x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jokowi vs Prabowo, Pertarungan Rebut Suara Milenial

Tahun 2019 menjadi ajang politik nasional yang menyita perhatian masyarakat mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tahun 2019 menjadi ajang politik nasional yang menyita perhatian masyarakat mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Pasalnya, tahun 2019 menjadi momen penentuan Presiden Indonesia untuk periode 2019-2024. Tentu, masing-masing memiliki selera dan pilihan yang berbeda, mulai alasan penampilan hingga kharisma masing-masing calon Presiden menjadi berbagai pertimbangan dari masyarakat. Mungkin, masyarakat dengan kategori dewasa dan lanjut usia cenderung memberikan dukungan kepada pemimpin yang dapat memberikan dampak positif terhadap kelangsungan bangsa. Namun demikian, masyarakat dengan kategori remaja, atau yang sekarang akrab disebut dengan generasi milenial, tentu akan memilih pemimpin yang mampu menarik perhatian dan mampu mengambil simpati dari kaum milenial.

            Kaum milenial saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata oleh kedua kubu, baik itu Presiden Joko Widodo maupun Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurut Saiful Mujani dari Research Consulting (SMRC), sekitar 34,4% masyarakat Indonesia berada di rentang umum generasi milenial yaitu 17-34 tahun. Jika melihat kedudukan sementara, menurut CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali, pasangan Jokowi – KH Ma’ruf Amin berhasil merebut simpati dari kaum milenial dengan perolehan suara sekitar 52%. Sementara itu, pasangan Prabowo – Sandiaga hanya memperoleh suara sekitar 40,1%.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Meskipun pasangan Prabowo kerap mengusung Sandiaga Uno sebagai sosok yang dekat terhadap kaum milenial, nyatanya perolehan suara pasangan tersebut tidak cukup memuaskan. Terdapat beberapa hal yang mungkin menjadi alasan mengapa pasangan Prabowo terlihat tertinggal dalam perolehan suara sementara dari kaum Milenial. Pertama, Sandiaga Uno hanya terlihat dekat dengan kaum milenial secara jasmani. Sebagai wakil dari Prabowo dalam kontes politik Pilpres 2019, Sandiaga Uno sering dikaitkan dengan sosok yang pro milenial. Jika dilihat dari fisik serta penampilannya, Sandiaga Uno memang cenderung sesuai dan memiliki kedekatan dengan kaum milenial. Sayangnya, perilakunya tidak demikian. Tak jarang Sandiaga Uno, justru menjadi seorang sosok yang cukup humoris jika dihadapkan pada publik. Salah satunya, pada saat kampanye di Pasar Terminal Sukawelang, dimana Sandiaga Uno meletakkan petai di atas kepalanya.

            Tingkah Sandiaga Uno memang cenderung humoris saat itu dan disenangi oleh berbagai pihak tetapi kaum milenial melihat tingkah tersebut bukan sebagai sesuatu yang menarik hati. Kaum milenial saat ini, cenderung suka melihat sosok yang pendiam dan berperilaku “keren” sebagaimana remaja pada usianya. Mungkin, salah satu tingkah Jokowi yang mampu menarik perhatian kaum milenial ialah hobinya dalam mengendarai sepeda motor nyentrik. Bahkan, di jalanan saat ini, kita dapat melihat kaum milenial mengikuti tingkah Presiden Jokowi yang terlihat “keren” di mata generasi milenial pada umumnya. Jika dibandingkan dengan Prabowo, tentu dari gaya dan penampilan pun, kaum milenial dapat menilai mana yang dapat menarik hatinya. Tak jarang kita melihat Prabowo selalu tampil dengan gaya monoton pada saat kampanye dengan menggunakan pakaian safari dan peci hitam. Tentu, saat kampanye kepada kaum milenial, Prabowo tidak dapat memenangkan hati dari para remaja tersebut. Mungkin, kaum milenial pun akan melihat Prabowo sebagai sosok yang membosankan dan kolot.

            Di sisi lain, faktor yang mungkin menyebabkan Prabowo kalah dukungan dari kaum milenial ialah cara-cara kampanye dari pasangan Prabowo. Kaum milenial dikenal dengan kaum yang praktis dan tidak ingin terlibat dalam basa-basi yang terlalu panjang. Dalam kampanye, pasangan Prabowo cenderung monoton dalam menyampaikan isu yang berkembang. Sayangnya, kaum milenial tidak melihat kampanye tersebut sebagai hal praktis yang dapat digunakan untuk membawa negara ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, kaum milenial yang melihat kampanye Jokowi dengan berbagai pembangunannya, menilai bahwa upaya Jokowi merupakan langkah konkret untuk memberikan perubahan bagi bangsa Indonesia. Hal inilah yang tampaknya menjadi pembeda dari kedua calon Presiden Indonesia Periode 2019 – 2024. Jika Pasangan Prabowo – Sandiaga Uno ingin memperoleh suara milenial pada Pemilu 2019, tentu perlu melakukan evaluasi agar dalam masa kampanye berikutnya, mampu memberikan sesuatu yang praktis dan konkret untuk disajikan kepada kaum milenial.

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler