x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tragedi Sampang Jangan Berulang

Pekan lalu, di Sampang, Madura, seorang warga meregang nyawa terkena tembakan warga lainnya. Perbedaan pilihan calon presiden, yang diutarakan di Facebook.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Pekan lalu, di Sampang, Madura, seorang warga meregang nyawa terkena tembakan warga lainnya. Perbedaan pilihan calon presiden, yang diutarakan di laman Facebook, telah memicu percekcokan di antara mereka. Peristiwa tragis ini memang diberitakan oleh sebagian media nasional, namun tidak memperoleh perhatian yang selayaknya.

Tragedi Sampang ini seharusnya dipandang sebagai alarm yang memperingatkan kita semua, dan para elite politik khususnya, perihal betapa merasuknya aura pilpres ini di hati sebagian masyarakat kita. Perbedaan pilihan politik telah melampaui batas-batas rasional dan menjadi sukar dikendalikan ketika memasuki lebih dalam ranah emosional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pilihan capres yang hanya dua pasang boleh jadi mendorong polarisasi semakin tajam, walaupun mungkin pilihan yang lebih banyak bukan jaminan bahwa ketegangan di masyarakat akan lebih rendah. Namun setidaknya ada harapan bahwa masyarakat punya alternatif sehingga tidak terbentuk perkubuan yang diametral, yang bagi sebagian orang lantas dianggap segala-galanya.

Karena memang hanya ada dua pasang, maka alarm itu telah mengirm sinyal peringatan yang rasanya patut diperhatikan oleh kedua kontestan pilpres bahwa situasinya dapat tidak terkendali apabila keduanya tidak berusaha keras mendorong kompetisi politik yang sehat, adil, dan damai. Bagi para elite politik, janganlah berpikir bahwa masyarakat bawah tidak memperhatikan sepak terjang mereka maupun lontaran ucapan mereka.

Pertempuran kata-kata dengan diksi yang kadang kasar di antara politikus nasional dengan mudah viral dan masuk ke telepon genggam warga masyarakat. Mungkin sudah ditambahi bumbu-bumbu komentar, yang bisa jadi berisi ejekan dan makian. Bisa pula isinya dikurangi dan ditambahi, atau bahkan diplintir dan dipanas-panasi.

 Amplifikasi dan penyebaran berlangsung sangat cepat dan dapat dengan mudah memicu respon emosional para pendukung. Untuk menemukan seberapa besar pengaruh perilaku dan ucapan elit politik dengan respon masyarakat bawah barangkali diperlukan kajian, tapi secara akal sehat hal itu mungkin terjadi. Para elite politik punya tanggung jawab untuk menjaga agar situasi di masyarakat bawah tidak memanas.

Pengguna media sosial memang harus ikut berperan menjaga situasi agar tahun politik tetap kondusif bagi kehidupan masyarakat. Kecondogan untuk memakai kebebasan dengan sebebas-bebasnya hanya akan membuat situasi kian kisruh.  Media arus utama juga punya tanggung jawab untuk bersikap adil di tengah situasi seperti ini dengan menyampaikan pemberitaan yang obyektif dan independen.

Pernyataan provokatif yang dilontarkan capres dan kubunya memang menarik perhatian masyarakat, tapi di dalamnya juga tersimpan unsur kemudahan replikasi—apa yang dilontarkan capres dan elit pendukungnya ditiru. Lontaran kata-kata yang sarkastik hendaknya tidak diulangi lagi, sebaliknya gunakan masa kampanye ini untuk menyampaikan gagasan. Jangan jadikan rakyat hanya sekedar pemilih yang diperebutkan dukungannya, melainkan subyek yang dilibatkan dalam memikirkan ageda bangsa ini.

Sungguh menyedihkan bila kita memaknai kontestasi politik sebagai pertarungan fisik, namun itulah realitas yang kita hadapi. Sebagian warga masih sukar menerima perbedaan pilihan politik secara wajar, dan para elite tidak perlu mempertajamnya. Tragedi Sampang tidak perlu berulang. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler