x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Blog Media yang Terdistorsi

Tujuan blog media untuk mendorong mendorong partisipasi warga dalam wacana yang menyangkut hidup mereka telah mengalami distorsi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ruang publik berupa ‘blog’ tersedia di hampir setiap media massa yang dikelola jurnalis profesional. Tempo punya Indonesiana dan Kompas punya Kompasiana, begitu pula dengan media sejenis lainnya. Media arus utama berusaha menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat untuk terlibat dalam wacana mengenai berbagai isu. Niatnya bagus, namun persoalan dan tantangan juga bermunculan.

Blog media bersifat terbuka, siapapun boleh mengisi ruang blog media ini. Di indonesiana.tempo, umpamanya, naskah dikirim dan diunggah bukan hanya oleh perorangan, tapi juga ada yang mewakili institusi, seperti organisasi pemuda. Sejumlah Kodim (Komando Distrik Militer—di tingkat kota/kabupaten) maupun Koramil (Komando Rayon Militer—di tingkat kecamatan) juga aktif mengunggah informasi mengenai aktivitas yang dilakukan institusinya, misalnya bakti sosial membangun jalan atau mendorong ekonomi pedesaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu pula, tidak kurang individu yang mempromosikan produk tertentu, mulai dari pelatihan, vitamin, hingga alat pembersih. Walau sempat muncul sejenak di unggahan terbaru, naskah promosi umumnya tidak disetujui (approved) oleh pengelola blog untuk ditampilkan di etalase ataupun tajuk utama (dalam hal Indonesiana).

Meskipun semula dimaksudkan agar warga masyarakat lebih aktif dalam diskusi isu-isu publik, tapi institusi dan organisasi justru melihat ruang virtual ini sebagai peluang untuk mengomunikasikan pandangan dan aktivitas mereka kepada pihak luar. Itulah konsekuensi dari pilihan atas prinsip keterbukaan partisipasi. Tidak ada pembatasan apakah tulisan yang diunggah di blog media merupakan pandangan pribadi seseorang sebagai ‘warga masyarakat’ atau pandangan yang menyuarakan organisasi.

Di titik ini timbul tantangan. Tulisan-tulisan yang memuji-muji figur tertentu bermunculan, apakah figur itu politikus, menteri, ataupun pejabat publik lain. Puja-puji itu tentu saja terkait dengan kinerja figur agar tampak mengesankan publik (dalam hal ini pembaca blog). Ada fungsi kehumasan di dalamnya. Beberapa waktu lalu sering muncul naskah tentang menteri ini sedang itu atau sedang ini, berpendapat begitu atau begini, dan kini ‘ketika musim politik tiba’ muncul naskah blog tentang caleg ini dan caleg itu.

Di sisi lain, kritik terhadap figur publik juga tidak kurang kencang. Sebagian begitu pedas dan sukar menghindarkan diri untuk tidak terkesan politis, bahkan personal. Memiliki kecondongan politik memang hak setiap orang, tapi sayang bila blog media kemudian menjadi tempat untuk menyuarakan kepentingan partai atau memuji-muji atau mengritik habis orang per orang dengan argumen ‘pokoknya jago saya’. Politikus yang sedang menjabat atau ingin terpilih dalam pemilihan seakan-akan berkampanye di sini lewat tulisan entah siapa.

Suara warga yang mengekspresikan kepentingan masyarakat luaslah yang mestinya lebih memperoleh tempat di blog media semacam ini. Sayangnya, harapan agar peran serta warga dalam mendiskusikan secara langsung isu-isu yang menyangkut hidup mereka tampaknya berpotensi tidak tercapai sepenuhnya. Sebabnya, ruang publik yang coba dibangun ini telah dimanfaatkan pula oleh pihak-pihak yang sebenarnya telah memiliki ruang sendiri untuk menyuarakan kepentingan dan pandangan mereka.

Tujuan semula blog media untuk menyediakan ruang bagi partisipasi publik dalam wacana sosial, politik, ekonomi, kesehatan, dan urusan publik lainnya pada akhirnya, sedikit banyak, mengalami penyimpangan. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler