x

Iklan

Nadila Karina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ada “Institusi Siluman” di Balik Perusakan Atribut Demokrat?

Kalau sampai pelaku kejahatan dilindungi aparat hukum, bisa kacau Indonesia. Apalagi kalau pelakunya sekelas “institusi siluman”, bisa punah bangsa kita

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SBY ini bagaimana sih? Masak gara-gara bendera dan baliho dirobek sampai ribut-ribut begitu? Dalam politik mah biasa robek-robek atribut. Sudah lazim tahu! Jadi tidak perlu dibesar-besarkan. Lagipula, masih banyak urusan bangsa dan negara daripada mengurus baliho yang dirobek kan?

Ya, pertamanya saya juga berpikir begitu. Tapi pas baca rilisnya Partai Demokrat, mau tidak mau saya mesti berpikir ulang. Wajar saja kalau SBY dan Partai Demokrat meradang. Soalnya insiden ini tidak sesederhana robek-robek atribut semata.

Insiden ini memang penuh kejanggalan. Pertama, Polda Riau begitu cepat menetapkan tersangka. Ada tiga orang. Tidak masuk logika saya. Soalnya perusakan itu terjadi dalam hitungan jam. Jumlah atribut yang dirusak itu sampai ratusan. Tidak mungkin cuma tiga orang pelakunya. Yang masuk akal ya pengakuan pelaku yang tertangkap tangan itu. Ada 35 orang yang beroperasi, dibagi dalam lima kelompok.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kejanggalan kedua adalah berubahnya pernyataan aparat. Mula-mula mereka bilang tidak ada kaitannya dengan PDIP. Lalu mendadak bilang ini aksi saling serang oknum PDIP dan Partai Demokrat. Logika yang dibangun “kader bawah cari muka”. Alibinya, ketika itu SBY dan Jokowi sama-sama ada acara di Pekanbaru. Kok bisa berubah-berubah begitu ya? Kok bisa aparat serampangan memberi informasi publik begitu.

Kalau pakai skenario ini, aparat terkesan mau membenturkan Partai Demokrat dan PDIP. Nama baik kedua partai besar ini jadi taruhannya.

Parahnya lagi, belum apa-apa, kasus ini sudah buru-buru ditutup. Padahal penjelasannya belum tuntas. Maksud saya pelakunya tadi. Dengan logika 35 orang pelaku, dilakukan secara cepat, bisa beroperasi di jalan utama Pekanbaru yang pasti saat itu banyak aparat sebab dua orang VVIP datang, tidak mungkin insiden ini dilakukan asal-asalan.

Yang paling mungkin insiden ini sudah disetting. Atau tepatnya bersifat sistematis, massif dan terorganisir. Artinya pasti ada inisiator di luar 35 pelaku tadi. Siapa yang bayar orang-orang itu? Siapa yang jamin mereka akan aman kalau terjadi apa-apa? Siapa arsitek yang sesungguhnya? Siapa yang sebenarnya hendak dilindungi?

Saya ingin, inilah yang sebenarnya sedang dikejar oleh Partai Demokrat. Kalau pelakunya cuma tiga orang, saya yakin Partai Demokrat akan langsung memaafkan. Kasus tidak diperpanjang. Tapi kalau sudah sistematis, massif dan terorganisir artinya ada apa-apanya. Ada rencana jahat yang besar di sini.

Parahnya rencana jahat ini bukan cuma buat menyerang SBY dan Partai Demokrat. Tapi juga buat mengadu domba Partai Demokrat dan PDIP. Logikanya, tidak mungkin dua raksasa diadu oleh kecoak. Pasti pelakunya level raksasa juga. Siapa pelakunya? Ini yang jadi tanda tanya. Dan makin jadi tanda tanya sebab Polda Riau dan Kemenkopolhukam terkesan grasa-grusu agar kasus ini tuntas di level pelaku kelas keset. Terkesan ada upaya untuk melindungi arsitek dari insiden ini.

Jadi, insiden ini bukan masalah perusakan atribut semata. Lebih jauh dari itu. Ini bukan cuma perihal kehormatan Presiden RI ke-6 yang patut dijaga, tapi juga upaya menjaga demokrasi Indonesia. Kalau sampai pelaku kejahatan dilindungi oleh aparat hukum, bisa kacau Indonesia. Apalagi kalau pelakunya sekelas “institusi siluman”, bisa punah bangsa kita!

Ikuti tulisan menarik Nadila Karina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler