x

Iklan

Nizwar Syafaat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SayaMuslimIndonesia

Saya memilih tagar#SayaMuslim Indonesia daripada tagar#SayaPancasila karena saya ingin menempati Islam sebagai Way of Life

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

#Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu rakhmat-Ku dan telah-Ku ridhai Islam jadi agamamu (Al-Maidah)#

 Dalam rangka menyambut hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2018, saya memiliki slogan #SayaMuslimIndonesia.  Slogam ini muncul berawal dari dua pertanyaaan yang ada dalam renungan saya, yaitu: mengapa ada kelompok  atau ormas Islam yang kontra Pancasila mau mengganti Pancasila sebagai dasar negara?, dan sebaliknya ada yang Islam pro Pancasila menulis puisi dengan penggalan baitnya:“…………………. Aku tak tahu Syariat Islam…Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah…..Lebih cantik dari cadar dirimu……………. Aku tak tahu syariat Islam ….Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok ……  Lebih merdu dari alunan azan mu.

Dua kejadian itu memberikan inspirasi kepada saya, betapa pentingnya memahami makna dan posisi Pancasila dalam  kehidupan saya sehari-hari.  Kalau salah memaknai dan meletakkan posisi Pancasila tersebut, maka akibatnya akan fatal, dunia gagal diraih, harapan akhirat hilang begitu saja. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kisruh dua kejadian tersebut memberikan pelajaran berharga bagi saya.  Saya mencoba memaknai dan meletakkan posisi Pancasila dalam kehidupan saya sebagai seorang muslim.  Oleh karena itu saya memiliki slogan: “Saya Muslim Indonesia” sebagai identitas saya seperti yang tertuang dalam KTP.  Saya tidak menggunakan slogan “Saya Pancasila” karena saya takut salah menempatkan Pancasila dalam diri saya sebagai muslim; saya takut sebagai muslim “aku tak tahu syariat Islam.  Aku takut Allah mencabut nikmat Islamku”, juga saya tidak menggunakan slogan “Saya Islam Indonesia” karena itu menimbulkan arti dan makna yang multi tafsir, takut tidak sesuai dengan Islam sebagai keyakinan saya.

“Saya” menunjuk sebagai individu; “Muslim” menunjuk identitas agama saya adalah Islam; dan “Indonesia” menunjuk identitas saya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). 

Saya memiliki kitab Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari dimanapun saya berada, baik di wilayah Indonesia maupun di luar wilayah Indonesia, sebagai pedoman dalam tataran pergaulan sehari-hari (civil society); sedangkan saya sebagai WNI memiliki Pancasila  sebagai pegangan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara (nation state). 

Al-quran dan Hadist merupakan perjanjian saya seorang muslim (hamba Allah) dengan Allah swt (Sang Pecipta), sedangkan Pancasila adalah perjanjian saya sebagai WNI dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Al-quran dan Hadist sebagai pandangan hidup (Way Of Life) saya sebagai muslim dunia dan akhirat, sedangkan Pancasila sebagai bagian pandangan hidup saya sebagai muslim Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara di wilayah Indonesia.

.

 

Menjadikan Cinta Pancasila sebagai Ibadah.    

Pancasila adalah buatan manusia, sedangkan agama Islam ciptaan Allah.  Manusia diciptakan Allah, sehingga tidak mungkin Pancasila lebih sempurna dari agama saya, “Islam”.  Pancasila adalah tuntunan saya sebagai muslim WNI dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan agama Islam pedoman saya sebagai muslim dalam menjalani seluruh sendi kehidupan (Way of Life).

          Bagi saya sebagai seorang  muslim,  setiap kegiatan termasuk hembusan nafas adalah ibadah seperti dalam firmanya: “Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”.  Ibadah harus ada dasarnya yaitu perintah Allah yang tertuang dalam Alquran dan perintah Rasulnya yang ada dalam hadistnya.   Amal sebagai bekal akhirat karena setiap muslim percaya kehidupan abadi di akhirat.  Kehidupan dunia sebagai ladang untuk menciptakan amal.  Ibadah  menciptakan amal. Ilmu adalah pemimpin amal.  Tanpa ilmu, ibadah tidak ada amal. 

Bagi saya sebagai  muslim mencintai Pancasila  harus dijadikan  sebagai ibadah kepada Allah.  Agar Pancasila dapat dijadikan ibadah kepada Allah harus ada dasarnya.  Dasarnya ialah perintah Allah: “………………… taatlah kepada pemimpin……..”.  Dengan demikian saya sebagai muslim WNI mencintai Pancasila bukan karena Pancasila tapi karena perintah Allah.  Kata Umar” Aku tidak akan mencium hajar aswat kalau Nabi tidak melakukannya”.   Kalau tidak ada perintah Allah saya tidak akan mencintai Pancasila.

Pancasila sudah final.  Rumusan dasar sebagai ideologi bangsa sudah jelas dan rumusan sebagai dasar negara melalui berbagai aturan juga sudah jelas, tinggal pengembangan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.

Sebagai catatan akhir, jangan coba-coba seseorang ingin membumikan Pancasila dalam pergaulan sehari-hari karena itu tidak mungkin, Pancasila tidak memiliki pedoman kehidupan sehari-hari  selengkap Alquran dan Injil serta kitab agama lainnya.  Kalau itu dilakukan tidak memiliki dasar dan sulit diimplementasikan, selain itu, mengimplementasikan Pancasila dalam pergaulan sehari-hari (civil society) adalah pelanggaram terhadap Sila pertama dari Pancasila itu sendiri..

Sudah sempurna pedoman bagi setiap WNI untuk kehidupan sehari-hari yaitu ajaran agama masing-masing yang tertuang dalam kitab sucinya.  Jangan pisahkan Pancasila dengan agama, akan menimbulkan benturan yang dahsyat.  Oleh karena itu saya memilih tagar #SayaMuslimIndonesia daripada tagar  #SayaPancasila.

 

Nizwar Syafaat, Ekonom dan  Pengamat Kebijakan Publik.

Ikuti tulisan menarik Nizwar Syafaat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler