x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Tiga Langkah Merengkuh Realitas Hari Ini

Apa yang sesungguhnya terjadi, bos kerja keras kok bisnis malah kritis kondisinya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

#Leadership Growth: What is Your Great Fight?

 

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Practicing Certified Executive and Leadership Coach

 

Conrad memang istimewa, an exceptional person. Saat bersama kekuatan sekutu merebut Normandy, unit tank yang ia pimpin bergerak maju tanpa gentar dan berperan penting dalam upaya memastikan tentara Nazi Jerman takluk.

Pada Perang Dunia II, pendaratan dan pertempuran di Normandy dikenang semua pihak sebagai salah satu ajang ujian sangat berat, dapat menentukan kualitas manusia-manusia yang menjadi bagian aktif di dalamnya. Melibatkan 12 negara, termasuk AS, Inggris, Canada, Australia, New Zealand, dan Prancis. Total ada lima ribu kapal dan 11 ribu pesawat terbang yang dikerahkan sebagai bagian dari kekuatan gabungan untuk membebaskan dunia dari cengkeraman Nazi.

Atas pengabdian dan keberaniannya dalam perang tersebut, Conrad, yang senang dipanggil Connie, memperoleh penghargaan Purple Heart dan Bronze Star Medal.

Di AS, pada 1947 Connie mulai membuka UKM manufaktur perkakas untuk membantu pemulihan fungsi alat-alat berat. Belakangan, ketika Connie sudah berusia 94 tahun, nilai bisnis dan kekayaan pribadinya sudah lebih dari US$ 3 milyar (billion), hasil dari sekitar 200 konsorsium usaha.

Itu sekitar lima tahun silam, ketika Darren Hardy -- pengusaha, pemilik Majalah Success, dan mentor para CEO – menemui Connie dalam sebuah event kalangan pemilik yacht. Connie memang sering menikmati yacht-nya sembari mengontrol bisnisnya dari jauh.

Dalam program pelatihan Be The Exception untuk para eksekutif dan business owners di 2018 ini, Darren Hardy menceritakan, pendapatannya berhasil meningkat sampai lima kali lipat dalam empat tahun terakhir karena mengimplementasikan sacred focus process yang diajarkan Connie.

Dikenal hangat, enerjik, dan rendah hati, Connie pada usia 94 waktu itu mesti kembali mengambil alih posisi CEO di perusahaan, setelah beberapa tahun menikmati hidup sebagai chairman. Alasannya? Sebagaimana diceritakan Darren Hardy, ketika itu David, anak Connie, yang dipercaya sebagai CEO telah menyebabkan perusahaan nyaris kolaps.

David bekerja sangat keras, super sibuk, always in constant meeting, dan rajin mendatangi pertemuan kalangan VIP, kata Connie. Hasilnya? Selain telah menyebabkan perusahaan terancam ambruk, pada usia 60-an tahun itu David menderita maag dan terkena serangan jantung.

Apa yang sesungguhnya terjadi, bos kerja keras kok bisnis malah kritis kondisinya?

David memang pekerja keras, tapi dia bekerja keras di wilayah yang salah, lebih banyak di miscellaneous, kata Connie, bukan fokus pada inti utama tanggungjawabnya.

Dalam mengelola usaha dan menjalani kehidupan, Connie mengetrapkan prinsip dan nilai-nilai kepemimpinan yang dia yakini layak diterapkan oleh siapa saja di industri apa saja, untuk membuahkan hasil optimal. Dengan rendah hati Connie mengakui salah karena tidak membimbing David menjalankan sacred focus process. Maka dia share itu, sebagai semacam upaya menebus kekeliruannya.

Connie bilang, kita mesti memiliki define purpose, misi yang jelas, sebagai rasa syukur atas anugerah bakat dan peluang dari Pencipta Alam Semesta. Dalam praktik kepemimpinan, Connie menyebutkan ada tiga hal utama yang wajib dikerjakan untuk mendukung define purpose dan satu wilayah miscellaneous yang mesti dihindari karena membahayakan bisnis– berisi segala godaan, hal-hal yang sangat diinginkan umumnya manusia, tapi sebenarnya belum tentu atau tidak diperlukan, seperti iming-iming proyek baru, pargaulan VIP yang berlebihan, etc.

Menghindari atau keluar dari kuadran miscellaneous memang tidak nyaman bagi umumnya orang dan itu diakui Connie. Di situlah pentingnya kita membangun define purpose dan menegakkan tiga tiang penyangganya secara konsisten, yaitu:

1). Sacred demand (kepercayaan yang diemban dilaksanakan sebagai tugas suci).

2). Whole heart devotion. Tentukan prioritas, kerjakan sepenuh hati, fokus satu kegiatan dalam satu alokasi waktu. No man can serve two masters, kata Connie.

3). Genesis deadline. Jika fokus, satu proyek atau kegiatan umumnya dapat dikerjakan lebih cepat, bisa rampung dalam separuh atau tiga perempat dari waktu yang direncanakan. Ini disengaja agar semua orang bekerja optimal.

Menurut Connie, upaya berkesinambungan menegakkan tiga penopang define purpose tersebut merupakan great fight of life.

Jika ketiga hal penting diatas itu dapat kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, segala godaan di kuadran miscellaneous dengan sendirinya tersingkir. Karena saat diri kita penuh dengan tindakan-tindakan yang benar, right things right, sesuai define purpose, selera dan godaan untuk melenceng dari tujuan utama melemah.

Sekarang, izinkan saya bertanya, dalam kapasitas Anda sebagai eksekutif dan leader di organisasi, apa yang Anda utamakan selain team engagement, achievement, and wellbeing in the organization and life? Bukankah saat ini, ketika tekanan kompetisi global mengepung dari delapan penjuru angin, selekasnya Anda keluar dari kenikmatan semu di wilayah miscellaneous?

Menegakkan tiga tiang utama penopang define purpose sebagaimana dipraktikkan Connie memang counterintuitive, bahkan sangat tidak nyaman bagi sebagian orang.

Siapa bilang berubah dari level sukses saat ini menjadi lebih hebat dipastikan mulus dan nyaman? Dalam komunitas Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC), semua anggota selalu diingatkan: There is no comfort in the change zone and no change in the comfort zone.  

Bagi para leaders itu berarti perlu courage (keberanian) membuka diri, hati, dan pikiran mengolah tantangan memasuki level kepemimpinan lebih efektif. Pantang menunda untuk berubah, dengan alasan cari waktu terbaik – waktu terbaik ya sekarang. Karena setiap tarikan nafas, setiap menit yang diberikan Tuhan adalah waktu terbaik untuk menjadi lebih baik.

Dalam leadership growth berdasarkan MGSCC, selain courage juga perlu humility (rendah hati mengakui ketidaksempurnaan diri dan perlu melibatkan stakeholder untuk membantu perubahan), dan discipline (konsisten follow up dengan stakeholder dan mengasah terus kompetensi agar menjadi lebih efektif).

Jon Korlioni, tokoh dalam tulisan pekan lalu (#SeninCoaching: Punya Siasat dan Nyali Menghadapi Dollar?) dan sejumlah eksekutif plus leaders yang sudah mengikuti Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching merasakan benefit melakukan hal-hal counterintuitive tapi menjadikan mereka lebih efektif. Tingkat keberhasilan para leaders tersebut diukur berdasarkan penilaian/persepsi para stakeholders, yang terdiri dari atasan, peers, dan direct reports.

Bagi para eksekutif dan leaders di organisasi-organisasi yang dari hari ke hari, day in day out, berinteraksi dengan pasar global atau kalangan multinasional, mengikuti Global Leadership Assessment (GLA 360) menjadi kebutuhan mutlak. Supaya level kompetensi mereka diukur berdasarkan parameter dan kondisi yang berlaku dan selalu dibutuhkan organisasi-organisasi multinasional. Sehingga selalu relevan dengan realitas zaman.

Untuk kompetensi Assure Success misalnya, ada tiga hal penting harus diukur ulang, di level mana mereka dalam developing technological savvy, ensuring customer satisfaction, dan maintaining competitive advantage. Masing-masing dari ketiga faktor tersebut digali lebih dalam lagi dengan sederet pertanyaan dan tolok ukur, untuk memastikan, katakanlah maintaining competitive advantage, apakah tindakan-tindakan yang mendukungnya sudah dikerjakan secara konsisten day in day out oleh para eksekutif.

Meningkatkan efektivitas kepemimpinan melalui program MGSCC, mengukur ulang kompetensi menghadapi globalisasi dengan GLA 360, dan menerapkan sacred focus process merupakan tiga langkah pilihan untuk merengkuh realitas kehidupan Abad 21 dengan lebih mantap.

 

Mohamad Cholid  adalah Head Coach di Next Stage Coaching.

n  Certified Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

n  Certified Marshall Goldsmith Global Leadership Assessment

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

(http://id.linkedin.com/in/mohamad-cholid-694b1528)

(http://sccoaching.com/coach/mcholid1). 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler