x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Runtuhnya Hindia Belanda

Faktor-faktor eksternal dan internal yang berhubungan dengan runtuhnya Hindia Belanda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Konflik Bersejarah - Runtuhnya Hindia Belanda

Penulis: Nino Oktorino

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Tebal: viii + 232

ISBN: 978-602-02-804-6

Runtuhnya Hindia Belanda tidak lepas dari situasi global dunia saat itu. Buku-buku yang saya baca tentang topik Hindia Belanda di tahun 1940-an selalu menyajikan situasi global yang sangat berpengaruh terhadap situasi di koloni Belanda ini. Baik buku “Kuasa Jepang di Jawa” karya Aiko Kurasawa maupun buku “Runtuhnya Hindia Belanda” karya Onghokham, keduanya memuat pengaruh eksternal terhadap runtuhnya kekuasaan Belanda di nusantara. Demikian pun dengan buku karya Nino Oktora ini.

Nino mengawali bukunya dengan menyajikan situasi di Eropa, khususnya negeri Belanda yang diserang Jerman. Serangan Nazi ini membuat Ratu Belanda harus mengungsi ke London. Situasi di seberang Eropa direspon oleh para pejabat Hindia Belanda dengan menangkapi warga Jerman yang ada di Hindia Belanda, khususnya di Jawa. Hindia Belanda melawan.

Situasi ini menimbulkan simpati para anti Hitler di Hindia Belanda. Tak kurang dr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang saat itu ada di Makassar ikut melakukan demo anti Nazi. Gerakan simpatik terhadap negeri Belanda ini diikuti oleh banyak pihak pergerakan kemerdekaan di Hindia Belanda. Bahkan banyak dari orang Indonesia yang bersimpati untuk mengumpulkan dana demi perang dengan Nazi Jerman.

Bersamaan dengan situasi negeri Belanda yang diserang Jerman, gerakan kemerdekaan Indonesia juga semakin meluas. Awalnya Belanda mendukung gerakan kemerdekaan ini. Namun selanjutnya, seturut dengan melemahkan kekuatan Jerman di Eropa, dukungan kepada kemerdekaan Indonesia menjadi surut pula. Sikap Belanda yang plin-plan ini sangat berpengaruh kepada tidak berhasilnya mobilisasi rakyat saat Belanda diserang Jepang.

Pada awalnya Jepang mengupayakan damai. Jepang menuntut konsesi import bahan mentah dari Hindia Belanda. Tetapi Jepang juga sudah menyiapkan diri untuk berperang. Sudah sejak tahun 1930 Jepang telah menyiapkan diri melalui operasi itelejen dan memprovokasi orang-orang pergerakan. Itulah sebabnya saat Jepang menyerang Hindia Belanda, Jepang dengan mudah bisa menguasai wilayah-wilayah strategis. Jepang juga didukung oleh banyak orang Boemi Poetera yang kecewa dengan sikap Belanda yang tidak memberikan kemerdekaan.

Runtuhnya Hindia Belanda juga sangat dipengaruhi oleh Perang Pasifik. Tidak terkoordinasikannya aliansi Eropa – Amerika menyebabkan perlawanan kepada Jepang kurang berhasil. Nino memberikan banyak rincian betapa masing-masing pihak sekutu mengutamakan kepentingannya sendiri. Awalnya Amerika lebih mengutamakan mempertahankan Eropa daripada terlibat langsung peperangan di Pasifik. Saat sudah terlibat dalam perang di Pasifik, Amerika lebih fokus melindungi Filipina. Sementara Australia lebih peduli dengan keamanan negaranya sendiri sehingga pertahanannya jauh berada di timur.

Serangan Jepang ke Hindia Belanda sangat cepat dan terstruktur. Setelah menyerang Perl Harbor, Jepang menyerang melalui tiga titik sekaligus. Jepang menyerang di barat, di tengah dan di timur. Serangan Jepang fokus untuk menguasai pangkalan udara, merebut sumber minyak dan melumpuhkan kekuatan udara lawan. Dengan informasi intelejen yang telah dikumpulkannya sejak tahun 1930, Jepang bisa dengan cepat menguasai wilayah-wilayah Hindia Belanda, dan akhirnya Jawa.

Belanda bukannya tidak menyiapkan diri. Namun karena dukungan sekutu tidak maksimal, sementara KNIL sudah terlanjur didisain sebagai polisi daripada tantara, maka Belanda kewalahan dalam menghadapi serangan Jepang. KNIL tidak siap melawan serangan dari luar. Belanda berupaya untuk melakukan mobilisasi pribumi. Namun sayang, mobilisasi ini tidak mendapatkan respon dari masyarakat. Para elite pergerakan kemerdekaan sudah terlanjur patah arang dengan Belanda yang ingkar janji dalam mendukung peran pribumi dalam pemerintahan Hindia Belanda. Di sisi lain, Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Nino mengungkapkan tokoh-tokoh pergerakan dan KNIL yang ikut terlibat dalam perang Pasifik. Tokoh-tokoh lokal yang loyal kepada Hindia Belanda maupun yang pro Jepang. Tokoh-tokoh tersebut di kemudian hari sangat berperan dalam lahirnya Indonesia dan awal pemerintahan NKRI.

Seperti disampaikan oleh Nino dalam pengantar, tujuan penulisan buku ini adalah untuk menuliskan fase sejarah runtuhnya Hindia Belanda secara lebih detail dan lebih lengkap. Itulah sebabnya dalam penulisanya Nino memasukkan banyak detail nama, tempat dan konteks peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan keruntuhan pemerintahan Belanda di Asia Tenggara ini. Nino juga melengkapi buku ini dengan lampiran-lampirantentang kondisi militer Hindia Belanda dan Jepang beserta alat perang mereka.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler