x

Iklan

Amran

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Nawa Duka & Kesuksesan PDIP Jadi Partai 'Terkorup' 2018

Nawa Cita yang berubah menjadi Nawa Duka

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jalan perubahan untuk Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian yang ditawarkan empat tahun lalu kini tinggal cerita. Tertinggal dalam tumpukan narasi lusuh di bawah beban hidup yang semakin menamah beban derita. Nawa cita entah dimana, yang tertinggal kini hanyalah nawa duka semata.

Duka pertama terlihat dari jumlah penduduk miskin dan rentan miskin yang hampir mencapai 100 juta pada tahun 2018. Jika dihitung penurunan penduduk miskin periode hari ini dibandingkan kepemimpinan sebelumnya, jauh dari kata sukses. Periode kepemimpinan SBY, 2004-2009 penduduk miskin berkurang sebesar 0,502. Periode kedua, 2009-2014 penduduk miskin berkurang sebesar 0,638 persen, dan pemerintah hari ini hanya menurunkan sebesar 0,285. Inilah cita pertama yang menjadi duka rakyat Indonesia.

Kedua, pada periode pemerintahan Jokowi saat ini Indonesia masuk dalam 4 besar negara dengan ketimpangan tinggi. Hal tersebut merujuk dari data atau laporan yang dikeluarkan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse. Dalam laporan tersebut dikatakan, aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1% orang terkaya. Jadi visi berdaulat dan mandiri tidak lagi menjadi cita, tapi realitas menunjukkan semua itu hanya menjadi duka ketika data dan fakta menjadi terbuka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, dalam aspek demokrasi. Reformasi yang telah berjalan 20 tahun dan mengharapkan kehidupan demokrasi berjalan dengan baik malah menunjukkan kemunduran. Peringkat demokrasi kita turun sebesar tahun berlalunya reformasi, seakan kita masuk kedalam tahun sebelum 98. Peringkat demokrasi Indonesia turun 20 peringkat, dari peringkat 48 ke peringkat 68 (Freedom House 2018).

Pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan meroket tak seindah kenyataan. Alih-alih ekonomi Indonesia meroket, justru malah utang negara yang meroket tajam. Berdasarkan laporan INDEF 2018, selama hampir 4 tahun kepemimpinan Jokowi utang pemerintah bertambah sekitar 1.600 triliun. Angka tersebut jauh melebihi kenaikan pendapatan pajak dan pertumbuhan PDB.

Duka kelima terkait pembangunan manusia. Pertumbuhan indeks pembangunan (IPM) Indonesia mengalami kelambatan dibandingkan negara lain. Tahun 2015, peringkat Indonesia turun dari 110 menjadi 113. Sejalan dengan hal itu, tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia juga turun drastis. Melorot dari peringkat 74 menjadi 96 pada tahun2017.

Duka ketujuh yaitu kenyataan bahwa oligarki semakin meluas di Indonesia. Setiap 1 dari 40 orang terkaya memiliki aset 584.478 kali lipat dari rata-rata pendapatan per orang. Kondisi ini lebih buruk dari negara-negara asia lainnya.

Duka kedelapan menjadi topik yang sering diperbincangan, yaitu terkait pertumbuhan ekonomi yang jauh dari target. Rata-rata pertumbuhan ekonomi periode kepemimpinan Jokowi hanya sebesar 5%. Jauh dari target yang dijanjikan pemerintah dan rata-rata pertumbuhan 2014 yang mencapai 6%.

Terakhir adalah duka sekaligus kenyataan pahit. Transparency International mengatakan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia turun 6 peringkat, dari 90 pada tahun 2016 menjadi 96. Peringkat Indonesia tersebut bahkan berada di bawah negara Timor Leste yang baru merdeka tahun 2002.

Duka terakhir yang menjadi kenyataan pahit ini dikarenakan partai pengusung dan pendukung pemerintah yaitu PDIP menjadi partai yang ‘terkorup’ sepanjang 2018. Berdasarkan Jawa Pos, 9 dari 22 kepala daerah yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK berasal dari PDIP. Jika dikonversi dalam persentase, maka 40,9% dari kepala daerah yang terjaring berasal dari PDIP.

Nawa duka dan kenyataan PDIP partai ‘terkorup’ tentu menjadi hal yang berat bagi petahana dan partai pengusungnya untuk maju. Tidak seperti Partai Demokrat saat mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk kembali maju jadi presiden tahun 2009. Saat itu Partai Demokrat yang mendukung program-program pro rakyat yang dikeluarkan pemerintahan SBY 2004-2009 sukses membuat rakyat mencintai dan kembali mempercayainya menjadi Presiden RI.

Sinergisitas SBY di tataran eksekutif dan Partai Demokrat dijajaran legislatif selama 10 tahun (2004-2014) sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara yang bermartabat. Catatan kecil berupa lunasnya utang Indonesia kepada IMF, membeli PT Inalum tanpa utang setelah 30 tahun dikuasai Jepang, rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen adalah bukti bahwa partai ini benar-benar melakukan pengabdiannya.

Ikuti tulisan menarik Amran lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

5 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB