x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

SeninCoaching: Re-inventing Organisasi dan Diri itu Wajib

Organisasi yang berjalan tanpa struktur dan disiplin cenderung chaos.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Leadership Growth: How to Keep Relevant Today

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Business and Executive Coach

 

“Since I became CEO, 87 percent of the companies in the Fortune 500 are off the list. What that says is that companies that don’t reinvent themselves will be left behind. I also think that’s true of people.” — John T. Chambers, dulu CEO Cisco.

 

Anda pernah berjalan naik di bukit pasir? Tentu harus dengan upaya yang luar biasa untuk mendaki hanya beberapa meter, jika tidak didukung peralatan dan teknologi yang memadai. Dukungan alat yang handal diperlukan agar kita memiliki traction, pijakan/daya cengkeram atau daya penarik yang memungkinkan kita bergerak maju lebih mantap, tanpa mengalami selip.

Dalam dunia otomotif, traction control membangun momentum agar kendaraan bergerak stabil dalam kondisi jalanan berpasir atau licin bersalju sekalipun. Ini tentu juga memerlukan pengemudian yang efektif.

Mengembangkan organisasi agar memiliki traction, pijakan yang kokoh dan daya hela yang kuat untuk menanjak ke level sukses berikutnya, diperlukan struktur dan disiplin dalam proses eksekusi, bertindak (action).

Struktur meliputi sistem, proses, prosedur, penataan kembali bagan organisasi, optimalisasi setiap pos/lini dan fungsi, program pengembangan human capital, peningkatan kompetensi komunikasi efektif dengan pelanggan. etc.

Tanpa struktur dan disiplin, organisasi cenderung mengalami chaos. Potret umum situasi chaos di antaranya: pelanggan mulai mengeluh, deliveri tidak konsisten, administrasi lintang-pukang, tagihan (A/R) tidak lancar. Kemudian cash jadi masalah. Para eksekutif dan pengelola bekerja hiruk-pikuk, semuanya jadi urgent-urgent ….

Kesempatan berpikir menyusun strategi jadi barang mewah, sulit mereka raih. Mereka jadinya bukan menyetir bisnis, tapi business runs them.

Without structure, you feel as every day is a race up a 200-foot-high sand dune -- lots of slippage and little or no traction,” kata Keith J. Cunningham (The Road Less Stupid, 2018).    

Bagi Anda yang berpengalaman dalam mengelola dan mengembangkan organisasi, gambaran tersebut di atas tentunya familiar. Barangkali juga ada yang mengalami dan mengatasinya. Bagi yang berhasil lulus tentu setuju, bukankah struktur dan disiplin dalam proses eksekusi dan action-nya sangat diperlukan?

Berdasarkan pengalaman dan praktik kami bersama sejumlah perusahaan, dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan usaha meraih hasil gemilang lazimnya melalui pemantaban: Mastery, Niche, Leverage, Team, Synergy, baru Results. Ini perspektif Action Coach, lembaga re-edukasi bisnis yang berkembang di lebih dari 60 negara dan sudah membantu puluhan ribu perusahaan dari pelbagai ukuran.

Mastery mustahil Anda tawar atau kompromikan, karena ini fondasi yang ditopang empat urusan sangat mendasar: Destinasi (why Anda membangun organisasi, goal, life purpose, visi); Uang (penentuan break even, profit, pelaporan yang akurat, KPI); Time (self-management, planning, delegasi); dan Deliveri (kualitas, jaminan pasokan, kemudahan bertransaksi, pelayanan).  

Keempat faktor utama dalam Mastery memastikan struktur akan berfungsi lebih efektif melahirkan traction, sehingga akselerasi dapat Anda kendalikan dengan lebih baik, naik ke next stage of your success.

Menjemput peluang, memperbesar usaha atau scaling up bisnis, meningkatkan revenue plus profit, tentunya akan lebih fit jika didukung struktur dan disiplin, serta pelaksanaan dengan baik semua proses dalam Mastery.

Karena itu kita perlu melakukan re-inventing organisasi dan juga membangun kembali diri sendiri, meningkatkan self-mastery sebagai eksekutif atau leader, agar lebih handal mengendalikan organisasi menghadapi tantangan (tanjakan dan tikungan) dalam lanskap bisnis sekarang.

Keberhasilan di masa lalu bukan jaminan sukses sekarang. Seperti kata mantan CEO Cisco John T. Chambers, “Since I became CEO, 87 percent of the companies in the Fortune 500 are off the list. What that says is that companies that don’t reinvent themselves will be left behind. I also think that’s true of people.”

Kebanyakan dari kita sebenarnya sudah tahu dan memahami bahwa struktur, disiplin, dan penguasaan level Mastery (empat hal mendasar: arah usaha, keuangan, deliveri, time), sepantasnya dikalibrasi secara periodik. Banyak pula yang menyadari, proses re-inventing organisasi dan diri sendiri memang wajib hukumnya, agar selalu relevan dengan perkembangan.

Pertanyaannya, apakah pemahaman dan kesadaran tersebut sudah diimplementasikan dengan sepenuh hati melalui didiplin eksekusi dan action?  

Menurut pengalaman kami Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC) berinteraksi dengan para eksekutif dan leaders di puluhan negara, dapat dikatakan, tantangan utama yang dihadapi para eksekutif hari-hari ini bukan understanding the practice of leadership (know how), tapi practicing their understanding of leadership (show how).    

Kerjaan utama MGSCC selama lebih dari 25 tahun ini adalah enables successful leaders to achieve positive and measurable change in leadership behavior. Membangun sistem untuk improvement berkesinambungan, bagi para leaders dan tim mereka. Ini cara praktis dalam proses re-inventing kepemimpinan kita mengendalikan organisasi.

Leadership behavior penting. Sebagaimana saya sampaikan dalam tulisan sebelum ini, survei Accelerators of Change menyimpulkan, perilaku kepemimpinan para eksekutif dan leaders organisasi berdampak signifikan (50 – 70%) pada budaya organisasi. Dan budaya organisasi merupakan faktor tunggal terbesar (35%) pada operational performance – 65% lainnya dipengaruhi oleh gabungan sejumlah faktor, seperti business model, branding, kekuatan modal, regulasi pemerintah.

Partisipasi Anda agar berhasil re-inventing diri, menjadi eksekutif yang lebih efektif dan tetap relevan dengan tantangan sekarang, adalah dengan membuktikan berani menapaki wilayah tantangan baru, rendah hati sebagai manusia yang memerlukan dukungan stakeholders, dan disiplin follow up dengan mereka. Apalagi jika Anda mengaku care terhadap tim dan unsur stakeholder lainnya (termasuk keluarga Anda).

 

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Coaching.

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leader Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(http://sccoaching.com/coach/mcholid1).  

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler