x

Iklan

Dini Pratiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Upaya Mengurangi Deforestasi di Indonesia

Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang menjadikan negara beriklim tropis ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan hutan terbesar ketiga di

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang menjadikan negara beriklim tropis ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan hutan terbesar ketiga di dunia.   Namun, penggundulan hutan yang terjadi sejak beberapa tahun ini, membuat keberadaan berbagai spesies flora dan fauna menjadi terancam.  Berbagai upaya untuk mengurangi penggundulan hutan terus diupayakan agar hutan di Indonesia tetap terlindungi.

Sebagai salah satu dari tujuh belas negara megadiversitas di dunia yaitu wilayah yang memiliki sebagian besar spesies yang ada di bumi, Indonesia menduduki peringkat dua di dunia dalam keankearagaman spesies endemik.  Dari banyaknya keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia, sebagian besar spesies flora dan fauna hidup dan bertempat tinggal pada hutan yang tersebar di pulau-pulau di Indonesia.  Ada lebih dari 400 spesies di hutan tropis Kalimantan.  Sebagai penghasil hutan terbesar ketiga di dunia (World Resource Institute, 2010), hutan tropis dan lahan gambut di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam menyimpan banyak karbon dan sumber cadangan air.  Salah satunya adalah lahan gambut di Provinsi Riau yang memiliki cadangan karbon terbesar di Asia Tenggara yang berperan penting dalam mengurangi konsentrasi karbon dioksida di udara.  Luasnya hutan di Indonesia berpotensi besar untuk memperlambat terjadinya perubahan iklim dengan menyerap emisi gas rumah kaca yaitu karbon dioksida di atmosfer.

Namun, jumlah luas area hutan di Indonesia semakin menurun tiap tahunnya akibat deforestasi dan degradasi.  Deforestasi yang dapat didefinisikan sebagai pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, industri, dan pemukiman telah merajalela di Indonesia sejak tahun 1970.  Penebangan hutan secara liar dan pembakaran hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan pembangunan merupakan beberapa bentuk dari deforestasi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari tahun 1985 sampai 2008, pulau kedua terbesar di Indonesia, yaitu Sumatra telah kehilangan setengah hutannya yang dialihfungsikan untuk perkebunan industri (FAO, 2011).  Gunung Leuser yang merupakan tempat tinggal lebih dari 200 spesies mamalia dan 500 spesies burung, 1800 hekar telah dialihfungsikan menjadi lahan pertanian dan perkebunan.  Keberadaan hewan-hewan langka seperti orang utan, gajah Sumatra dan badak menjadi semakin terancam akibat tempat tinggal mereka yang semakin lama semakin menghilang karena deforestasi.

Berdasarkan informasi WWF, hilangnya 65% hutan tropis dan rawa gambut di Riau akibat konversi hutan menjadi perkebunan industri juga telah mengancam kehidupan berbagai fauna di wilayah tersebut.  Dalam kurun waktu 25 tahun, populasi harimau Sumatra di Riau telah berkurang sebesar 70%.  Dapat dibayangkan jika deforestasi terus dibiarkan, maka seluruh populasi flora dan fauna langka di Indonesia akan musnah. 

Deforestasi yang terjadi di Indonesisa tidak hanya mengancam kepunahan berbagai spesies makhluk hidup saja, Penebangan illegal, pembakaran hutan yang telah terjadi membuat Indonesia menduduki peringkat dua teratas di dunia dalam deforestasi.  Emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari deforestasi di dunia menyumbangkan 24% emisi gas rumah kaca di dunia (IPCC, 2014).  

Pembalakan hutan untuk penanaman kelapa sawit, pulp dan kertas menjadi penyebab utama dari deforestasi hutan di Kalimantan dan Sumatra.  Lahan gambut yang memiliki potensi untuk menyerap karbon banyak dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.  Sekitar 90% penanaman kelapa sawit di Kalimantan dari tahun 1990 sampai 2010 menyebabkan musnahnya hutan tropis di pulau tersebut (Carlson, 2013). 

Sampai saat ini produksi kelapa sawit menjadi masalah yang kompleks.  Penanaman kelapa sawit merupakan salah satu penyebab deforestasi terbesar di Indonesia telah merusak lingkungan dan mengancam keanekaragaman hayati.  Di lain sisi, produksi kelapa sawit meningkatkan perekonomian Indonesia.  Sebagai negara pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia, 53% ekspor kelapa sawit dapat memberikan devisa sebesar 250 triliun rupiah (Direktorat Jendral Perkebunan, 2016).  Kelapa sawit hanyalah sebuah tanaman yang keberadaannya bukan menjadi akar dari masalah ini, melainkan cara orang-orang mengalihfungsikan hutan menjadi perkebunan sawit dengan membabat hutan yang menjadi masalah utama yang harus ditindak lanjuti.

Produksi kelapa sawit tetap dapat dijalankan dengan beberapa alternatif berkelanjutan tanpa menimbulkan deforestasi, seperti teknik agroforestri, dan pendekatan HCS (High Carbon Stock) atau biasa disebut Stok Karbon Tinggi.  Agroforestri merupakan penggunaan lahan dengan mengkombinasikan pohon-pohon dan tanaman pertanian sehingga tercipta keanekaragaman tanaman.  Agroforestri kelapa sawit dengan tumbuhan-tumbuhan lain sudah dikembangkan di berbagai wilayah di Sumatra.  Contohnya seperti agroforestri di Jambi yang menggabungkan penanaman kelapa sawit dengan pohon tembesu (Nursanti, 2010).  Tembesu merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh alami di hutan.  Agroforestri tembesu dan kelapa sawit ini dapat mempertahankan karakteristik tanah serta mempertahankan keanekaragaman hayati karena bunga dan buah pohon tembesu mempertahankan adanya berbagai fauna seperti burung-burung. 

Di Riau, agroforestri juga sudah dilakukan dengan mengkombinasikan kelapa sawit dan gaharu (Febrina, 2017).  Pohon gaharu merupakan salah satu pohon yang hidup dan tumbuh di hutan secara alami.  Agroforestri juga membuat stok karbon lebih banyak dibandingkan dengan sistem pertanian monokultur yaitu menanam satu jenis yaitu kelapa sawit saja.  Dengan memadukan kelapa sawit dengan pohon-pohon alami, agroforestri menjadi alternatif yang baik untuk meminimalkan kerusakan hutan akibat deforestasi.

Selain agroforestri, metode pendekatan Stok Karbon Tinggi juga efektif untuk menghilangkan deforestasi.  Pendekatan Stok Karbon Tinggi sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan perkebunan di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ketika melakukan penanaman kelapa sawit dan perkebunan pulp.  Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan identifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui area hutan yang mengandung cadangan karbon tertinggi sebelum dilakukan perkebunan.

Memperbaiki kondisi hutan di Indonesia menjadi keperluan mendesak yang harus dikerjakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia.  Melihat dari berbagai dampak deforestasi yang terjadi di Indonesia, upaya menyelamatkan hutan dari deforestasi perlu ditingkatkan untuk melindungi kanekaragaman hayati di Indonesia serta mengurangi emisi di udara yang mempercepat terjadinya perubahan iklim. 

 

Ikuti tulisan menarik Dini Pratiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB