadapan Girl Scout tentang kemasan ramah lingkungan.

Pembelajaran kedua yang dapat kita petik dari kepemimpinan Mahathir, juga dari Paul Tasner, adalah pentingnya life purpose, clarity visi organisasi, dan upaya membangun nilai (creating value). Ini semacam kompas menentukan arah kepemimpinan organisasi bisnis, non-bisnis, dan pemerintahan.

Sebagaimana kita tahu, dulu pemerintahan Mahathir gencar memberikan bea siswa kepada pemuda dan para professional berpotensi untuk belajar ke pelbagai negara. Mereka kemudian menjadi motor kebangkitan Malaysia.

Banyak pula yang masih ingat, Mahathir pada situasi krisis keuangan 1997 – 1998 menolak mengabdi pada IMF dan lembaga-lembaga keuangan lain yang dianggap justru akan mempersulit keadaan. Malaysia terbukti berhasil tanpa IMF.

Pembelajaran ketiga dari kebangkitan kembali Mahathir adalah keberaniannya mengakui kesalahan yang sudah dia lakukan dan bersedia melakukan koreksi. Bahkan untuk itu ia bersedia bekerja sama dengan pihak-pihak yang dulu menjadi lawan politiknya. Mahathir boleh dibilang telah melakukan disruption atas pola kepemimpinan Malaysia, yang selama 60 tahun dikuasai oleh satu partai.

Bagi para eksekutif atau leaders, utamanya yang pernah sukses, mengakui kekhilafan, kekurangan di dalam kepemimpinan, memerlukan courage (keberanian lahir batin). Saat ini kita melihat Mahathir memperlihatkan punya courage, juga rendah hati, memiliki humility, berjanji memperbaiki diri.

Tiga virtues sebagaimana ditekankan dalam pengembangan kepemimpinan dengan metode Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), setelah courage dan humility, perlu discipline untuk follow up. Pada kebajikan ketiga, discipline, kita masih menunggu bagaimana Mahathir konsisten menerapkan perbaikan dan follow up kepada para stakeholder-nya.

Dari perubahan perilaku kepemimpinannya, Mahathir sepertinya didampingi coach, mitra kerja yang selalu memberikan challenge atas asumsi-asumsi yang dipercayainya selama ini. Lalu menentukan langkah baru dan eksekusi secara terukur. Didampingi coach merupakan tradisi mulia para profesional sejati dalam bidang olah raga, bisnis, kepengurusan organisasi non-bisnis, dan politik -- apalagi di tengah arus globalisasi saat ini.

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Coaching.

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(http://sccoaching.com/coach/mcholid1)  

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB