x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bunga Rampai Gerakan Literasi Sekolah

Sharing dari para pelaku Gerakan Literasi Sekolah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Bunga Rampai GLS

Penulis: FariniaFianto, dkk

Penyunting: Sofie Dewayani

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2018

Penerbit: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud

Tebal: xiv + 222

ISBN:

Sejak Permendikbud 23/2015 diberlakukan, kegiatan membaca 15 menit sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti marak dilakukan di sekolah-sekolah. Kegiatan yang dimaknai sebagai (bagian dari) kegiatan literasi sekolah ini mendapat sambutan hangat di banyak sekolah di Indonesia. Namun benarkah pelaksanaannya telah mengarah kepada penumbuhan budi pekerti dan membangun karakter yang diperlukan untuk abad 21? Ataukan karena sekolah begitu taat kepada aturan, sehingga pelaksanaannya hanya menjalankan sesuai petunjuk teknisnya? Kritik tajam yang disampaikan oleh Sofie Dewajani sebagai seorang editor bunga rampai ini terjawab dalam artikel-artikel yang dikumpulkan dari berbagai pelosok negeri.

Nyata sudah bahwa pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah sudah sangat maju. Setidaknya sudah ada banyak contoh dimana kegiatan literasi di sekolah tidak dimaknai sebagai kegiatan membaca 15 menit secara masal tanpa ada tujuan. Ternyata banyak guru yang berani untuk mengajar dengan merdeka. Banyak guru yang berani memaknai kegiatan literasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kegiatan tatap muka. Banyak guru yang kreatif dan berusaha dengan keras supaya proses pembelajaran memberi makna bagi siswa-siswinya.

Buku ini terbagi dalam empat bagian, yaitu: (1) Literasi untuk membangun karakter sekolah, (2) Literasi untuk melejitkan kreatifitas, (3) Literasi untuk kompetensi abad 21, dan (4) Penumbuhan budaya literasi. Kepiawaian editor dalam mengelompokkan artikel-artikel dalam 4 bagian ini sungguh membantu saya menikmati buku ini. Apalagi di setiap bagian, editor menyisipkan pengalaman dari luar negeri yang bisa memperkaya kita dalam mengembangkan literasi.

Literasi untukMenguatkan Karakter Sekolah

Farinia Fianto mengaplikasikan literasi di sekolah untuk mewujudkan membangun karakter anak-anak yang bersaing ketat secara akademis. Literasi diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang memberi ruang bagi perbedaan, suri tauladan yang terefleksi dari ucapan dan tindakan serta semangat berbagi, tenggang rasa, gotong-royong dan musyawarah di dalam setiap dinamika yang terjadi di ruang-ruang sekolah (hal. 9). Aris Broto seorang Guru BK: menggunakan kegiatan 15 menit membaca untuk memperbaiki karakter siswa dengan permainan bambu.

Nina Dewi Nurchipayana: mensharingkan pengalamannya menggunakan cerita tentang Ibu Kodok untuk mengubah kebiasaan Aditya anak ABK. Aditya yang sulit mengontrol emosi, akhirnya bisa lebih rileks setelah mendapat cerita tentang Ibu Kodok (hal. 26). ”Kegiatan literasi yang kami lakukan tak terbatas hanya pada penumbuhan kegemaran membaca. Kami mengintegrasikan kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan topik atau materi yang diminati oleh siswa dan mengeksplorasi kemampuan siswa melalui kegiatan di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan sebanyak mungkin media pembelajaran,” tuturnya. Nina menggunakan berbagai media untuk kegiatan literasi, seperti kamera, hp dan sebagainya. Neneng Fitri Ekasari: mengubah perilaku anak-anak berkebutuhan khusus dengan gambar.

Tri Wulaning Purnami: Kegiatan membaca 15 menit diisi dengan kegiatan membaca dan menulis sesuai minat siswa di SMKN 1 Surabaya. Kegiatan literasi juga diintegrasikan ke proses pembelajaran. Meski matapelajaran yang diampunya adalah Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP), tetapi proses menuangkan ide-ide dalam tulisan dipraktikkan pada proses pembelajaran.

Literasi Untuk Melejitkan Kreativitas

Billy Antoro membahas peran siswa dalam Gerakan Literasi Sekolah. Kurikulum K-13 adalah kurikulum yang studnet-centered, yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator daripada sebagai pihak yang mengelola proses pembelajaran secara keseluruhan. Oleh sebab itu keterlibatan siswa secara aktif harus diciptakan supaya K-13 bisa dijalankan dengan baik dan benar. Demikian pun dengan proses 15 menit membaca. Siswa harus menjadi pengelola kegiatan ini. Siswa bisa diarahkan untuk memilih buku, mengatur sudut baca dan menentukan kegiatan-kegiatan yang disukai oleh siswa. Pelibatan siswa bisa mengatasi masalah rendahnya dukungan guru (biasanya guru yang tidak suka membaca) dalam pelaksanaan program literasi sekolah. Cahyo Heny Meiliana: literasi numerasi dengan menggunakan alat peraga kreatif yang membuat siswa terlibat dalam proses kreativitas.

Dwini Nurwulan Sari menggunakan musik dan lagu untuk pelajaran geografi. Siswa-siswi di SMAN 1 Kahayan Hilir menuangkan apa yang mereka pelajari dalam matapelajaran Geografi menjadi sebuah lagu. Anehnya 90% siswa bisa mencapai KKM ketika pembelajaran geografi dilakukan melalui lagu. Kreatifitas Dwini dalam mengajar telah merangsang kreatifitas siswanya dan memberi hasil yang sangat memuaskan.

Lain lagi dengan Andri Mangestiwi. Ditengah keterbatas bahan, Andri Mangestiwi justru memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah sebagai pelecut upaya pembiasaan membaca dan menulis di sekolahnya. SMA 1 Pangkalan Bun yang terletak di Kalimantan Tengah ini tidak mempunyai cukup buku bacaan yang bisa dipakai untuk proses penumbuhan budaya baca melalui kegiatan 15 menit membaca maupun integrasi literasi di pembelajaran. Guru Biologi ini berupaya mencari sumber-sumber yang berada di sekitar sekolah, seperti Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin), dinas-dinas terkait dan sebagainya. Hasilnya? Nilai UN meningkat!

Guru Sastra SMA, Erni Yulianti menggunakan teknologi informasi untuk kegiatan membaca 15 menit. Penggunaan aplikasi moodle yang interaktif ternyata membuat siswa suka membaca. Siswa juga bisa melihat persepsi siswa lainnya terhadap sebuah karya. Cara ini membuat siswa belajar lebih banyak. Bukan hanya dari diri sendiri, tetapi juga dari siswa lain.

Kita melihat bahwa di tangan guru-guru yang kreatif, kegiatan literasi sekolah menjadi sebuah proses yang menggairahkan. Tidak monoton. Bahkan kegiatan literasi yang dilaksanakan secara kreatif telah mampu meningkatkan hasil capaian akademik siswa.

Literasi untuk Kompetensi Abad 21

Keke Taruli Aritonang, guru SMP Kristen Penabur mencoba project-base learning dengan menggabungkan berbagai KD dari berbagai mata pelajaran untuk menjadi sebuah proyek bagi sekelompok siswa. Meski terkesan rumit, tapi model ini sangat disukai oleh siswa dan membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk dunia kerja abad 21. Sebab karya mereka berupa sebuah buku kemudian dipublikasikan. Aspek kepemimpinan, aspek kreatifitas, aspek komunikasi dan aspek kepedulian sosial dijadikan tolok ukur penilaian sebuah karya dan proses pembuatannya.

Agus Nurjaman: menyusun paragraf dengan menggunakan stik es krim untuk merangsang siswa berpikir kompleks. Penyusunan kalimat-kalimat menjadi paragraf adalah cara efektif untuk membuat siswa mampu menghubungkan satu fakta dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah gambar utuh. Foy Ario meminta siswanya belajar mengapresiasi karya dengan membuat resensi, menerbitkan dan mengelola majalah sekolah. Kemampuan menghargai pendapat orang lain adalah sebuah kompetensi yang sangat dibutuhkan di abad 21. Sebab di abad yang perubahannya terjadi dengan cepat itu, kemampuan bertanding saja tidak cukup. Seseorang harus mempunyai kemampuan bersanding, selain bersaing dan bertanding.

Riantasih Indriadni: praktik menulis, my diary, please tell us, love your campus, we are always close, time for reading, I’am Cool, dan menerbitkan karya siswa. Dyah Puspandari Guru IPA SMP 1 Balikpapan: mengubah anak pintar menjadi anak kreatif dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan partisipasi, menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa yang unik, menekankan pada pembelajaran berbasis proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar. Kemampuan untuk menuangkan pikiran secara terstruktur sangatlah diperlukan di abad 21. Demikian juga kemampuan untuk bekerjasama, mencintai dan menonjolkan nilai diri dan kreatifitas yang dimiliki.

Penumbuhan Budaya Literasi

Meski contoh-contoh pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah sudah cukup banyak, namun tantangan untuk menumbuhkan budaya literasi masih lebih banyah. R. Achmad Yusuf S.A. mencoba menjawab tantangan bagaimana pelaksanaan GLS di SLB. Achmad Yusuf membagikan pengalamannya mengelola GLS di SLB. Meski belum sempurna, namun upaya awal ini wajib didukung dan didorong.

Tantangan lain adalah pelaksanaan literasi di wilayah terpencil. Nur Hayyu Supriatin menumbuhkan budaya baca melalui rumah baca di Papua. Pertemuan di rumah baca telah membuat orangtua peduli kepada pendidikan anaknya. Ike Selfie seorang guru yang datang untuk memulai lagi proses belajar yang sudah lama berhenti karena gurunya menghilang. Proses belajar tidak hanya saat jam sekolah, tetapi saat sore hari banyak siswa yang datang untuk diajari membaca.

Budaya literasi tidak cukup ditumbuhkan di sekolah. Tetapi budaya literasi harus juga ditumbuhkan di rumah dan di masyarakat. Diah Asih Sukesi membagikan pengalamannya membangun proses belajar di rumah sesuai gaya belajar anak. Sedangkan Noprigawati membagikan pengalamannya membacakan buku kepada anak sejak anak masih di dalam kandungan.

Sulastri membagikan pengalamannya belajar dari keluarga dan masyarakat Australia. Membaca di rumah, program keluarga ada kegiatan membaca. Sarana membaca tersedia di komunitas. Pembelajaran berbasis pemahaman konsep. Sedangkan Dewi Utama Fayza membagikan pengalamannya belajar dari Jepang. Literasi dimulai dari anak. Guru membacakan 5 buku cerita setiap hari. Anak 5-6 tahun diminta untuk membaca 2 buku yang disukainya. Literasi juga diprogramkan untuk anak berkebutuhan khusus. Lietrasi kesehatan dan literasi kraf.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler