x

Iklan

Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja - FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sandiagaiconic dan 8 Alasan Puasa Sunnah is Live, No Dead

Mengapa kita justru mendapatkan gelar takwa karena puasa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dahulu Plato seorang filsuf Yunani yang hidup 25 abad yang lalu, berkata,  “Keadilan, kebenaran, kemerdekaan, itulah pangkal dari kebahagiaan.” Berestafet sebakda (setelah) aksi 2 Desember 2016, gelombang perkumpulan umat Islam menuntut keadilan atas penista agama Basuki Tjahya Purnama (alias Ahok), dinilai sangat mempengaruhi seluruh sisi kehidupan manusia terutama masyarakat Indonesia yang melahirkan kebahagiaan.

Sebakda gelombang itu muncul istilah-istilah mart 212, koperasi 212 yang basisnya adalah saling menanggung atau bersama-sama memikul tanggungjawab, menjunjung keadilan dan kesejahteraan. Tidak heran entah itu resonansi dari prinsip saling menanggung atau prinsip yang lainnya yang saya tidak tahu, telah menyebabkan gelombang ‘tsunami’ hingga radius yang sangat jauh. Maka kita juga kenal baru-baru ini istilah santripreneur, moeslem bugar, yang sebenarnya tidak hanya simbol tapi realitas penerimaan orang terhadap Islam sudah mulai berubah kepada penerimaan kepada saling menanggung, kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, hingga penerimaan di bidang kesehatan. Ini terbukti, insan Indonesia sudah menembus teritori negara kepada teritori global. Banyak orang yang menggalang dana untuk Palestina, Rohingya, Lombok dan seterusnya. Di Bangko, Kabupaten Merangin misalnya, dari genk motor, aktivis kampus, sekolah-sekolah, komunitas pejuang subuh hingga jamaah masjid menggalang dana untuk kemanusiaan. Bukti kedua, ialah bicara kesehatan juga bicara Islam. Seperti mengapa justru puasa senin kamis malah menyehatkan bukan menyakitkan.

Sandiaga Solahudin Uno yang dermawan dikabarkan rajin dhuha, puasa senin-kamis dan kemudian disebut-sebut santripreneur sebenarnya menjadi tanda Islam dihayati insan manusia hingga kalangan orang kaya sekalipun. Sebenarnya banyak bukti lainnya, namun ini saya cukupkan ke dalam topik “Islam itu Indah” dan “Islam itu menyentuh seluruh sisi kehidupan manusia” serta, “sumber kebahagian berdasarkan Qur’an dan Sunnah.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang banyak dikhawatirkan orang yang hendak puasa sunnah adalah kesusahan yang dihadapi saat berpuasa. Mengapa puasa justuru membahagiakan? Untuk itu saya perlu menjawab pertanyaan mengapa kita tidak tewas karena puasa sunnah Senin-Kamis. Sebagai benteng terakhir menumpas kekhawatiran, yaitu kesusahan saat berpuasa. Untuk menganjurkan puasa sunnah saya mengambil contoh kemampuan Sandiaga Solahudin Uno, karena beliau mampu untuk puasa sunnah meskipun beliau adalah pribadi yang agendanya super padat.

Mengapa kita tidak meninggal karena lapar puasa? Mengapa kita justru mendapatkan gelar takwa karena puasa? Mengapa  kita justru mendapatkan kehidupan karena puasa? Ada setidaknya 8 alasan mengapa puasa itu justru menghidupkan kita bukan mematikan kita.

Pertama

Puasa menyehatkan tubuh (mencegah obesitas, reumatik, diabetes melitus, hipertens, radang lambung). Bahkan puasa mampu meremajakan sel, meneguhkan jiwa, dan mengendalikan hasrat seksual. seperti diketahui, kita dapat hidup 40 hari tanpa makan. Itu menurut ahli fisiologi. Saat berpuasa kita dapat menghemat penggunaan air bukan karena kita yang mengaturnya. Ini lah tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Tapi tubuh kita melalui kinerja hipotalamus di dekat otak mampu menghemat air dengan hormon, namanya ADH (anti diuretik hormon). Sehingga kita jarang buang air kecil di siang berpuasa.

Kedua

Saat berpuasa kita menggunakan energi dari cadangan karbohidrat dan lemak. Sedikit tambahan wawasan, bahwa pada puasa wajib (Ramadhan) mulai hari ke-4 kita sudah terbiasa dengan puasa.

Ketiga

Kita mengantuk kira-kira saat tengah hari sehingga cenderung tidur sebentar untuk memulihkan tubuh.

Keempat

Puasa kita kira-kira 12-14 jam. Ini adalah lamanya waktu yang cocok dan pas yang mencakup pencernaan makanan dan penyerapan makanan di wilayah tropis. Jika jam 4 (sebelum subuh) kita sahur, maka jam 8 pagi lambung kita sudah kosong, sampai jam 8 pagi ini lambung mencerna makanan. Kemudian sampai jam 2 siang tubuh kita menyerap sari-sari makanan dari makanan yang sudah dicerna atau dipecah. Sari makanan ini diedarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Makanya tubuh kita tetap mendapat energi dari sari makanan ini. Makanya sore hari kita agak merasakan kemudahan. Jam 6 waktu magrib kita makan lagi. Artinya dari jam 2 siang sampai jam 6 magri itu sia makanan mencapai usus besar menjadi feses (sisa pencernaan) atau kotoran yang kira-kira 18 jam dari waktu makan sahur kita akan terbuang saat BAB. Sampai jam 10 malam terjadi lagi pencernaan, jadi jam 10 itu kita lambung kita kosong. Makanya jam segini masih banyak orang buka warung makanan (pada bulan Ramadhan). Gak bisa buka toko siang hari ya buka pas magrib atau malam. Jadi rezeki itu di tangan Allah bukan di tangan Presiden atau tuan. Jam 10 malam sampai jam 4 waktu sahur usus menyerap sari-sari makanan. Jadi sebenarnya makan yang paling tepat itu adalah 2 kali sehari. Kalau kita tanya dokter ada yang jawab 2-3 kali. Jadi inilah Allah. Puasa itu bukan memberatkan.

Kelima

Kita mengakhirkan waktu sahur. Semakin didahulukan waktu sahur maka semakin panjang waktu berpuasanya.

Keenam

Kita berbuka di waktu magrib. Segera, gak ditunda. Semakin ditunda berbua puasanya maka semakin panajang waktu berpuasanya.

Ketujuh

Kita berbuka dengan kurma atau yang manis terlebih dahulu. Diketahui bahwa 65-70 persen tubuh kita terdiri dari air. Jadi kita butuh air di awal berbuka. Kurma mengandung 20 persen air. Saat berpuasa kita mengunakan gula cadangan dan gula dari makan sahur kita. Jadi di awal berbuka, kita perlu gula. Kurma mengandung 70 persen gula buah dan 8 persen serat. Serat ini tidak memberatkan kita dalam mencernanya. Kalau makan gorengan di awal berbuka, itu gak bener. Kita pelu berbuka dengan 2/3 makanan dan minuman. Lambung kita 0,5 liter daya tampungya yang berkemampuan mengembang hingga 1,5 liter (mengembang lebih dari seratus persen). Jadi perlu kita isi  dengan 1 liter saja saat berbuka (2/3 volume lambung).

Kedelapan

Berpuasa untuk mendapat gelar takwa (QS. Al-Baqarah: 183). Dengan puasa kita bersyukur, dengan puasa kita lebih peduli dengan orang yang mengalami kesusahan. Dengan puasa kita lebih bersabar dan banyak istigfar. Dengan berpuasa kita lebih dekat dengan Allah Swt. Dekat dengan Allah membuat kita kuat menghadapi ujian kesulitan dan ujian kenikmatan. Wajar jika kemudian puasa sunnah menjadi tren dan style karena terbukti dengan dibentuk dan bertahannya komunitas pecinta puasa sunnah seperti KOPPUSAT (Komunitas Puasa Sunnah Umat).

 

Reference:

Sub Bab, Fisiologi. Neil A Campbell dkk (2004)

Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jamal Elzaky (2011) 

Sumber Gambar: mbakhidayah.com

Ikuti tulisan menarik Mahendra Ibn Muhammad Adam lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB