x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pelayaran dan Perdagangan Kopra di Gorontalo

Pengaruh perdagangan kopra terhadap monopoli pelayaran Hindia Belanda dan penguasaan wilayahGorontalo.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Pelayaran dan Perdagangan Kopra di Gorontalo (1888-1942)

Penulis: John Rivel Purba

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Amara Books

Tebal: x + 98

ISBN:  978-602-6525-78-9
Gorontalo, khususnya Teluk Tomini sudah menjadi pusat pelayaran antarpulau sejak sebelum orang Eropa datang. Gorontalo menjadi tempat persinggahan para pedagang karena wilayah Gorontalo menghasilkan banyak komoditas. Komoditas seperti emas, kopra, kopi, rempah-rempah, getah damar dan rotan (hal. 30). Kapal yang berlabuh di pelabuhan ini bukan saja kapal-kapal dari pulau sekitar tetapi juga dari berbagai negara.

Sebenarnya kopra pada awalnya bukanlah produk utama dari wilayah Gorontalo. Namun di abad 20, kopra menjadi komoditas ekspor utama dari wilayah ini. Besarnya ekspor kopra ini disebabkan kualitas kopra dari Afdeling Gorontalo adalah salah satu yang terbaik. Pedagang dari Denmark dan negara Eropa lainnya, Amerika, Jepang dan China banyak mengambil kopra dari wilayah ini.

Melihat besarnya potensi ekonomi wilayah ini, Belanda berupaya untuk menguasai Gorontalo. Memanfaatkan konflik antara Kesultanan Ternate dan Kerajaan Gowa, Belanda akhirnya bisa menguasai wilayah Gorontalo (hal. 35). Penguasaan wilayah ini bukan saja dari sisi perdagangan. Tetapi juga dari sisi transportasi laut. Awalnya Belanda bekerja sama dengan perusahaan kapal swasta yang sahamnya banyak dikuasai oleh Inggris, yaitu Nederlandsch Indische Stoomvaart Maatschappij (NISM). Selain dari NISM banyak perusahaan pelayaran lain yang memberikan pelayanan transportasi laut. Selanjutnya Pemerintah Hindia Belanda mendirikan perusahaan negara pelayaran yaitu Koninklijk Paketvaart Maatscappij (KPM). KPM berhasil menguasai pelayaran di wilayah utara dan timur Hindia Belanda karena diberikan hak monopoli pelayaran. Monopoli ini mengakibatkan banyak perusahaan dari luar tidak bisa lagi membeli kopra langsung dari Gorontalo (hal. 67).

Buku ini menjelaskan dua jenis kopra yang dihasilkan dari wilayah Afdeling Gorontalo. Kedua jenis kopra tersebut adalah jenis sun dried, yaitu kopra yang sepenuhnya dikeringkan dengan panas matahari dan jenis mixed dried yang dikeringkan dengan oven dan panas matahari. Kopra jenis sun dried lebih tinggi mutunya.

Dua jenis kopra ini menunjukkan bahwa produksi kopra dari wilayah ini sangatlah melimpah. Kualitasnya pun sangat baik. Produksinya yang sangat tinggi membuat banyak perusahaan dagang yang berbisnis kopra berada di Gorontalo. Perusahaan dagang itu ada yang dimiliki oleh Belanda, Jerman dan milik etnis Tionghoa. Sementara itu perusahaan dari Amerika dan Denmark datang untuk membeli langsung kopra dari wilayah ini.

Hal lain yang dicatat oleh buku ini adalah tentang Yayasan Kopra (hal. 73). Yayasan ini didirikan untuk mengatasi persoalan menurunnya harga kopra. Yayasan yang didirikan pada tahun 1940 ini mengatur pembelian, penjualan dan pengumpulan kopra.  Namun kehadiran yayasan ini tidak disambut baik oleh para pedagang kopra. Bahkan yayasan ini dicurigai melakukan kolusi dengan KPM dalam pembangunan Gudang kopra.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler