x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

The Old Man and The Sea

Eksistensi manusia adalah saat ia bisa menunjukkan karya dan percaya ada cinta di luar sana.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: The Old Man and The Sea

Penulis: Ernest Hemingway

Penterjemah: Deera Army Pramana

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2015

Penerbit: Narasi

Tebal: 163

ISBN:  978-979-168-435-4


Apakah arti keberhasilan? Bagaimana jika masyarakat di sekitarmu telah menjulukimu sebagai orang yang dikutuk? Orang yang tak dicumbui oleh keberhasilan, bahkan sedikit pun? Hanya nasip buruk saja yang senantiasa setia menemanimu kapan pun dan dimana pun?

Apa yang akan engkau kerjakan saat semua orang sudah meragukan keterampilanmu pada bidangmu? Bahkan mereka menjauhimu karena engkau dianggap bisa menularkan kegagalanmu? Jangan khawatir. Masih ada seorang yang bisa mempercayaimu. Yaitu dirimu sendiri! Selama dikau masih percaya kapda dirimu dan kemampuanmu, maka eksistensimu masih ada. Dikau masih bisa membuktikan sesuatu. Membuktikan bahwa engkau masih ada.

Demikianlah kisah Santiago, seorang nelayan tua yang sudah dianggap habis oleh masyarakatnya. Ia telah gagal menangkap ikan selama 84 hari berturut-turut. Bahkan Manolin, si anak kecil yang biasanya diijinkan menemaninya memancing, telah dilarang oleh orangtuanya. Ia telah dikutuk oleh masyarakatnya sebagai orang gagal dan harus dijauhi. Tinggal hanya dirinya saja yang masih yakin bahwa ia masih bisa menangkap ikan. Maka dipersiapkannya pelayarannya untuk menangkap ikan. Ia memutuskan untuk menuju teluk yang agak jauh dari wilayah dimana biasanya ia dan penduduk setempat menangkap ikan. Jika orang meremehkanmu, cobalah untuk berkarya di tempat yang lebih sulit, dimana biasanya orang-orang seprofesimu tidak mau bekerja di sana. Di sanalah harapan akan keberhasilan mungkin masih berpihak kepadamu. Sebab di tempat biasanya komunitasmu bekerja, hanya olok yang tersisa. Dikau akan habis waktu untuk membentengi diri dari olokan mereka.

Santiago berhasil mendapatkan ikan marlin besar. Namun ikan tersebut tidak mudah menyerah, bahkan menantangnya. Membawanya ke laut lepas. Kegigihan Santiago untuk menang harus berhadapan dengan kondisi fisik dan psikisnya. Tangan kanan dan punggung yang terluka, tangan kiri yang mengalami kram dan kelelahan yang luar biasa bisa membuatnya menyerah. Kelaparan karena tidak membawa cukup perbekalan. Semua siksaan fisik ini bisa membuatnya menyerah. Dengan satu tindakan, ia akan terbebas dari derita. Putuskan tali pancing dan pulang. Tapi Santiago tak melakukannya. Ia bertahan terhadap kelemahan fisik yang dialaminya.

Kesepian karena kesendirian juga mendera psikisnya. Godaan untuk menyerah karena merasa tua, terluka dan takut sering kali mendatanginya. Namun ia berkonsentrasi supaya otaknya jernih. Otak yang jernih mampu mengatasi perasaan yang galau.

Ingatannya terhadap cinta Manolin, si anak kecil yang biasa melaut bersamanya sangat membantunya untuk mengatasi derita psikis. Ia tahu bahwa Manolin sangat mengaguminya. Manolin setia, bahkan masih mau membantunya meyiapkan perjalanan melautnya meski sudah dilarang oleh orangtuanya. Santiago tahu bahwa masih ada yang percaya akan keahliannya sebagai seorang nelayan. Meski orang tersebut adalah hanya seorang anak kecil. Menyadari bahwa masih ada yang mencintainya dan mempercayainya, Santiago bisa terus berjuang.

Kemampuan untuk menghadapi derita fisik dan psikis membuatnya mampu menaklukkan ikan marlin yang membawanya ke laut lepas. Kini saatnya kembali merayakan keberhasilan.

Namun kisah Santiago belum selesai. Dalam perjalanan pulang ia harus menghadapi hiu-hiu yang ingin merebut marlin yang dibawanya. Setidaknya ia mengalami 4 serang hiu. Dengan sisa-sisa tenaga dan peralatan seadanya ia berhasil membawa pulang ikan marlin, meski tinggal kepalanya. Harpunnya menancap pada hiu pertama yang berupaya merebut marlinnya. Hilang tenggelam bersama bangkai hiu. Demikian pun dengan pisaunya. Dengan potongan gagang dayung ia tetap berusaha untuk menghalau hiu yang ingin mencuri ikannya. Gelombang hiu-hiu ini juga sering dihadapi oleh orang yang ingin kembali kepada eksistensinya. Meski ia sudah berhasil, olokan dan pernyataan ragu dari berbagai pihak bisa menghalanginya untuk merayakan keberhasilan. Hiu-hiu ini bisa meyakinkan kita untuk berkata: “ya saya memang gagal dan tidak bisa memberikan bukti keberhasilan.”

Namun Santiago ternyata berhasil pulang. Ia membawa bangkai marlin yang tinggal bagian kepala dan kerangkanya. Sebab dagingnya telah habis dimangsa hiu-hiu yang dikalahkannya. Dan seperti biasanya, orang-orang kemudian mengaguminya.

The Old Man and The Sea adalah novel pendek yang bercerita tentang eksistensi manusia. Santiago akan hilang ditelan ketuaan jika ia tidak memberikan bukti bahwa ia masih seorang nelayan yang berhasil. Seorang nelayan yang bisa menangkap ikan besar. Eksistensi seseorang hanya bisa ditegakkan jika ia percaya bahwa ia mampu, tidak mudah menyerah dan menyadari bahwa ada cinta di luar sana.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler