x

Iklan

Nizwar Syafaat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pilar Ekonomi Eksternal Mengkonfirmasi Lampu Kuning

Pilar ekonomi eksternal kita yaitu neraca pembayaran ternyata rapuh tidak mampu menahan pelemahan rupiah dan mengkonfirmasi lampu kuning

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyikapi penilaian para ekonom bahwa ekonomi kita sedang menuju lampu kuning atau krisis, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa  pemerintah terus waspada dan hati-hati menghadapi gejolak ekonomi dunia, kita akan melakukan seluruh policy kita terhadap situasi yang berkembang.  Senada dengan Menkeu, Menko Perekonomian menambahkan bahwa sektor riil masih bergerak belum menuju lampu kuning. Kata “waspada dan hati-hati” merupakan curahan seorang Menkeu bahwa ekonomi Indonesia sedang dalam masalah menghadapi goncangan

Selanjutnya Menkeu mengatakan  fondasi ekonomi kita masih kuat.  Pertumbuhan ekonomi Triwulan I-2018 sebesar 5.06% walaupun masih dibawah target sebesar 5.4%.  Inflasi terkendali di bawah 4%,  cadangan devisa masih kuat untuk membiayai impor dan pembayaran utang dan kewajiban lainnya 7 bulan ke depan, defisit APBN menurun sekitar angka 2%.

Walaupun fundamental ekonomi kita kuat ternyata tidak demikian dengan pilarnya.  Struktur pilar ekonomi eksternal dikuasai 50% oleh investor asing sehingga rentan terhadap gangguan seperti pelemahan rupiah.  Pelemahan rupiah sedang berakselerasi dan berlanjut, saat ini sudah di atas di atas Rp 14.000 per dollar AS (Amerika Serikat), dan dipredikasi masih akan berlanjut.  Pilar ekonomi eksternal yang patut diwaspadai adalah neraca pembayaran, yaitu neraca berjalan dan neraca capital.  Bagaimana ketahanannya terhadap pelemahan rupiah Triwulan I-2008?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Defisit transaksi berjalan Triwulan I-2018 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnnya menjadi minus US$ 5.542 billion. Peningkatan defisit transaksi berjalan tersebut disebabkan oleh penurunan surplus neraca perdagangan yang dipicu oleh melonjaknya impor dan pelambatan ekspor.  Bahkan pada bulan April 2018, neraca perdagangan justru mengalami defisit minus US$ 1.6 billion.  Fakta ini mengkonfirmasi bahwa pelemahan rupiah yang berlanjut dan berakselerasi tidak mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor.  Sementara impor tetap meningkat karena akselerasi pembangunan, utamanya pembangunan infrastruktur yang memicu peningkatan impor mesin, peralatan listrik dan baja.  Fakta ini juga mengkonfirmasi bahwa goncangan eksternal tersebut telah  menyebabkan peningkatan defisit transaksi berjalan.

Dibandng Triwulan tahun sebelumnya, surplus neraca capital mengalami penurunan menjadi positif US$ 1.814 billion.  Penurunan surplus neraca capital dan finansial tersebut disebabkan oleh capital outflow minus US$ 1.422 billion.  Fakta ini mengkonfirmasi bahwa goncangan eksternal berupa pelemahan rupiah menyebabkan ketidak percayaan investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang menyebabkan aksi jual di pasar saham mendorong capital outflow selanjutnya berdampak pada pemurunan IHSG di bursa efek  Jakarta menukik menjauhi 6000 dan sekarang belum pulih dan tidak lakunya Surat Utang Negara (SUN).

Aliran capital asing ke Indonesia pada Triwulan I-2018 hanya sebesar US$ 1.814 billion tidak mampu menutup defisit transaksi berjalan yang mencapai US$ 5.542 billion menyebabkan neraca pembayaran netto mengalami defisit minus US$ 3.855.  Fakta ini mengkonfirmasi bahwa salah satu pilar ekonomi kita sangat rapuh.  Sedikit goncangan eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar  telah menyebabkan capital outflow dan pelambatan capital inflow.   

Inilah mungkin makna ekonomi Indonesia menuju lampu kuning karena pilarnya rapuh dan ekonomi kita tidak mampu memanfaatkan peluang pelemahan rupiah untuk memacu ekspor. Fakta ini juga mengkonfirmasi bahwa kondisi ekonomi eksternal kita berada dalam genggaman tangan investor asing.  Mereka dengan mudah membuat ekonomi nasional kalang kabut menuju krisis.

 

Nizwar Syafaat, Ekonom dan Pengamat Kebijakan Publik.

Ikuti tulisan menarik Nizwar Syafaat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler