x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Reuni 212, Bela Agama atau Politik?

aksi tersebut akan diawali dengan melaksanakan sholat subuh bersama kemudian dilanjutkan dengan perayaan Milad aksi 212 dan Peringatan Maulid Nabi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Masih ingatkah Anda dengan peristiwa Aksi 212 yang digelar 2 Desember 2016, 2 tahun yang lalu? Aksi demo yang dipicu oleh pernyataan Ahok alias Basuki Cahaya Purnama menuntut  untuk ditahan karena telah menistakan agama ternyata masih berlanjut hingga sekarang.

Meskipun kini Basuki Cahaya Purnama alias Ahok sudah dihukum di penjara selama 2 tahun sejak Mei 2017 yang lalu, namun kegiatan Aksi 212 ini masih terus diagendakan setiap tahunnya. Buktinya pada tahun 2017 yang lalu telah diadakan reuni aksi 212 di lokasi yang sama, yaitu di Jakarta. Dan nantinya akan diadakan kembali  pada tahun 2018 ini yang rencananya akan dipusatkan di Masjid Istiqlal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut rencana, aksi tersebut akan diawali dengan melaksanakan sholat subuh bersama kemudian dilanjutkan dengan perayaan Milad aksi 212 dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun percayakah Anda bahwa aksi tersebut murni kegiatan keagamaan?

Indonesia saat ini telah digiring menuju perang saudara seperti halnya yang pernah terjadi di Syuriah. Demi sebuah kepentingan politik dan kekuasaan, telah menghalalkan segala cara termasuk politik berkedok agama. Banyak ditemukan pola-pola penghancuran di Syuriah telah diadaptasi ke Indonesia termasuk menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul dan pusat kegiatan para demonstran.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia selama ini. Menjadikan masjid Istiqlal sebagai pusat kegiatan demonstran aksi 212. Dengan berkedok membela agama, Aksi yang awalnya digelar sebagai bukti bela agama ini ternyata saat ini sudah dibumbui dengan  politik.

Meskipun awalnya Rizieq Syihab sebagai pimpinan Front pembela Islam  menyatakan “Ini bukan aksi anti Cina, anti Kristen, Bukan aksi SARA, bukan aksi politik Pilkada, bukan Makar”(2016). Ini merupakan pernyataan Rizieq Syihab pada awal aksi 212 di Jakarta.

Dan Usamah Hisyam selaku Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) juga menyatakan “Kalau gerakan ini aksi politik, ini keliru. Kalau aksi politik, tidak mungkin saudara dari Madura dan lainnya datang. Ini bukan aksi politik, tapi bela Al-Qur’an” (2016) menyangkalnya. Namun nyatanya belakang ini telah terungkap kebohongan yang selama ini disembunyikannya.

Sekitar satu minggu yang lalu, Juru Bicara Front Pembela Islam sekaligus ketua Presidium Alumni 212, Slamet Maarif mengatakan “Tahun depan perjuangan kita Pilgub, Pilkada. Itu perjuangan kita bagaimana Islam menang di Pilkada 2018. Paling penting 2019. Itu Pertempuran Kita. Saya Tanya apakah Saudara ingin Presiden kita ganti?“ Tanya Slamet Maarif kepada para jamaah Sholat Subuh, di Tanah Abang Jakarta Pusat.

Secara kompak, para jamaah pun menjawab “Gantiii..!” kemudian dilanjutkan dengan pernyataan “Kalau kita terus tercerai berai jangan harap 2019 kita bisa memenangkan pertempuran. Satukan upaya, satukan umat, kita akan menangkan 2019 nanti. InsyaAllah”. Dalam acara tersebut turut hadir beberapa tokoh seperti Eggi Sudjana, Novel Bamukmin dan lain-lain.

Selain itu, Eggi Sudjana selaku dewan penasihat Persaudaraan Alumni Aksi 212 ini juga tidak membantah kemungkinan adanya nuansa politik. “Momentumnya strategis, Pemilu, Pilpres 17 April. Statemen politik Rizieq mudah-mudahan bisa dikumandangkan”. Begitulah harapan Eggi pada acara reuni aksi 212 nanti. 

Eggi juga menambahkan bahwa “Dukungan politik adalah hak, bukan kewajiban warga negara. maka kalau kita nyatakan miliki, jangan dituduh macam-macam politik identitas. Islam itu identitas yang jelas.“

Namun meskipun demikian, menurut Eggi belum bisa dipastikan reuni 212 yang akan dilaksanakan Desember 2018 ini akan menelurkan sikap politik tertentu. Termasuk kemungkinan mendatangkan Calon Presiden Prabowo Subianto yang selama ini diketahui sebagai orang yang berada di belakang aksi 212 ini.

“Belum tentu (ada sikap politik), ini baru maunya saya, masih rapat-rapat, kalau ini (sikap politik) disepakati, ya ada, kalau enggak ya enggak, jadi saya enggak bisa pastikan. Yang pasti acara aksi 212 nanti akan diisi berbagai acara hiburan dan juga ceramah keagamaan oleh ulama-ulama” begitulah jawab Eggi saat ditanya para wartawan saat Minggu, 11 November 2018.

Dengan berbagai pernyataan di atas, masihkah Anda percaya bahwa Aksi 212 itu membela agama? Ataukah membela kepentingan politik berkedok agama? secara tidak langsung berbagai statement di atas  telah menjelaskan bahwa aksi 212 yang dipusatkan di Masjid Istiqlal bukanlah murni aksi keagamaan melainkan sudah dibumbui dengan nuansa politik.

Mungkin karena hal inilah sehingga tidak mengherankan jika Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat sempat menyarankan kepada seluruh masyarakat untuk tidak turut serta dalam aksi reuni 212. Bahkan Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto juga setuju atas hal tersebut agar umat islam meminta masyarakat tidak ikut dalam aksi reuni 212.

“Tidak perlu lagi (ikut aksi 212) sebab itu sudah masa lalu. Cara dakwah dengan seperti ini sudah tidak tepat lagi. Kita tinggal merangkul saja, kita satu bangsa. Kita saling menasehati, tidak perlu berhadapan“. itulah pernyataan Rachmet Syafei selaku ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat pada 27 November 2017.

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler