x

Iklan

Rosse Hutapea

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Instalasi Biomimicry Karya Mahasiswa Interior Desain UPH

sekelompok mahasiswa Arsitektur Universitas Pelita Harapan membuat sebuah instalasi Biomimicry, yaitu sebuah pendekatan dalam menciptakan sebuah inovasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah-tengah lingkungan yang semakin individualis, kehadiran sebuah ruang terbuka publik sangat diperlukan. Ruang terbuka menjadi penting bagi perkotaan di karenakan fungsinya yang bukan saja sebagai fungsi ekologis, mempercantik kota, menunjukan identitas suatu kota tetapi juga untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat kota (cityzen). Anggapan tersebut berangkat dari sebuah realitas bahwa masyarakat membutuhkan tempat untuk bertemu, berkomonikasi, bertukar pikiran (brainstorming), santai, saling belajar satu sama lain melakukan aktifitas individu dan aktifitas komunal. (sumber www.qureta.com )

 

Berangkat dari kebutuhan akan pentingnya ruang publik yang dapat menghilangkan kepenatan, sekelompok mahasiswa Interior Design Universitas Pelita Harapan membuat sebuah instalasi yang dinamakan biomimicry. Biomimicry adalah sebuah pendekatan untuk menciptakan sebuah inovasi  untuk mencari solusi untuk mejawab tantangan yang dihadapi manusia dengan cara meniru pola yang sudah ada dan teruji di alam. Tujuan dari biomimicri adalah untuk mecapai sebuah produk, proses dan cara-cara yang baru untuk kita hidup dan beradaptasi di bumi dalam jangka waktu yang panjang. (sumber https://geometryarchitecture.wordpress.com )

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Instalasi biomimicry ini berdimensi panjang 10m dan tinggi 2.5m, berbentuk seperti daun kering yang telungkup jatuh di tanah. Dibangun di area taman kampus UPH Lippo Village. Fokus instalasi ini adalah bagian daun yang berupa stomata, yaitu bukaan-bukaan kecil yang banyak terdapat pada bagian bawah daun, yang direalisasikan dengan bentuk bulatan-bulatan yang dibuat dari potongan batang bambu.

 

Ide instalasi biomimicry ini bertujuan untuk ‘menenangkan' publik UPH yang penat setelah beraktivitas, supaya mereka bisa meluangkan waktu untuk bernafas, melepaskan kekhawatiran mereka, dan membebaskan pikiran, serta menikmati alam lewat "stomata" pada instalasi ini. Dengan berdiri di dalam instalasi Biomimicry pengunjung dapat "bernafas", sama seperti sebuah daun yang bernafas melalui stomatanya.

 

Karya ini adalah tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah (MK) Studio Desain Integratif 2. Pada studio ini mahasiswa belajar memperdalam kemampuan abstraksi melalui beberapa media secara gambar/grafik dan model/maket. Mahasiswa yang mengambil MK ini banyak melakukan aktivitas berstudio untuk mengembangkan kemampuan tangan sebagai dasar pengetahuan dalam berbahasa desain. Mahasiswa juga memperdalam mengenai elemen, prinsip dan terminology  desain juga sebagai acuan dasar dalam membuat komposisi suatu bentuk geometri dasar dua dimensi dan tiga dimensi. Penggunaan maerial, terutama di bidang warna dan tekstur akan membantu proses eksplorasi dalam membentuk komposisi. Mahasiswa mempelajari hubungan antara bentuk dan abstraksi, bagaimana cara mengembangkan keduanya melalui proses desain sebagai alat untuk membentuk komposisi yang memiliki dasar estetis dan persepsi multi-sensori yang melibatkan seluruh indera termasuk gerak, integrasi antara hati dan pikiran. Persepsi menumbuh dan melibatkan keberadaan seluruh keberadaan manusia ini bertujuan menciptakan pengalaman ruang.

 

Instalasi biomimicry dikerjakan oleh Grace, mahasiswa Interior Desain angkatan 2017 dan 12 mahasiswa lainnya dalam satu kelompok. Pembangunan instalasi dalam waktu 1 bulan sesuai waktu yang ditetapkan dosen.  Di mulai dengan memilih dan mematangkan konsep, lalu membuat maket 1:20, proses pemotongan bambu menggunakan mesin pemotong dan juga gergaji di bengkel UPH dan membersihkannya untuk membuat "stomata". Lalu, memulai membuat struktur instalasi. Setelah itu, tahap pembuatan lantai dan terakhir, memasangkan bundar-bundar "stomata". Selain membuat instalasi, mahasiswa pun dituntut untuk membuat poster, concept board, gambar teknik dan juga sebuah video mengenai instalasi tersebut.

 

 

Menurut Grace, kesulitan dalam membuat proyek terutama dalam pembuatan struktur, karena tidak mudah untuk melengkungkan dan menyambungkan bambu utuh. Salah satu bagian yang memakan paling banyak waktu adalah memotong bambu menjadi setebal 2cm untuk membuat "stomata"nya karena instalasi ini membutuhkan banyak sekali stomata untuk menutupi keseluruhan struktur instalasi. Pemilihan material bambu juga didasarkan alasan karena memiliki

 

 

Proyek ini memberikan banyak pelajaran bagi mahasiswa. Terutama pengalaman bekerja dengan menggunakan bambu. Sebelumnya mahasiswa ini sudah melakukan study trip ke Bali untuk melihat bangunan-bangunan  yang dibuat dari bambu. Dari study trip ini mereka juga sudah belajar tentang potensi bambu sgt besar, harganya yang terjangkau, sifatnya yang dapat dibentuk, dan kekuatannya. Jadi dalam proyek ini mahasiswa ditantang untuk mengaplikasikan materi bambu pada sebuah instalasi. Dari sini mahasiswa  tidak hanya belajar untuk mendesain menggunakan bambu, tetapi juga belajar dan memahami kelebihan kekurangannya.

 

 

Selain mendapat pelajaran dari aspek akademis, mahasiswa juga belajar untuk berinteraksi dan bekerjasama, belajar banyak hal tentang rekan-rekan tim, kekurangan dan kelebihan masing-masing, juga bagaimana cara berkomunikasi dengan baik. (rh)

Ikuti tulisan menarik Rosse Hutapea lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler