x

Iklan

Pakar Pikiran

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Amalan Ibadah Yang Utama Bagi Muslim itu Adalah “Berpikir”!!

Berpikir, adalah sebuah aktivitas yang terlihat sederhana dan bagi sebagian orang mungkin dianggap remeh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berpikir, adalah sebuah aktivitas yang terlihat sederhana dan bagi sebagian orang mungkin dianggap remeh. Padahal sesungguhnya berpikir itu adalah amalan ibadah yang utama bagi seorang yang mengaku muslim. Kenapa saya katakan utama, karena semua amalan atau semua ibadah kalau tidak dilandasi dengan berpikir yang benar maka menjadi sia-sia saja. Semua muslim tentu punya pikiran tapi sayangnya tidak semua muslim sadar bagaimana berpikir yang benar. Banyak umat Islam saat ini mencari bentuk-bentuk amalan, bentuk-bentuk wiridan untuk dijadikan amalan dalam kehidupan sehari-harinya. Padahal yang utama itu adalah “berpikir”. Tujuan saya membuat kelas AMC adalah untuk mengembalikan pemahaman yang benar tentang “berpikir” sesuai yang ada di Al-Quran.

Sebuah pemahaman yang keliru jika ada di antara umat Islam yang mengatakan kegiatan berpikir sebagai perkara yang bukan diunggulkan dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an sendiri perintah berpikir ini berulang kali ditegaskan agar terus diamalkan dan diulang-ulang dalam banyak ayat.

Seperti ada ayat di Al-Quran yang artinya, “Maka berpikirlah, wahai orang-orang yang berakal budi” (QS. Al-Hasyr [59]: 2).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan ada juga ayat : “Apakah mereka tidak memperhatikan segala kerajaan di langit dan bumi dan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah” (QS. Al-A’raf [7]: 185).

Menurut Ibn Rush, filosof Muslim di Cordoba, dalam bukunya “Fashl al-Maqal Bayna al-Hikmah wa Asy-Syariah” menerangkan bahwa kedua ayat itu menujukkan betapa berpikir adalah perintah. Dimana dalam hal ini bukan saja logika akal semata yang harus dijalankan, tetapi juga syariat secara beriringan, sehingga perintah berpikir ini dapat menyempurnakan kekuatan dzikir dalam kehidupan sehari-hari.

Saya mengutip artikel dari hidayatullah.com yang berjudul : Berpikir, Amalan Utama yang tidak boleh diabaikan

Muhammad Natsir dalam Capita Selecta menuliskan, “Bertebaran di dalam Al-Qur’an pertanyaan-pertanyaan yang memikat perhatian, menyuruh orang mempergunakan pikiran dan mendorong manusia supaya mempergunakan akalnya dengan sebaik-baiknya;

“Kenapa mereka tidak berfikir?”

“Kenapa mereka tiada mengetahui?”

“Kenapa mereka tiada mempergunakan akal,” dan demikianlah seterusnya…….!”

Dengan berpikir, manusia akan terbebas dari bergantung kepada selain Allah. Dengan diturunkannya agama Islam, akal manusia akan selamat dan menyelamatkan. Sebab, hanya dengan mengamalkan ajaran Islam semata, akal akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya, membawa manusia pada kebaikan. Suatu saat, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berpesan kepada Khalid bin Walid kala pertamakali menyatakan ke-Islam-annya. “Sungguh, aku memandang bahwa kamu memang memiliki akal, yang kuharap ia tidak menuntunmu kecuali pada kebaikan.”

Dalam hal ini, Ikhwan Al-Shafa’ menjelaskan bahwa ilmu filsafat (berpikir) dan syariah merupakan dua aspek Ketuhanan yang secara fundamental (ushul) berkesusaian dalam tujuan dan hanya berbeda dalam hal cabang (furu’), karena tujuan tertinggi dari filsafat (berpikir) adalah Tuhan.

Buya Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup menulis, “Agama Islam amat menghormati akal. Karena tidak akan tercapai ilmu kalau tidak ada akal. Sebab itu Islam adalah agama ilmu dan akal.”

Di sini kita bisa lihat, mengapa dahulu para ulama dalam Islam juga seorang saintis (ilmuwan). Ibnu Sina misalnya, tidak saja hafal Al-Qur’an dan pakar dalam tafsir tetapi juga seorang ahli dalam filsafat dan kedokteran. Maka seharusnya kalau saat ini kita mengaku sebagai muslim haruslah menggunakan pikiran dengan benar.

Makna sesungguhnya dari ULAMA adalah ILMUWAN. Tapi saat ini sepertinya sudah dibelokkan, asal orang itu menggunakan baju putih, berjenggot, bersurban dan bisa bahasa arab lantas disebut ulama.

Muhammad Natsir dalam karyanya Capita Selecta menyampaikan, apabila Ibnu Sina bertemu dengan satu masalah yang sulit, sangat susah dipikirkan, ia terus pergi berwudhu’ dan pergi ke masjid, sholat dan berdoa, mudah-mudahan Allah memberinya hidayah.

“Sesudah itu terus menelaah dan bepikir kembali, karena ia tetap insaf akan kelemahannya sebagai manusia dan memerlukan petunjuk dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,” urai Natsir.

Karena hanya dengan berpikir kita dapat meneguhkan keimanan, meningkatkan ketaqwaan dan pada saat yang sama menjauhi kesia-siaan dan kebathilan.

kelas amc firman pratama

Tulisan ini untuk menjawab banyak pertanyaan yang masuk ke saya dari kalangan umat Islam, tentang hubungan berpikir dengan ibadah. Karena selama ini banyak uztad mungkin yang belum menjelaskan dengan benar apa itu makna “berpikir”. Iya karena untuk memahami cara berpikir yang benar memang harus belajar AMC.

Ikuti tulisan menarik Pakar Pikiran lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu