x

Iklan

Rofiq al Fikri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Seandainya SBY yang Berpidato di IMF-World Bank Meeting

Jika SBY yang berpidato tentang Games Of Thrones Mungkin akan Lebih Fenomenal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 Oleh : Rofiq Al Fikri (Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu)

 

Berbagai media cetak dan online di level lokal maupun internasional (bahkan The New York Times) hingga hari ini belum berhenti memberitakan pidato Presiden Jokowi di depan para pemimpin dunia saat IMF-World Bank annual meeting, Jumat (5/10/2018). Tentu saja pemberitaan itu berisi pujian dan kekaguman dunia karena analogi pidato Jokowi yang out of the box, yaitu mengibaratkan film populer “Game Of Thrones” dengan kondisi perekonomian dunia saat ini, dan itu memang sangat pas. Saya membayangkan jika yang berpidato saat itu seorang SBY.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Penampilan Jokowi yang memukau di podium internasional memang tidak pernah dibayangkan oleh kita semua. Betapa tidak, Jokowi adalah seorang pribadi yang selalu tampil apa adanya, sederhana saat berbicara di publik bahkan aksen Jawanya masih sangat terasa. Terkadang oleh lawan politiknya, gaya Jokowi berpidato dan berbicara pun menjadi bahan olok-olokan.

 

Akan tetapi, Jokowi justru bisa mendapat pujian luar biasa saat berpidato ekonomi dengan analogi film “Game Of Thrones”. Direktur IMF Christina Lagarde menyebut, pidato Jokowi sudah menaikan standar pidato seorang pemimpin di kancah internasional, ia menyebut bahkan tak akan bisa menyamai standar Jokowi dalam menyampaikan pesan. Begitu pun Jim Yong Kim Presiden World Bank yang curhat, “saat mendengar Presiden Jokowi berpidato, rasanya ingin pulang saja karena tidak akan ada yang pidatonya lebih baik dari Jokowi”.

 

Saya kemudian berfikir, seandainya yang berpidato kemarin itu SBY tentu saja banjir pujian dari para pemimpin dunia bisa lebih deras mengalir. Bagaimana tidak, SBY adalah seorang yang sangat elegant, bahkan cenderung perfeksionis saat berpidato. Gesture tangan pun diperhatikan betul oleh SBY saat berpidato. SBY pun dikenal selalu berlatih setiap ingin berpidato, bahkan saat akan melangsungkan konferensi pers.

 

Namun demikian, nyatanya selama 10 tahun menjadi Presiden, saat berpidato di puluhan event internasional SBY tidak pernah mendapatkan pujian (apalagi standing ovation) dari pemimpin dunia. Justru yang beberapa kali viral, saat SBY beberapa kali berpidato di daerah, banyak peserta yang tertidur, hingga membuat geram SBY yang saat itu meminta orang yang tertidur saat ia berpidato dibangunkan.

 

Saya yakin, jika saja saat itu Tim Komunikasi Presiden SBY bisa berpikir lebih “out of the box”, lebih kreatif, atau lebih sedikit berani melakukan terobosan, dan tidak terlalu kaku / formalistik dalam menyusun pidato, sanjungan pemimpin dunia bisa lebih mengalir menyanjung SBY.

 

Di sini kita bisa lihat tim Pak Jokowi ini diam tapi terbukti menghanyutkan. Tidak hanya di pidato kemarin, banyak konsep monumental yg diingat rakyat Indonesia dari seorang Jokowi mulai dari Revolusi Mental, Tol Laut, Poros Maritim Dunia, Indonesia sentris, dll. Bedanya dengan tim SBY, apakah rakyat ingat satu pun konsep SBY selama 10 tahun memimpin? Tidak ada

 

Untuk kepentingan AHY ke depan, tentu saja SBY harus jeli memilih orang. Kalau di sekitarnya hanya orang-orang yang berisik di sosmed, AHY akan dangkal dan tidak akan pernah moncer nantinya. 

 

Jika saja SBY yang berpidato kemarin mungkin akan lebih fenomenal. Namun itu hanya “Seandainya”. Dalam grammar bahasa Inggris, seandainya itu diberi nama Subjunctive, yang artinya pengandaian yang sudah berlalu dan tak mungkin dapat terjadi, kecuali tentu saja, jika waktu dapat diputar.

Ikuti tulisan menarik Rofiq al Fikri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler