x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ajaran Filosofis Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah teladan. Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin dan Ma LIma; bisa jadi ajaran filosofis yang relevan dengan kondisi sekarang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin; Ajaran Filosofis Sunan Gunung Jati

 

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah salah satu dari wali songo. Beliau dikenal sebagai wali yang punya kepemimpinan dan ketauladan panutan dalam bertindak dan berperilaku.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Salah satu ajaran filosofis Sunan Gunung Jati yang masih relevan dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin". 

 

Pertama, ingsun titip tajug. Intinya, selalu memelihara tajug atau tempat ibadah. Masyarakat diimbau selalu dekat dengan masjid atau rumah ibadah dan jangan pernah meremehkannya sedikitpun. Apalagi melupakannya. Karena rumah ibadah bisa menjadi "jalan terang" dalam

menjalani kehidupan.

 

Kedua, ingsun titip fakir miskin. Intinya, tiap manusia harus tetap peduli dan mau membantu sesama khususnya fakir miskin. Karena fakir miskin adalah simbol kesinergian hubungan antara sesama manusia (hablum minannas).

 

Falsafah hidup Sunan Gunung Jati lainnya yang patut menjadi acuan masyarakat sekarang adalah landasan hidup yang bertumpa pada “Ma Lima:. Ma Lima adalah falsafah Jawa yang berisi ajaran tentang lima larangan yang harus dihindari dalam hidup. Lima larangan dalam “Ma Lima” adalah:

  1. Madat yaitu menghisap candu, termasuk melakukan bisnis dan kegiatan usaha narkoba.
  2. Madon yaitu melacur atau bermain perempuan, termasuk selingkuh.
  3. Mabuk yaitu mabuk minuman keras, termasuk terlalu mabuk akan dunia.
  4. Main yaitu berjudi
  5. Maling yaitu perbuatan mencuri, termasuk korupsi yang merupakan mencuri uang rakyat.

 

Lima perilaku di atas adalah perilaku jahat. Apabila lima larangan tersebut dilakukan maka akan membawa hidup menjadi sial dan mengakibatkan kerugian diri dan masyarakat atau orang lain.

 

Selain falsafah hidup, Sunan Gunung Jati dikenal sebagai figure yang punya kemampuan manajerial yang luar biasa. Beliau tidak mengenal lelah untuk melakukan perjalanan dakwah yang dibarengi dengan kemampuannya mendialogkan universalitas Islam dengan nilai-nilai budaya lokal. Itulah kunci sukses dari Sunan Gunung Jati. 

 

Hebatnya lagi, jalan politiknya sebagai raja bukan untuk memperkuat kedudukan dengan ambisi-ambisi pribadi demi meraih kuasa duniawi, tetapi semata-mata sebagai sebuah jalan agar Islam semakin kuat kedudukannya di bumi Nusantara dengan strategi hikmah, mau'izhah hasanah atau keteladanan untuk masyarakat umum serta mujdalah atau dialog untuk kalangan intelek yang dibarengi keikhlasan yang sangat tinggi. 

 

Jika direnungkan, mungkin falsafah kehidupan itulah yang kian lama kian ditinggalkan banyak orang. Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin; selalu dekat dengan masjid atau rumah ibadah dan selalu dekat dan peduli dengan fakir miskin.Pun “Ma Lima”; tidak madat, tidak melacur, tidakmabuk, tidak main judi, dan tidak maling alias mencuri.

 

Maka kini saatnya, masyarakat di era milenial perlu meresapi kembali falsafah hidup yang diajarkan dalam filosofi Sunan Gunung Jati. Tentu, untuk kebaikan di dunia maupun akhirat.

 

Karena hakikatnya "wong urip iku mung mampir ngombe". Bahwa orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum. #SunanGunungJati #FalsafahHidup

 

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler