x

Iklan

Maydelin Tandipuang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

'Polri Goes to Campus' Sambangi UPH

Polri mengadakan sosialisasi mengenai Pemilu ke kampus-kampus melalui Program ‘Polri Goes to Campus’ di UPH

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) April 2019, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)  mengadakan sosialisasi mengenai Pemilu ke kampus-kampus melalui Program ‘Polri Goes to Campus’. Universitas Pelita Harapan (UPH) mendapat kehormatan sebagai salah satu kampus yang terpilih untuk menyelenggarakan program ini dalam Diskusi Pakar, yang bertema ‘Peran Mahasiswa Menuju Pemilu Aman, Damai, dan Sejuk Demi Terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia’. Diskusi ini bertujuan mengajak peran aktif para peserta pada Pemilu 2019. Acara ini berlangsung pada 27 November 2018 di Grand Chapel UPH Kampus Lippo Village dan diikuti 1.300 peserta yang terdiri dari sivitas akademika UPH dan para siswa Sekolah Menengah dari Sekolah Dian Harapan dan UPH College.

 

Dalam diskusi ini hadir Brigjen. Pol. Mohammad Iqbal, S.I.K., M.H., Kadiv Humas Polri sebagai Keynote Speaker, serta Brigjen. Pol. Drs. Eddy S. Tambunan, M.Si., Karo Bin Ops Baharkam Polri, Fritz Edward Siregar, S.H., LL.M., Ph.D., anggota Bawaslu, dan Dr. Naniek N. Setijadi, S.Pd., M.Si., Associate Dean FISIP (Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik) UPH, sebagai pembicara. Diskusi ini dimoderatori Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D, Dekan FISIP UPH.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Turut menyaksikan acara ini, hadir Dr. (H.C.) Mochtar Riady, Founder & Chairman Lippo Group, Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M. Eng. Sc., Rektor UPH, Gunawaty Tjioe, B.Ed., M.Pd., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Akademik UPH, serta para pimpinan fakultas dan staf UPH.

 

Disampaikan oleh Brig. Jen. Pol. Mohammad Iqbal, S.I.K., M.H. – Kadiv Humas (Kepala Divisi Hubungan Masyarakat); Polri sebagai lembaga negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum, hadir di tengah masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan sejuk dalam menyambut pesta demokrasi lima tahunan mendatang.

 

“Pemilu yang damai, aman, dan sejuk adalah harga mati. Karena itu kami mohon bantuannya kepada mahasiswa UPH agar dapat berperan sebagai pelopor serta menjadi agen penyejuk dalam menyambut Pemilu,” ungkap Iqbal dalam kata sambutannya.

 

Hal ini disambut positif oleh Rektor UPH. “UPH mendukung dan akan menyukseskan terciptanya Pemilu yang aman, damai, dan sejuk. Kami berharap tidak ada kekerasan serta penyebaran hoax yang terjadi. Lewat acara ini, mahasiswa bisa mendapatkan bekal yang penting dalam mempersiapkan diri mengikuti Pemilu yang akan datang,” ujar Jonathan Parapak.

 

Pemilu pada April 2019 akan berbeda dengan Pemilu yang pernah diadakan sebelumnya di Indonesia. Eddy Tambunan menyebutnya sebagai Pemilu yang spesifik.

 

“Pemilu nanti sekaligus Pilpres (Pemilihan Presiden) dan Pileg (Pemilihan Legislatif). Totalnya akan ada lima kertas suara yang diberikan, yaitu untuk memilih presiden, anggota DPD RI, anggota DPR RI, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD Kota/Kabupaten. Dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia, mahasiswa diharapkan dapat menerima keberagaman tersebut serta mengembangkan diri dan pengetahuan melalui karya nyata,” jelas Eddy.

 

Dalam Pemilu, ada tiga lembaga yang berperan penting, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP). Namun dalam mengawasi berlangsungnya Pemilu, bukan hanya tugas Bawaslu.

 

“Yang berperan dalam pengawasan Pemilu seharusnya semua komponen dalam masyarakat, termasuk mahasiswa. Peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam Pemilu adalah memastikan dirinya sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), tidak ikut menyebarkan hoax atau ujaran kebencian, juga ikut serta dalam pengawasan partisipatif,” ungkap Fritz Edward Siregar.

 

Sebagai generasi millennial, mahasiswa memang sangat rentan mendapatkan paparan berita hoax maupun ujaran kebencian di media sosial (medsos). Itu semua perlu dilawan dengan cara melihat secara kritis dunia yang dipenuhi media.

 

“Mahasiswa UPH, khususnya di FISIP, sudah diajarkan tentang media literasi guna mengevaluasi konten yang tersebar di media. Ini merupakan bagian dari fact checking yang berguna untuk mengatasi hoax dan hate speech,” ungkap Dr. Naniek N. Setijadi dalam pemaparannya.

 

Diskusi ini juga diselingi dengan tarian oleh mahasiswa UPH, Bireun Seudati, yang menampilkan Tari Saman. Di akhir acara juga diadakan tanya jawab dan sesi foto bersama.(it)

Ikuti tulisan menarik Maydelin Tandipuang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu