x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perahu Tradisional Ijon-Ijon

Paparan tentang jenis perahu tradisional asal Kandang Semangkon Lumajang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Perahu Tradisional Ijon-Ijon di Desa Kandang Semangkon Lamongan

Penulis: Siti Munawaroh, Ambar Adrianto dan Suwarno

Tahun Terbit: 2017

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Balai Pelestarian Budaya Yogyakarta

Tebal: xii + 140

ISBN:  978-979-8971-71-6


Semabagi negara kepulauan Indonesia kaya dengan perahu-perahu tradisional. Pinisi adalah salah satu yang sudah terkenal dan mendunia. Pinisi bisa terkenal karena perahu ini cukup besar dan mampu mengarungi Samudra raya. Selain dari Pinisi masih banyak lagi perahu-perahu tradisional lain yang lebih kecil di berbagai pantai Nusantara. Ada kora-kora di NTT, Sandeq di Mandar di Sulawesi Barat (https://indonesiana.tempo.co/read/54211/2015/11/12/handokowidagdo/sandeq-perahu-tercepat-di-nusantara), sope, jegong, tembong, bondet, mayang, kolek, konting, jukung katir, prancan, lete, jonggolan, pencalang, lambo dan ada Ijon-Ijon di Lamongan Jawa Timur. Perahu Ijon-Ijon masih diproduksi di Desa Kandang Semangkon Lumajang saat ini. Perahu ini adalah perahu yang digunakan untuk menangkap ikan. Tapi saat ini perahu ini juga mulai digunakan untuk kegiatan wisata pantai.

Buku ini membahas Ijon-Ijon perahu khas dari Desa Semangkon Lumajang. Penulis membahas arsitektur dan sejarah Ijon-Ijon serta pemanfaatannya saat ini. Perahu Ijon-Ijon adalah perahu yang sangat anggun karena memiliki bagian buritan yang besar. Jika pada umumnya perahu memiliki ujung dan badan yang langsing, Ijon-Ijon justru memiliki ujung yang papak dan badan yang gemuk. Bentuknya ini membuat perahu Ijon-Ijon memiliki daya apng yang lebih besar dari perahu-perahu berbadan langsing. Perahu Ijon-Ijon juga lebih awet dari jenis perahu lainnya. Area jelajah Ijon-Ijon antara 20-200 mil laut tergantung dari ukuran kapalnya. Kapal ini bisa diawaki antara 5-20 orang.

Desa Kandang Semangkon dari sejak jaman dulu merupakan wilayah pelayaran yang sibuk. Hal ini dibuktikan bahwa di lepas pantai Semangkon terdapat bangkai Kapal Van der Wijck. Kapal yang melayari pantai Lamongan ini tenggelam pada tanggal 20 Oktober 1936. Kapal buatan Fijenoord Rotterdam yang berlayar dari Bali ke Semarang tenggelam. Semua penumpangnya selamat. Penduduk setempat berenang menjemput 137 penumpang dari kapal yang mulai tenggelam. Karena jasa penduduk yang menyelamatkan para penumpang tersebut, Pemerintah Belanda membangun monumen di pantai Desa Semangkon Lumajang.

Selain menjelaskan tentang pembuatan perahu Ijon-Ijon dengan sangat detail, penulis juga membahas sektor perikanan laut masyarakat Kandang Semangkon. Persoalan-persoalan ZEE dan konflik dengan nelayan dari wilayah lain dibahas dengan cuku baik di buku ini.

Sektor wisata di Desa Kangdang Semangkon yang mulai tumbuh hanya dibahas sangat sedikit. Padahal potensi wisata di Desa Kandang Semangkon dan peran Perahu Ijon-Ijon sangat prospektif. Mungkin penulis bermaksud membuat buku lanjutan tentang topik ini? Semoga demikian.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB