x

Iklan

Putu Suasta

Politisi Demokrat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Natal di Tahun Politik

Opini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Natal tentulah tak mememiliki kaitan dengan agenda politik apapun. Makna dan pesan yang terkandung dalam salah satu perayaan suci agama Kristiani ini juga tak memiliki relevansi dengan idiologi politik manapun. Pengalaman selama puluhan tahun hidup bersama saudara-saudara beragama Kristen dan Katolik membuat saya cukup akrab dengan pesan-pesan kemanusiaan dan pesan-pesan religius yang terkandung dalam Natal. Kesederhaan, warta kebenaran, kepedulian pada sesama terutama orang-orang kecil dan miskin merupakan pesan-pesan kemanusiaan universal yang senantiasa mengemuka dalam tiap perayaan Natal. Kelahiran Juru Selamat dalam teologi Kristiani dipahami sebagai kesaksian atas pesan-pesan tersebut dan umat Kristiani menyambut-Nya dengan suka cita melalui sebuah perayaan suci.

Tahun Politik

Sekalipun Natal adalah sebuah peristiwa religius, keterkaitan dengan peristiwa politik kerap kali tak bisa dihindari karena manusia yang merayakan peristiwa religius tersebut tak bisa dipisahkan dari konteks sosio-politik masyarakat. Tahun ini merupakan tahun politik yang sangat sensitif karena akselerasi persaingan menuju Pilpres dan Pileg 2019. Dapat dipahami bahwa banyak orang berusaha mendapatkan keuntungan politik dari setiap momen di negeri ini, termasuk momentum Natal di penghujung tahun ini. Para politisi dari berbagai partai  berlomba-lomba mempertontonkan ucapan selamat Natal. Sebaliknya, politisi yang gemar mendulang dukungan dari sikap-sikap intoleransi berlomba memberi komentar bahwa agama tertentu tak pantas memberi ucapan selamat Natal.

Sesungguhnya, dikotomi antara kelompok yang pro dan kelompok yang kontra terhadap ucapan selamat Natal tersebut telah lama berlangsung. Setiap tahun perdebatan itu menghiasi kanal-kanal pemberitaan di tanah air. Bedanya, tahun ini beberapa tokoh penting yang selama ini kita kenal sebagai bagian dari kelompok kontra secara mengejutkan beralih menjadi  kelompok pro. Paling fenomenal adalah  video singkat yang viral di media sosial berisi ucapan selamat Natal dari seorang Cawapres; Dia kita kenal sebagai salah satu tokoh penting agama yang jarang bersuara tentang toleransi. Namun setelah berada dalam posisi Cawapres petahana terjadi perubahan cukup signifikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Politik Toleransi

Perubahan sikap politisi di atas sesungguhnya dapat kita maknai secara positif dan disambut baik sebagai bagian perkembangan toleransi di tanah air. Namun, kita pantas berharap bahwa toleransi  tumbuh subur sebagai resultante dari perkembangan peradaban bangsa. Sebagai bangsa plural yang besar, sudah sepantasnya sikap-sikap toleransi yang tulus dan substansial tumbuh mekar di Indonesia. Untuk itu kita membutuhkan tokoh-tokoh yang dewasa dalam berbangsa dan bernegara, bukan tokoh-tokoh pragmatis yang piawai mengelola sikap toleransi untuk kepentingan politik semata. Dalam konteks ini tampak nyata kelemahan kepemimpinan pemerintahan Jokowi.

Dari sisi politik kita dapat memahami kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah ketika berhadapan dengan kelompok-kelompok kanan tradisional yang gemar menghembuskan isu-isu intoleransi dan melakukan serangan pribadi pada Presiden. Namun, dari kaca mata kebangsaan cukup disayangkan cara Presiden menghadapi serangan-serangan tersebut. Ketika lawan politiknya bergerak ke kanan, Jokowi memiliki kecenderungan untuk bergerak lebih ke kanan dengan mengakomodasi kepentingan-kepenting kelompok politik yang gemar menggunakan isu SARA untuk menyerang pemerintahannya. Dengan pola kepemimpinan seperti ini, sulit mengharapkan tumbuhnya sikap-sikap toleransi yang tulus dan substansial dalam negeri sebagaimana tampak dalam sikap-sikap politik di momen Natal ini.

Pengharapan Natal

Sebagai sebuah bangsa besar dan plural kita mengharapkan hadirnya seorang pemimpin yang kuat, tulus, berdiri teguh di atas prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, kepedulian pada sesama serta menyuburkan sikap-sikap saling menghargai di antara sesama warga negara yang terdiri dari beragama agama, suku dan latar belakang daerah. Natal mengajarkan kita untuk terus merawat asa dan harapan akan hadirnya pemimpin ideal tersebut. Karena itu juga kita pantas menitipkan doa bagi saudara-saudara kita yang kini sedang bersuka cita merayakan Natal agar tak henti memohonkan rahmat Tuhan bagi negeri kita tercinta ini. Semoga berkat doa-doa mereka kita melangkah ke masa depan yang lebih baik di mana kita semakin mampu saling menghargai satu sama lain, bekerjasama dengan tulus tanpa terhalang oleh aneka perbedaan di antara kita.

Gegap gemita suka cita Natal kali ini memang diiringi dengan berita-berita duka dari saudara-saudara yang menjadi korban musibah tsunami Selat Sunda. Karena itu,  tak lupa juga menitip doa bagi mereka secara khusus dan secara umum bagi negeri ini agar Tuhan senantiasa memberi perlindungan dari berbagai musibah.

Selamat Natal bagi saudara-saudaraku beragama Kristen dan Katolik!

Ikuti tulisan menarik Putu Suasta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler