x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menyibak Tirai Kelam

Perjuangan seorang ibu yang mendampingi anak remajanya yang bermasalah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Menyibak Tirai Kelam

Penulis: Sri Supartini

Tahun Terbit: 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Pustaka Media Guru

Tebal: vi + 118

ISBN: 978-602-478-529-1


Novel pendek karya Sri Supartini ini berkisah tentang seorang ibu yang menghadapi cobaan. Kisah yang diangkat Sri Supartini adalah kisah anak remaja yang salah pergaulan dan akibatnya. Pengkuh, si anak yang pintar dan penurut, tiba-tiba menjadi anak yang suka menipu karena berteman dengan anak yang nakal -teman SMAnya. Pengkuh, nama anak lelakinya, mengalami musibah. Ia diamankan oleh polisi karena disangka mencuri helm. Ia dipukuli masa sampai badannya babak belur. Setelah pulang dari kantor polisi Pengkuh mengalami masalah dengan kesehatan fisik dan mentalnya. Sang Ibu dengan dukungan anak lelaki pertamanya berupaya membantu sang anak untuk kembali menjadi normal.

Tema kenakalan remaja dan parenting sangat penting untuk dikemas dalam bentuk novel. Sri Supartini hendak memberikan pelajaran kepada orangtua supaya tetap perhatian kepada anak-anaknya, khususnya saat anak-anak tersebut menginjak masa remaja. Sri Supartini juga mengadvokasi supaya orangtua tetap tabah dan mendukung anaknya yang sudah terlanjur bermasalah, daripada malah menyalahkan si anak tersebut.

Upaya-upaya mendukung sang anak tidaklah mudah. Sebab kejadian kenakalan remaja sering membuat aib bagi keluarga. Sri Supartini dengan sangat baik menggambarkan bagaimana tokoh Ibu berhasil mengatasi perasaan malu dan judgment sosial supaya bisa terus mendukung anaknya mengatasi masalahnya. Keberanian Ibu untuk berkonsultasi dengan guru di sekolah, tenaga medis dan psikolog adalah bukti dari cintanya kepada si anak.

Dalam novel pendek ini dukungan seluruh keluarga terhadap anak yang bermasalah diuraikan dengan baik. Dukungan sang Ibu dan sang Kakak membuat si anak mampu mengatasi masalahnya. Cinta dan kasih di keluarga adalah modal besar untuk membantu yang sedang bermasalah. Sayangnya aspek cinta dan kasih dalam keluarga ini sering terabaikan dalam menghadapi remaja bermasalah. Seringkali suasana keluarga justru menambah derita remaja yang bermasalah.

Dari sisi penulisan, saya merasa novel ini terlalu datar. Sri Supartini menggunakan Teknik penuturan dengan menggunakan tokoh Ibu sebagai “AKU.” Selain dari penuturan tokoh AKU, Sri Supartini juga menggunakan teknik deskripsi. Dua teknik menulis ini berjalin di sepanjang novel.

Sebenarnya penulis bisa membuat novel ini menjadi lebih kuat apabila mau memanfaatkan deskripsi yang lebih dalam dan tajam terhadap tempat, suasana dan peristiwa. Dengan deskripsi yang lebih mendalam terhadap hal-hal tersebut maka pembaca bisa dibawa seakan hadir di tempat/peristiwa yang sedang dikisahkan. Remisilado adalah penulis yang sangat hebat dalam menutur menggunakan teknis deskriptif. Membaca tulisan beliau kita bisa merasai kasarnya dinding, dinginnya lantai, bau ruangan dan sebagainya.

Penulis juga bisa mengelaborasi lebih mendalam aspek psikologis dari sang Ibu. Dengan menggunakan tokoh Ibu sebagai orang pertama, penulis bisa leluasa mengungkapkan rasa marah, sedih, frustasi, semangat untuk membangun aspek dramatikal yang lebih kuat. Penulis-penulis novel yang mengeksploitasi ketegangan psikologis biasanya menggunakan tokoh AKU sebagai penutur.

Karena ini adalah sebuah novel, maka menambah kejadian, tokoh dan hal-hal fiktif yang bisa membangun cerita yang lebih kuat terbuka luas. Bumbu semacam ini lazim ditambahkan untuk meningkatkan dramatisasi kisah. Tapi sepertinya Sri Supartini terjebak dengan kisah nyata dan mempertahankannya dalam berkisah.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler