Dia yang dihormati sambil terus dicemooh, membalas dengan senyum mengejek.
Dia yang punya trah, tiap kali dicemooh dan dihina, membalas dengan bahasa diam.
Keputusannya bak sabda, yang jika pun salah, akan dibenar-benarkan oleh pengagumnya.
Banyak pemuka negeri diam-diam menghujatnya dalam ruang privat, bukan secara terbuka.
Aku masih kesulitan menikmati gaya tutur dan tampilannya, ketika hari ini, aku melihatnya dari jarak dekat.
Narasinya tak bernas, retorikanya artifisial, konstruksi logikanya tak berkelas. Ketulusannya meragukan.
Lalu aku sadar: tanpa syarat, jika mau, Tuhan berhak mutlak mengaruniai aura dan pengaruh kepada siapapun.
Syarifuddin Abdullah | 12 September 2018/ 02 Muharram 1440H
sumber foto: erabaru, diolah
Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.