x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Skandal Busang

Hasil investigasi Bondan Winarno terhadap skandal penipuan tambang emas Busang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bre-X Sebungkah Emas di Kaki Pelangi

Penulis: Bondan Winarno

Tahun Terbit: 1997

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Inspirasi Indonesia

Tebal: vii + 280

ISBN: 979-952-38-0-X

 

 

Sejak bertugas di Kalimantan Agustus tahun 2017, saya rajin mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan Kalimantan. Saya menengok kembali perpustakaan saya dan mencari-cari buku-buku yang membahas Kalimantan. Saya tak membatasi hanya pada buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan saya: pendidikan, tetapi buku apa saja yang bisa menambah wawasan saya tentang Kalimantan. Buku-buku sejarah suku-suku di Kalimantan, novel-novel berlatar belakang Kalimantan pun saya kumpulkan dan saya baca. Salah satu buku yang saya temukan adalah buku karya Bondan Winaro: “Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi.”

Buku Bondan Winarno ini tentu saja tidak membahas tentang kuliner Kalimantan. Meski Bondan adalah pakar kuliner, namun ternyata beliau juga adalah seorang wartawan. Buku ini juga tidak membahas soal pertanian atau pendidikan yang saat ini sedang saya tekuni sebagai profesi. Jika dalam karyanya tentang kuliner selalu “mak nyuss,” dalam karya tentang tambang ini sungguh “mak nyass!” Bondan menyengat dengan garang atas kasus penipuan tambang emas Busang ini. Bondanlah orang yang membongkar skandal Busang. Buku ini adalah dokumentasi investigasinya terhadap skandar Busang.

Bondan menjelaskan bagaimana manusia selalu tertarik dengan penemuan lokasi tambang baru. Ia mengungkap kisah-kisah gold rush di Amerika Serikat, Australia dan tempat-tempat lain. Ia mencatat bagaimana sebuah kota seperti San Fransisco tumbuh dari sebuah desa kecil karena tambang emas.

Usaha tambang emas tidak selamanya jujur. Bondan memberikan contoh skandal-skandal perusahaan kecil yang mengumumkan menemukan lokasi tambang yang luar biasa besar. Beberapa contoh adalah tentang perusahaan-perusahan tambang (junior company) dari Kanada.

Dalam menjelaskan mengapa junior exploration company (perusahaan tambang kecil) bisa ada di Indonesia, Bondan menelisik sampai dengan jaman awal model production sharing. Karena Indonesia takut didikte oleh perusahan minyak besar, maka Indonesia (Ibnu Sutowo sebagai Direktur Pertamina saat itu) menggandeng perusahaan minyak kecil.

Ada dua jenis kerjasama pertambangan di Indonesia. Pertama adalah jenis production sharing yang digunakan untuk pertambangan minyak bumi dan gas. Jenis kedua adalah Kontrak Karya yang digunakan untuk pertambangan mineral. Kontrak Karya digunakan dalam kerjasama pertambangan mineral (emas) karena keberhasilannya lebih keci daripada pertambangan minyak. Jika pada pertambangan minyak keberhasilannya adalah 1:2, untuk pertambangan emas 3:100. Biaya ekplorasinya pun pertambangan emas juga jauh lebih mahal.

 

Tambang Busang terletak di Sungai Musang, cabang dari Sungai Mahakam. Wilayah Sungai Musang termasuk dalam wilayah Sabuk Emas Kalimantan (Kalimantan Gold Belt) yang membentang dari Serawak di Kalimantan Utara bagian timur melingkar sampai ke Kalimantan di bagian barat. Masyarakat yang tinggal di wilayah itu adalah orang Dayak Busang dan Suku Dayak Kenyah Bakung. Sungai Musang dulunya adalah wilayah tambang emas tradisional, khususnya di Desa Mekarbaru. Orang-orang Dayak melakukan penambangan emas secara tradisional di sungai ini. Penambangan dilakukan dengan mendulang pasir dari sungai. Sungai Musang menjadi wilayah penambangan tradisional setidaknya sejak tahun 1981. Namun seperti tempat penambangan emas tradisional lainnya, jumlah emas yang ditemukan di Sungai Musang juga cepat menurun.

Ketika mulai ada eksplorasi di wilayah ini, banyak pendatang dari luar yang masuk ke desa Mekarbaru. Banyak pihak yang mulai resah dengan gejala ditinggalkannya masyarakat lokal dalam usaha pertambangan emas ini. Tak kurang WALHI bersuara supaya masyarakat lokal tidak disingkirkan begitu saja. Dalam kasus pertambangan emas, sering kali masyarakat lokal disingkirkan begitu saja. Contoh yang diberikan oleh Bondan dalam buku ini adalah tersingkirkannya suku Siouxdi South Dakota tahun 1870.

Kasus Bre-X bermula ketika David Walsh warga Kanada bertemu dengan John Felderhof dan de Guzman di Jakarta pada Bulan Maret 1993. Pembicaraan mereka menghasilkan rencana untuk mengakuisi sebuah usaha tambang di Busang yang dikuasai oleh Montague Gold NL, sebuah perusahaan tambang dari Australia. Operasional eksporasi sendiri dijalankan oleh PT Westralian Atan Mineral (WAM) yang memiliki kontrak karya dari Pemerintah RI. Feldorhof adalah seorang geololog yang menjadi konsultan di perusahaan Australia tersebut. Pada tahun 1995, Felderhof dan Guzman mengklaim telah menemukan kubah cebakan emas di Busang. Tapi temuannya itu di luar wilayah kontrak karya tang dimiliki oleh David Walsh. Temuan itu di wilayah PT Askatindo Karya Mineral (AKM). Maka Bre-X segera mengikat kerjasama dengan PT AKM untuk melakukan eksplorasi di wilayah tersebut. Pada bulan Mei 1995, cebakan Busang (I, II dan III) diperkirakan akan menghasilkan 3 juta ons emas. Pengumuman demi pengumuman penemuan potensi emas ini membuat harga saham Bre-X yang awalnya hanya beberapa sen C$ mencuat sampai C$14,90! Bahkan pengumuman pada bulan Oktober 1995 membuat harga saham meroket sampai C$57.50. Bahkan para analis memperkirakan harga saham Bre-X bisa menembus C$270.

Keberhasilan mengerek harga saham ini kemudian mengundang berbagai pihak untuk mulai ingin ikut mendapatkan keuntungan. Pihak pertama yang mulai ingin ikut mendapat untung adalah Barrick. Barrick adalah sebuah perusahaan tambang yang awalnya diajak oleh David Walsh untuk bergabung. Namun karena permintaan Barrick dianggap terlalu arogan, maka David Walsh tidak jadi mengajaknya. Setelah Bre-X sukses, Barrick mencoba untuk kembali mengajak kerja sama. Namun David Walsh pasang harga tinggi. Tidak patah semangat, Barrick menggunakan cara lain untuk menekan Bre-X. Ia menjalin kerjasama dengan Airlangga Hartarto, yang ayahnya saat itu adalah seorang Menteri. Melalui proses yang rumit, akhirnya ijin penelitian SIPP dari Bre-X di Busang II dan Busang III dibatalkan pada tanggal 15 Agustus 1996. Pembatalan ini berpotensi untuk menurunkan harga saham Bre-X. Sebelum pencabutan ijin penelitian ini diumumkan, Felderhof, David Walsh, dan de Guzman sudah terlebih dahulu menjual sebagian dari saham-saham mereka.

Bukan itu saja. Nama-nama Siti Hardiyanti Rukmana dan Sigit Harjoyudanto pun ikut muncul untuk ikut serta berbisnis di Busang. Jika Siti Hardiyanti Rukmana khabarnya akan masuk melalui Barrick, Sigit Harjoyudanto menggunakan PT Panutan Duta, anak perusahaannya mendekati langsung Bre-X. Masalah jadi semakin runyam karena pada saat kesepakatan antara Bre-X dengan Barrick sudah hampir tercapai, tiba-tiba mitra lokal Bre-X yaitu PT Askatindo dibeli oleh Bob Hasan. Bob Hasan menggandeng Freeport untuk menyingkirkan Barrick. Belum lagi ternyata Menteri Pertambangan IB Sujana sudah berjanji untuk lebihatkan BUMN PT. Timah dan Aneka Tambang dalam bisnis Busang. Proses selanjutnya benar-benar menjadi “bisnis politik” daripada bisnis beneran.

Pada saat yang sama ada sekelompok ekonom muda yang tergabung dalam ECONIT, melakukan gugatan untuk mengubah model Kontrak Karya. Rizal Ramli mengatakan bahwa sistem Kontrak Karya harus karena sistem itu telah memberikan peluang kolusi bagi segelintir pejabat dan mengakibatkan terabaikannya kepentingan rakyat. Gugatan ECONIT ini segera saja diikuti oleh Amin Rais yang menganggap bahwa kontrak karya yang diberikan kepada Freeport adalah sebuah pengkhianatan terhadap UUD 1945. Gugatan dari Rizal Ramli dan Amin Rais ini menggugah rasa nasionalisme rakyat Indonesia dan membuat khawatir pada investor sektor pertambangan mineral. Bondan menganggap bahwa romantisme semacam ini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Sebab ekplorasi mineral memang berbiaya sangat mahal dan tingkat keberhasilannya sangat kecil.

Di tengah sibuknya perebutan Busang, Freeport yang diajak ikut masuk, melakukan due diligent. Freeport memeriksa ulang kandungan emas yang diklaim oleh Bre-X. Pada saat De Guzman diminta oleh Freeprot menunjukkan tempat dimana dia menemukan emas, karena Freeport tidak menemukan di lokasi yang ditunjukkan oleh Bre-X, De Guzman malah melompat dari helicopter. De Guzman bunuh diri!

Bondan mencurigai bahwa ada rekayasa dalam proses bunuh diri De Guzman ini. Ada berbagai kejanggalan sebetulnya dari peristiwa di atas. Pertama, dalam penerbangan carter seperti itu, biasanya pihak pencarter akan diberi “kehormatan” untuk duduk di kursi depan, di sebelah penerbang – the best seat on the house. Tetapi, mengapa justru jurumesin yang duduk di depan bersama penerbang? Kedua, beberapa geolog yang ketika itu berada di bandara Samarinda – tentu saja mereka tak mau disebut namanya – mengatakan bahwa mereka melihat ada seorang pria tak dikenal yang masuk ke dalam helikopter itu setelah Rudy Vega turun di Samarinda.

Istri-istri De Guzman memberi kesaksian bahwa De Guzman sangat menderita karena kesehatannya. Namun keluarganya di Filipina menyangkal bahwa De Guzman sakit. Keluarganya di Filipina malah menduga bahwa De Guzman dibunuh. Dari kelompok Felderhof juga meniupkan versi bahwa De Guzman dibunuh dengan menuduh pihak Freeport dan Muhammad Hasan sebagai pelakunya. Namun surat-surat yang ditulis oleh De Guzman menunjukkan bahwa De Guzman dibunuh adalah sebuah versi yang sangat lemah. Bagaimana mungkin seorang yang akan dibunuh bisa menyiapkan diri dengan surat-surat wasiat?

Empat hari setelah kejadian, “mayat” De Guzman ditemukan dalam kondisi sangat rusak. Tepatnya mayat yang memakai pakaian De Guzman. Sebab otopsi yang dilakukan di Samarinda menunjukkan bahwa mayat tersebut tidak memakai gigi paslu, sementara diketahui bahwa De Guzman memiliki gigi palsu. Kecurigaan bahwa mayat tersebut bukan mayat De Guzman semakin menarik karena NBI (Biro Investigasi Pemerintah Filipina) tak kunjung membuat laporan. Bahkan salah satu dokter di NBI mengatakan bahwa orang yang jatuh dari ketinggian 800 meter tidak mungkin mayatnya ‘seutuh’ mayat yang ditemukan tersebut. Sedangkan uji DNA tidak dilakukan karena alat yang dimiliki oleh NBI sedang rusak. Jenasah Guzman juga tidak dikremasi seperti yang diwasiatkan. Apakah keluarga dipaksa untuk tidak mengkremasi jenazah Guzman karena ada kecurigaan pihak berwajib? Semua informasi di atas menunjukkan bahwa kematian De Guzman akibat bunuh diri adalah teori yang paling lemah. Apakah bunuh diri ini hanya sekedar sandiwara?

Apa yang menyebabkan De Guzman bunuh diri atau bersandiwara bunuh diri? Penyebabnya adalah due diligent yang dilakukan oleh Freeport. Pada Bulan Maret1997, Freeport mulai melakukan penilaian ulang kandungan emas di Busang. Setelah mengetahui bahwa kandungan emasnya sangat sedikit, dan mengetahui bahwa emas yang ada di bor Bre-X bukanlah berasal dari lokasi setempat. Jim Bob Moffet menelepon David Walsh untuk mendapat penjelasan. David Walsh kemudian meminta De Guzman menemui tim Freeport di lapangan di Busang. Sayang sekali dimana sebenranya peracunan emas pada sampel-sampel Busang ini dilakukan sampai sekarang belum terungkap jelas

 

Skandal Busang ini telah mencorng Pemerintah Kanada, Filipina dan tentu saja Indonesia. Dari kasus ini Kanada merasa tercoreng karena perusahaan Bre-X yang berada di negerinya dan memperdagangkan saham di bursa sahamnya ternyata telah melakukan penipuan yang luar biasa. Pemerintah Filipina tercoreng karena De Guzman dan para anak buahnya adalah warga negara Filipina. Indonesia tercorong justru karena kemaruk politik para pejabatnya untuk mengambil untung melalui intervensi politik.

Pelajaran yang bisa dipetik dari semua pengalaman tersebut, keserakahan manusia ternyata membuat mereka tidak berhati-hati. Kilauan emas dan kekayaan membuat mereka bida dengan mudah ditipu.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB