x

Iklan

Pakar Pikiran

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ada Hubungan Erat Antara Hipnotis dan Terorisme

Kota Surabaya 2 hari ini diguncang aksi terorisme berupa peledakan bom.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kota Surabaya 2 hari ini diguncang aksi terorisme berupa peledakan bom. Bom gereja dan juga hari ini peledakan ada di kantor mapolrestabes surabaya. Banyak komentar di media sosial, di televisi dan media cetak yang mengatakan bahwa para pelaku pengeboman itu akibat dari doktrin yang salah tentang agama.

Dimanakah doktrin itu berada? jawabannya ada dalam pikiran si pelaku, doktrin masuk dari berbagai sumber. Bisa dari bertemu langsung dengan orang yang memberikan doktrin, bisa melalui buku yang dibaca , bisa dari rekaman video dan berbagai sumber lainnya. Doktrin, adalah informasi yang masuk ke dalam pikiran manusia. Kalau bahasa saya adalah “Sugesti”. Proses memasukkan sugesti ke dalam Pikiran manusia disebut sebagai proses Hipnotis. Sehingga hubungan antara Hipnotis dan tindakan terorisme sangatlah erat sekali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak orang salah dalam mengartikan makna “hipnotis”, seringkali hipnotis itu disamakan dengan kondisi seperti yang ada di pertunjukan televisi, dimana ada seseorang yang terlihat tidak sadar lalu melakukan perintah apapun yang diberikan oleh si pemain hipnotis tadi. Padahal apa yang terlihat itu hanya untuk kepentingan hiburan saja, hipnotis bukan seperti itu. Proses pemberian doktrin, proses memasukkan sugesti kepada orang lain itulah makna hipnotis sebenarnya. Ketika seseorang secara rutin menerima sugesti-sugesti tentang makna jihad yang keliru, tentang makna agama yang salah maka sugesti itu tersimpan terus dan menumpuk dalam pikirannya. Sehingga seseorang itu menganggap bahwa apa yang diterimanya itu yang benar, sedangkan yang lain dianggapnya salah.

Proses hipnotis sebenarnya dialami oleh semua orang, sejak kecil pasti orang tua sudah memberikan doktrin kepada anak-anaknya, semua orang tua sejatinya sudah menghipnotis anak-anaknya. Sama dengan pelaku pengeboman di surabaya yang ternyata adalah satu keluarga, ayah, ibu, dan 4 orang anaknya. Si ayah telah terhipnotis oleh doktrin yang keliru, lalu si ayah menghipnotis istri dan anak-nya. Sehingga terjadilah “rantai kesalahan” ini. Seseorang bertindak karena sugesti yang ada di pikirannya, seseorang melakukan sesuatu tindakan juga karena doktrin yang melekat dalam pikirannya. Sehingga bisa saya katakan bahwa seseorang bergerak karena akibat dihipnotis. Sama seperti pelaku pengeboman itu pasti sudah dihipnotis oleh orang lain yang dianggapnya “guru” untuk melakukan tindakan yang boleh dibilang “biadab” oleh masyarakat umum, Tapi mungkin dalam pikiran pelaku hal yang dilakukan itu adalah yang baik. Ya inilah permainan sugesti dalam pikiran, semua doktrin, semua sugesti bisa dibolak-balik tergantung keinginan orang yang menghipnotis.

Seharusnya semua orang memahami bagaimana memilih sugesti atau doktrin yang baik bagi hidupnya, seharusnya semua orang “cerdas” dalam memilih infrormasi. Kecerdasan ini harus didasari pemahaman yang benar tentang bagaimana menggunakan Pikiran secara benar dan utuh. Pikiran manusia adalah bagian yang sangat vital dalam diri manusia, banyak orang tidak rela ketika masing-masing orang paham mengelola sendiri pikirannya. Kenapa tidak rela? karena ketika masing-masing orang paham dengan benar tentang PIKIRAN, maka seseorang itu tidak mudah diberikan sugesti yang negatif, alias tidak mudah “dihipnotis” . Tindakan teroris yang berupa aksi nekat pengeboman bunuh diri semuanya bermula dari “sugesti-sugesti” atau dari “doktrin-doktrin” yang ada dalam pikirannya. Sehingga anda dan kita semua harus mulai untuk menyadari bahwa Pikiran anda adalah milik anda, anda  juga harus menjaga pikiran keluarga anda dari “doktrin” atau “sugesti” yang terlihat bagus tapi sesungguhnya destruktif atau merusak.

Sebagai seorang pakar pikiran dan ahli hipnotis, saya sering bertemu dengan banyak orang di kelas AMC (Alpha Mind Control), yang memiliki “doktrin” salah tentang agamanya, selama ini dianggapnya benar padahal keliru. Yang salah bukan ajaran agamanya, tetapi “pemahamannya” tentang ajaran agama itu yang biasanya salah.  Dan pemahaman yang salah ini berdampak ke dalam kehidupan yang salah juga. Maka bagi anda yang saat ini membaca artikel ini, sadarilah bahwa Pikiran anda itu milik anda, jangan biarkan televisi menghipnotis anda, jangan biarkan media sosial menghipnotis anda, hipnostilah sendiri pikiran anda dan keluarga  dengan sugesti atau doktrin yang baik serta menyenangkan saja.

Ikuti tulisan menarik Pakar Pikiran lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler