x

Iklan

Edwardy Yahmud

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Keniscayaan Politik Santun dan Politisi Negarawan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahir dari pengorbanan ego sentris, harta, jiwa dan darah pejuang kemerdekaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Kebebesan yang mutlak itulah akar dari liberalisme yang absolut, mengalir kepada jiwa kapitalisme yang fundamental, yang ternyata banyak menimbulkan malapetaka dalam kehidupan manusia sedunia. Godaan yang paling mencemaskan adalah apabila untuk mencapai tujuan, lantas kita menghalalkan segala cara”.

Pemilu 2019 adalah ujian dan penentu bagaimana 5 tahun kedepan bangsa dan negara dipimpin oleh Presiden dan wakilnya. Terutama bagi politisi dan partai politik untuk memperlihatkan karakter dasar, nilai-nilai dan kebijakan yang diperjuangkan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sedangkan calon presiden dan wakil presiden adalah pemimpin dari gabungan partai politik dan politisi yang berkoalisi. Berkomitmen secara politik untuk memperjuangkan kebijakan dan program untuk kebaikan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Komitmen ini memiliki tanggungjawab untuk memperbaiki diri, sikap dan ucapan. Setiap ucapan seseorang dan didegar, diulas dan menjadi panduan sikap pendukung dan bahan caci maki dan banyolan keras tanpa kesantunan.

Ada kesan dan pesan bahwa apapun bisa menjadi senjata menghujat, mencaci maki, menerbar fitnah. Masifnya pembuatan meme yang tidak berdasarkan fakta, data dan opini berlandaskan etika dan moral. Beredar dalam ruang lingkup grub twitter, Facebook, Whatshapp.

Hal ini menjadi perbincangan memasuki ruang realitas kehidupan dan mulai memunculkan keretakan persaudaraan. Memantik perkumpulan dan menyatakan dengan gagah gempita dan saling hujat.

Ancaman integrasi sosial dan kerukunan sesama muslim, antar umat beragama menanti hanyut tak tepintasi menjadi demokrasi kayu bakar, menang jadi arang, kalah jadi abu.

Pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid, demonstrasi tenaga honorer, ucapan sontoloyo, wajah boyolali, tempe setipis ATM, harga cabe, impor beras, gempa, menjadi kayu bakar. Yang menjadi api adalah ucapan para politisi, bensinya dari relawan tanpa akal sehat, dan anginya adalah egosentris kekanak-kanakan.

Memintasi dan mengelola politik dengan kesantunan adalah ciri kedewasaan berpolitik. Sebuah iklan komersil beberapa tahun yang lalu dengan gamblang menyatakan “Tua itu pasti, dewasa itu pilihan” layak menjadi pengingat bagi relawan, politisi dan para pengurus Partai Politik untuk menerima amanah kekuasaan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahir dari pengorbanan ego sentris, harta, jiwa dan darah pejuang kemerdekaan. Bekah dari Allah Swt untuk masyarakat Indonesia yang berikhitiar sungguh-sungguh untuk merdeka. Mengintegrasikan keseluruhan Nusantara menjadi Negara Indonesia berdaulat.

Indonesia sekarang adalah warisan dari negarawan terdahulu. Menjaga dan menumbuhkannya menjadi negara kuat adalah tanggungjawab bersama. Dan siapa yang memantaskan diri maka ia mesti menjadi teladan negarawan.

Politisi Negarawan adalah keniscayaan untuk tampil diantara politisi yang kehilangan kesantunan, penebar kebencian, kebebasan tanpa batas, melabrak perundangan-undangan. Mengetahui kesalahan orang lain, melupakan kesalahan diri dan teman separtai. Bergerak atas nama masyarakat, mencontohkan politik bebas tanpa etika dan kesantunan.

Bagaimana menghukumnya? Pilihan ada pada setiap pemegang kedaulatan suara, yakni kita masyarakat Indonesia. Menggunakan hak pilih, memilih politisi santun yang memiliki rekam jejak jelas dan tidak tersandung korupsi, tindakan asusila, dan berasal dari partai dengan pemimpin yang pernah berbuat dengan sepenuh hati. Diakui oleh pergaulan Internasional, dan tetap berbuat tanpa lelah untuk kesejahteraan masyarakat.

Sebab tidak mungkin sapu yang kotor, badan yang berdebu membersihkan ruangan yang kotor menjadi bersih.

Pada akhirnya, rakyatlah yang akan menjadi hakim untuk memutuskan mana jalan terbaik yang harus kita tempuh dalam menghadapi persoalan.

Ikuti tulisan menarik Edwardy Yahmud lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler