x

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pemain dan Orang Tua Nakal dalam Kompetisi Sepakola

Pemian nakal dan orang tuanya, wajib diberikan shock therapy oleh para operator kompetisi sepakbola usia muda di indonesia, dengan menyetop mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Keberhasilan Timnas U-16 dalam meraih berbagai tropi hingga menggondol juara Piala AFF U-16 dan nangkring di posisi delapan besar Piala AFC U-16 tahun 2018, tidak semudah membalik telapak tangan.  Selain tangan dingin Fakhri Husaini yang dipercaya PSSI membesut Bagus dan Bagas serta kawan-kawan, tidak dapat dipungkiri, bahwa para pemain tidak lahir begitu saja.

Para pemain U-16, ternyata sudah kenyang oleh pembinaan dan kompetisi sepakbola bergengsi yang digelar pihak swasta sejak mereka masih usia dini (8 hingga 12 tahun) lalu masuk ke tahapan usia muda (13 hingga 16 tahun). Operator kompetisi swasta usia dini dan usia muda yang telah benar-benar membantu PSSI yang diam di tempat dalam mengorganisir para pemain muda ini, ternyata terus bergerak dan konsisten memutar roda kompetisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang pasti, atas rekrutmen PSSI, ditangan Fakhri, penggawa Garuda U-16 telah memberikan bukti prestasi. Namun, sejatinya para pahlawan yang telah memberikan nama harum untuk bangsa dan negara di usia mereka yang masih belia, benar-benar tergarap serius ditangan pembina dan operator kompetisi swasta yang handal.

Tak urung, selepas keberhasilan mereka, banyak pihak yang lantas mengaku-aku bahwa para pemain tersebut telah di bina oleh Si A, Si B, dan sebagainya. Lucunya, para pemain yang diaku-aku oleh berbagai pihak, juga manusia biasa. Mereka sadar betul, siapa saja yang telah membimbing dan mengantarkan mereka hingga menjadi bagian dari Timnas U-16.

Mereka sadar, sejatinya Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola mana yang telah menjadi kawah candradimukanya mereka hingga menjadi pemain Timnas. Mereka juga sadar dan tidak lupa, kompetisi reguler mana yang telah membuat mereka menjadi terpilih oleh Fakhri.

Kini, semarak kompetisi usai muda tahun 2018 yang digelar pihak swasta telah ditabuh. Kelompok Usia 14 tahun telah digulirkan oleh operator Liga Kompas Gramedia, sementara kelompok usia usia 12, 13, 15, 16, dan 17 tahun, pekan depan sudah mulai digulirkan oleh operator Liga TopSkor.

Regulasi usia dini dan muda

Agar persoalan saling mengaku dan merasa telah menjadi pahlawan yang turut membesarkan nama pemain, tidak menjadi budaya latah di persepakbolaan tanah air, khususnya usia dini dan muda, karena persoalan pinjam-meminjam pemain atau cabut-mencabut pemain antar Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola terus mewabah, maka operator kompetisi usia muda swasta terkemuka di Indonesia yaitu Liga TopSkor dan Liga Kompas telah melakukan cara yang tepat, untuk memberikan shock therapy kepada pemain dan orangtua yang nakal.

Terbatasnya kesempatan Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola menjadi peserta kompetisi Liga TopSkor dan Liga Kompas, karena jatah kuota kompetisi hingga regulasi kompetisi yang mengenal sistem degradasi, promosi, dan play off, menjadikan para orangtua dan anak ingin mendapatkan kesempatan bermain dalam kompetisi utama melalui jalur potong kompas.

Menclok ke Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola ke sana-kemari, pun dicari Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang memberikan kesempatan gratisan bagi anaknya turut bermain di tim Divisi Utama. Menghalalkan segala cara dengan meninggalkan Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang telah membinannya sejak kecil demi keuntungan pribadi, tanpa memikirkan perasaan dan hati para pembina Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang telah membantu prosesnya sejak usia dini.

Dalam regulasi Liga TopSkor dan Liga Kompas, kini sudah berlaku larangan bagi pemain atau tim, yang memainkan pemainnya, namun pemain bersangkutan masih menyisakan persoalan dengan  Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola asalnya, karena hengkang tanpa kejelasan admisitrasi dan tak santun.

Cara jitu dan regulasi yang dilakukan oleh kedua operator Liga swasta usia muda (U-13 hingga U-17) terkeren di Indonesia ini, wajib terus dijaga, agar kerja keras para pembina Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang telah memproses para pemain sejak usia dini hingga usia muda tidak menjadi pembinaan sia-sia.

Ujungnya, saat Si pemain berhasil masuk Timnas, akan banyak  Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola dan berbagai pihak yang turut merasa berjasa membesarkan Si pemain.

 

Ayo, para orangtua dan pemain yang telah bergabung di Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola, hargailah wadah yang telah kalian pilih. Dengan demikian, kalian juga akan dihargai oleh Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola lain yang turut memerhatikan persoalan klasik orangtua dan anak/pemain ingin mencari keuntungan sendiri.

Bagi para pembina di Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola, saling menghargailah antar sesama pembina sepakbola usia dini dan muda. Bersikaplah sportif, jalin komunikasi, tidak saling serobot pemain, apalagi dengan iming-iming gratisan.

Untuk operator Liga/Kompetisi swasta usia muda, juga usia dini, terus tegakkan aturan, lindungi Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang telah berjibaku membina pemain tanpa pamrih, dari tangan-tangan tak sportif yang hanya mengambil keuntungan sendiri. Jangan biarkan ada pemain dapat turut berlaga di kompetisi, bila ada persoalan adminsitrasi yang belum terselesaikan antar Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola yang telah membinanya.

Jinakkan pemain/orangtua/ Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola nakal dengan regulasi cerdas opertor kompetisi. Stop para pemain yang didukung oleh orang tua nakal dan diiming-imingi oleh Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola nakal pula untuk turut berkompetisi, dengan demikian opertor kompetisi telah membantu ranah pendidikan intelegensi dan personaliti pemain/orangtua/ Sekolah Sepakbola/Akademi Sepakbola/Diklat Sepakbola/Klub Sepakbola, menjadi cerdas, santun, berbudi pekerti luhur, dan berkaraker. Amin.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler