Hari-hari ini, mata dan kuping publik dipaksa menonton, membaca dan mendengar penanya yang bertanya hanya sekedar bertanya, dan penjawab yang menjawab hanya sekedar menjawab. Interaksi pertanyaan dan jawaban yang tak berkualitas. Padahal penjawab cerdas mestinya bisa membalutkan sentuhan kecerdasan atas pertanyaan sampah.
Pertanyaan bermutu akan kehilangan kualitasnya jika diajukan tanpa kedalaman terkait soal yang dipertanyakan. Jawaban cerdas akan kehilangan aura kecerdesannya jika diutarakan tanpa kohesi dan metafora yang bernas. Hasilnya mudah ditebak: percakapan membosankan dan menjengkelkan. Menggugah emosi, namun tak merangsang nalar. Drama sabun untuk sekedar mengisi slot tayang.
Lalu muncul adu meme dan pertarungan narasi bahkan sebelum pertarungan resmi dititahkan. Diktum pasal-pasal hukum yang mengatur periodisasi kampanye tak lagi bertuah. Dan kayaknya tak seorang pun yang sungguh peduli. Akun-akun hantu Medsos menemukan momentumnya di ruang maya yang menawarkan ruang lebar untuk saling menihilkan, sejak dini.
Yang mencemaskan, meski tiap pihak sesumbar mendeklarasikan akan mengusung adu konsep dan program, toh sejauh ini, hampir semua tanda mengisyaratkan bahwa adu meme dan narasi yang saling menihilkan itu akan terus bereskalasi sampai hari “H”, dan akan semakin brutal di tengah absennya percapakan dan narasi yang bermutu.
Syarifuddin Abdullah | 14 Agustus 2018/ 02 Dzul-hijjah 1439H
Sumber foto ilustrasi: deviantart.com
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.