x

Iklan

Rofiq al Fikri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Era Kelam Raja Impor Beras Suharto yang Akan Diulang Prabowo

Di medio 1990 saat penduduk Indonesia berdasarkan BPS jumlahnya hanya sekitar 180 juta orang, Soeharto mengimpor beras hingga 6 juta ton.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Era Kelam Raja Impor Beras Soeharto yang Akan Diulang Prabowo

Oleh : Rofiq Al Fikri (Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu / JAMMAL)

Beberapa hari terakhir ramai dibicarakan tentang pernyataan anak Soeharto, sekaligus mantan Istri Prabowo, Titiek Soeharto yang mengajak masyarakat Indonesia untuk memilih Prabowo di Pilpres 2019 agar keadaan pangan Indonesia bisa seperti era ayahnya, yaitu mencapai swasembada pangan (sesaat).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu saja, ajakan Titiek tidak hanya mengundang reaksi serius, banyak pula yang meledek, misalnya "Titiek nyuruh rakyat pilih Prabowo, tapi dirinya sendiri meninggalkan Prabowo menjadi duda dan hingga kini tidak mau rujuk kembali".

Namun, kali ini saya tidak mau ikutan meledek fakta itu, namun ingin memberikan fakta, bahwa Soeharto adalah Raja Impor Beras sebenarnya, ya Prabowo yang terang-terangan ingin mengikuti jejak mantan mertuanya itu, yang sempat dianugerahi julukan "Diktator Terkorup Dunia" versi Lembaga Transparency International tahun 2004, karena Soeharto diduga menggelapkan kekayaan negara untuk dirinya dan anak2nya hingga 25 miliar dollar AS atau setara Rp 337 triliun saat ini. Ya, salah satu sebab ketimpangan ekonomi terjadi hingga kini di Indonesia.

Kembali ke Impor Beras, kenapa Soeharto Raja Impor Beras sebenarnya? Tentu saja berdasarkan data FAO dan BPS, selama ia memimpin masa jabatannya diisi oleh impor beras jutaan ton. Tahun 1977 (12 tahun setelah ia menjabat presiden) misalnya, Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia dengan 2 juta ton beras impor (1/3 jumlah beras di Indonesia).

Bahkan, di tahun 1984 saat Soeharto dianugerahi penghargaan internasional swasembada pangan, Indonesia masih memgimpor beras 414 ribu ton. Kenapa bisa diberi penghargaan? Itu karena secara politis Soeharto memberikan bantuan 100.000 ton beras kepada rakyat di Afrika yang menderita kelaparan.

Lagipula, kita tak perlu kaget mengapa FAO pimpinan Eduard Saoma begitu mesra dengan Soeharto, ya, Soeharto adalah pemimpin yg reputasinya sangat baik di mata negara asing, membolehkan asing menambang sepuasnya di Indonesia (Freeport, dll)

Swasembada hanya omong kosong. Faktanya setelah pemberian penghargaan yang kini didramatisir pendukung Prabohong, tahun 1990 Indonesia kembali mengimpor beras dengan jumlah fantastis, yaitu 3 juta ton. Bahkan di tahun 1998 impor beras Indonesia mencapai 6 juta ton. Harga melambung, rakyat kelaparan dan akhirnya memaksa Prabowo lengser sebagai Presiden.

Jika mau adil dalam berhitung, sebenarnya pengelolaan pangan Soeharto sangat fatal. Bayangkan, di medio 1990 saat penduduk Indonesia berdasarkan BPS jumlahnya hanya sekitar 180 juta orang, ia mengimpor beras hingga 6 juta ton.

Bandingkan dengan era Jokowi di 2018 saat jumlah penduduknya mencapai 262 juta orang, hanya mengimpor 2 juta ton beras (itu pun hanya intuk cadangan bulog). Bahkan di 2016-2017 Indonesia sama sekali tidak mengimpor beras! Jadi sangat tepat bila Soeharto kita juluki raja impor beras.

Jadi, rakyat Indonesia, jangan mau dibohongi oleh anak-anak Soeharto beserta kroninya yg kini kekayaannya mulai habis dan ingin kembali mengeruk kekayaan negara dengan cara menjadikan Prabowo presiden. Mau era kelam ekonomi Indonesia terulang?

Ikuti tulisan menarik Rofiq al Fikri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB