x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perempuan Berambut Merah - Hubungan Ayah dan Anak Lelakinya

Novel Orhan Pamuk yang membahas hubungan unik antara ayah dan anak lelakinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: The Red-Hairad Woman

Penulis: Orhan Pamuk

Penterjemah: Rahmani Astuti

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2018

Penerbit: Mizan media Utama

Tebal: viii + 344

ISBN: 978-602-291-449-5

Hubungan antara ayah dengan anak lelakinya memang unik. Itulah sebabnya di hampir semua kebudayaan memiliki cerita bertema hubungan ayah dengan anak lelakinya. Cerita tentang Abraham dengan Ishak atau Ismael di tanah Aram, kisah Oedipus di Yunani karya Sophocles, cerita Rostam dan Sohrab dalam hikayat Shahnameh di tanah Persia karya Ferdowsi, tragedi Ken Arok adalah beberapa contoh kisah dan cerita yang berhubungan dengan tema hubungan ayah dengan anak lelakinya. Dalam kisah-kisah tersebut, kecuali kisah Abraham dengan anak lelakinya dan Shahnameh, hampir semua hubungan ayah dengan anak lelakinya berhubungan dengan perempuan. Perempuan tersebut bisa ibunya atau perempuan lain yang memisahkan hubungan cinta rumit antara ayah dengan anak lelakinya.

Kebanyakan kisah hubungan ayah dengan anak lelakinya sering berakhir tragis. Salah satu dari mereka terbunuh dan satunya jadi pembunuh. Dalam kisah Shahnameh, Rostam sang bapak membunuh Sohrab sang anak. Dalam kisah Oedipus, Oedipus membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Dalam kedua kisah ini, baik bapak maupun anak lelakinya tidak saling tahu saat peristiwa pembunuhan terjadi. Mereka baru sadar saat peristiwanya sudah terjadi. Bahkan beberapa tahun setelah kejadian.

Dalam kisah Ken Arok, terjadi pembunuhan beruntun karena hubungan ini. Dalam kisah Ken Arok, justru informasi yang diberikan oleh ibunya yang menyebabkan tragedi saling bunuh antara anak-ayah dan kakak-adik. Hanya kisah Abraham yang berakhir dengan bahagia, dimana atas campur tangan Tuhan, akhirnya Abraham tidak jadi menyembelih anak lelakinya.

Anak lelaki butuh figur ayah sebagai model. Ayah yang bisa memberi arah bagaimana menjadi seorang lelaki dewasa. Namun hubungan anak lelaki dengan ayahnya juga adalah hubungan persaingan untuk mendapatkan cinta. Perebutan cinta ibu oleh anak dari ayahnya adalah hal yang memang terjadi. Kadar persaingan cinta kepada wanita yang sama ini terjadi dengan kadar yang berbeda. Belum lagi seorang anak lelaki seringkali memiliki selera terhadap tipe perempuan yang sama dengan ayahnya. (Sigmund Freud terinspirasi dari kisah Oedipus ini untuk menggambarkan teori tahapan perkembangan psikoseksual anak yang mencintai orangtua yang berbeda seksualitas dari dirinya dan membenci orangtua yang memiliki jenis kelamin yang sama.)

Orhan Pamuk membuat versi modern tentang tragedi Oedipus. Cem adalah seorang pemuda kecil yang tidak mendapati ayahnya sebagai model. Ayahnya terlalu sibuk dengan kegiatan politik dan suka perempuan. Ayahnya sering ditahan polisi karena aktifitas politiknya. Ayahnya juga sering tiba-tiba menghilang dari rumah karena mencintai perempuan lain.

Di tengah hilangnya figur ayah yang didambakannya menjadi model, Cem bertemu dengan Tuan Mahmut, saat Cem menjadi asisten penggali sumur di sebuah tanah gersang di Ongoren. Dalam interaksinya dengan Tuan Mahmut beberapa minggu saat proses penggalian sumur, Tuan Mahmut berperilaku layaknya seorang ayah bagi Cem. Tuan Mahmut memberi perhatian terhadap Cem, suka bercerita tentang legenda-legenda di waktu malam, mengajak Cem untuk berbelanja ke kota dan sebagainya. Tuan Mahmut menjadi pengganti figur ayah bagi Cem. Perhatian Tuan Mahmut yang tulus kepada Cem membuat Cem menganggap Tuan Mahmut sebagai ayahnya. Setidaknya Cem memperlakukan Tuan Mahmut sebagai ayahnya. Ia kagum, ia patuh dan juga kadang-kadang takut kepada Tuan Mahmut.

Sayang sekali hubungan Cem dengan Tuan Mahmut mulai renggang saat Cem melihat perempuan berambut merah. Perempuan berambut merah tersebut adalah seorang pemain teater keliling. Meski perempuan tersebut lebih tua dari Cem, namun Cem yang saat itu berusia 16 tahun terpesona dengan penampilan si perempuan berambut merah. Cem mulai sering tidak jujur kepada Tuan Mahmut. Ia sering mencari-cari waktu untuk berkunjung ke kota hanya untuk melihat si perempuan berambut merah itu.

Puncaknya adalah ketika Cem tidur dengan sang perempuan berambut merah dan pulang dalam kondisi mabuk saat waktu hampir pagi. Padahal ia harus mengasistensi Tuan Mahmut yang menggali sumur. Penggalian sumur telah mencapai 25 meter dan belum menemukan air. Sebenarnya pemilik tanah yang memerintahkan Tuan Mahmut menggali sumur sudah menyerah. Tetapi Tuan Mahmut masih sangat yakin bahwa ia akan mendapatkan air. Karena Cem kurang konsentrasi, ember yang ditariknya jatuh ke sumur dan mengenai Tuan Mahmut. Cem berupaya memanggil Tuan Mahmut, tetapi tidak ada jawaban. Cem akhirnya meninggalkan Tuan Mahmut di dalam sumur. Ia melarikan diri ke Istambul untuk bersekolah. Namun Cem selalu dibayangi dengan perasaan bersalah karena ia merasa bahwa ia telah membunuh Tuan Mahmut. Padahal sesungguhnya Tuan Mahmut terselamatkan dari sumur dan akhirnya berhasil mendapatkan air di sumur tersebut. Sumur itulah yang mengawali perubahan padang tandus Ongoren menjadi pemukiman.

Tiga puluh tahun kemudian, Cem berhasil menjadi seorang pengusaha properti yang sangat sukses. Ia menikah dengan Aye, perempuan yang bisa menjadi teman hidupnya. Pasangan ini tidak punya anak. Namun kehidupan rumah tangga mereka begitu mesra. Mereka memiliki kegemaran yang sama akan cerita-cerita legenda. Mereka berdua juga adalah orang yang berbakat mengelola perusahaan.

Kesuksesan bisnis properti Cem dan Aye -perusahaannya bernama Sohrab, semakin besar. Mereka berencana membangun perumahan mewah di Ongoren, dimana Cem pernah membuat sumur bersama Tuan Mahmut. Saat persiapan membangun properti di Ongoren inilah secara tidak sengaja Cem bertemu dengan anak kandungnya. Pemuda bernama Enver adalah anak kandung Cem yang lahir akibat persetubuhannya dengan perembuat berambut merah saat ia berumur 16 tahun. Enver menuntut hak waris dari Cem.

Pertemuannya dengan perempuan berambut merah itu membuat Cem mendapat penjelasan bahwa si perempuan berambut merahlah yang mendorong Enver untuk menuntut ayahnya. Meski si perempuan berambut merah tidak yakin bahwa Enver adalah hasil buah perselingkuhannya dengan Cem, namun ia tetap mendorong Enver untuk melakukan tuntutan hukum.

Dengan menyamar sebagai Serhat, Enver mengantar Cem untuk melihat sumur yang dulu digalinya. Di dekat sumur itu terjadilah perkelahian antara Cem dengan Enver anaknya. Dalam perkelahian itu Cem tertembak dan mayatnya masuk ke dalam sumur yang dulu digalinya bersama Tuan Mahmut.

Di bagian akhir novel, Orhan Pamuk memberi paparan dengan meminjam si rambut merah sebagai sang penutur. Si perempuan berambut merah itu ternyata adalah pacar ayahnya saat muda. Ini berarti Cem dan ayahnya meniduri seorang perempuan yang sama. Bahkan Cem punya anak darinya. (Kisah ini mirip dengan Oedipus yang memiliki 4 anak dari ibu kandungnya!)

Melalui novel ini Orhan Pamuk ingin menggambarkan betapa rumitnya hubungan antara ayah dan anak lelakinya. Hubungan yang menggambarkan kebutuhan akan patron, tetapi sekaligus persaingan dan perasaan tidak puas dari anak kepada ayahnya. Perasaan tidak puas itu bisa menjadi sebuah ledakan emosi yang berbahaya dan membunuh.

 

Ah...seandainya Orhan Pamuk membaca kisah Ken Arok, pastilah novelnya menjadi lebih rumit. Sebab dalam kisah Ken Arok, emosi seorang ibu ikut terlibat dalam hubungan ayah dan anak lelakinya. Ken Dedes yang dipaksa menikah dengan Tunggul Ametung yang sama sekali tidak dicintainya telah menghasilkan anak di kandungannya sebelum ia menikah dengan Ken Arok. Anusapati yang sejak kecil diasuh oleh Ken Arok dan dianggap sebagai anaknya sendiri malah membunuh ayah tirinya itu setelah tahu Ken Arok adalah orang yang membunuh ayahnya. Celakanya informasi ini didapatnya dari ibunya sendiri – Ken Dedes yang mencintai Ken Arok. Ken Dedes terjebak dalam pilihan cinta kepada suami atau kepada anak dari orang yang dibencinya. Eksplorasi terhadap emosi Ken Dedes saat memilih apakah harus memberitahu anaknya bahwa orang yang dicintainyalah yang telah membunuh ayah anaknya pastilah sangat menarik.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu