x

Iklan

TD Tempino

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Presiden Joko Widodo Klarifikasi Sontoloyo

"Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan 'politikus sontoloyo" ya itu. Jengkel saya. Saya nggak pernah pakai kata-kata seperti itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Catatan Budaya Thamrin Dahlan

Seperti diberita detik.com 24/10/2018 Karena kesal terhadap cara politik kotor itulah akhirnya Jokowi mengaku kelepasanmengeluarkan istilah 'politik sontoloyo'. Dia sendiri menegaskan tidak pernah sebelumnya mengeluarkan istilah itu.  "Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan 'politikus sontoloyo' ya itu. Jengkel saya. Saya nggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena sudah jengkel ya keluar. Saya biasanya ngerem, tapi sudah jengkel ya bagaimana," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ucapan sontoloyo adalah akumulasi energi negatif berupa kekecewaan karena kebijakan pemerintah berkuasa terus menerus di protes. Kosa kata itu secara otomatis muncul dan keluar dari alam bawah sadar tanpa terkendali. Tidak mungkin penulis kata sambutan resmi presiden mencantumkan kosakata sontoloyo.

Presiden juga manusia (biasa) tak lepas dari khilaf dan sikap emosional. Menurut para pakar psikologi  cara terbaik menghindari keluarnya umpatan dari alam bawah sadar adalah berteriak sekeras kerasnya.   Berteriaklah keluarkan semua  nan terpendam dalam hati di pantai atau diatas gunung. Biarlah alam semesta menerima umpatan. 

Deburan gelombang air laut dengan senang hati menerima pelampiasan  tersebut dan selanjutnya membawa dan meneggelamkan di kedalaman samudra luas.  Gunung nan tinggi rela seikhlasnya menerima dan selanjutnya menelan nya kedalam perut bumi atau teriakan itu terbawa oleh angin bergabung dengan awan terus berkelana kesentero dunia. 

InshaAllah kumpulan rasa kecewa, marah dan putus asa yang terpendam di jiwa hilang seketika.  Apalagi bila metode teriak teriak ini rutin dilakukan. Namun dari segala itu tak berani pulak awak menasehati atau memberi saran kepada Bapak Presiden.  Mungkin melalui Watimpres secara fungsional atau orang orang dekat beliau bisa disampaikan sedikit masukan.

Adapun saran  tersebut begini. Aada baiknya ketika memberi kata sambutan baca saja seluruh text tertulis. Jangan ditambahi atau dikurangi dengan improvisasi apalagi hal hal yang tidak berhubungan dengan konteks acara.  Bung Karno pidato tanpa text sedangkan Pak Harto konsisten membaca seluruh sambutan.  Memang gaya masing masing Kepala Negara berbeda dalam menghindari kelepasan bicara.

Oleh karena itu hati hati jangan sampai kelepasan seperti yang di akui sendiri oleh Pak Jokowi.  Disinilah letak bahaya akumulasi alam bawah sadar itu ketika energi negatif itu  memaksa keluar. Sebaiknya santai saja ketika menyamnpaikan  uneg uneg di acara tidak resmi didepan wartawan dengan penuh canda ria seperti dilakukan Prabowo Subianto. 

Terkait defenisi sontoloyo sudah awak kupas, bisa dibaca disini

Salamsalaman

TD

Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler