x

Iklan

Aditya Harlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tabayyun sebagai Langkah Tepat Mengatasi Hoax dalam Pemilu

Menjelang pemilihan umum (pemilu), tentunya berbagai cara dan strategi dilakukan oleh tim sukses maupun simpatisan peserta pemilu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan Oleh: Fathan Fadhlul Rahman

Menjelang pemilihan umum (pemilu), tentunya berbagai cara dan strategi dilakukan oleh tim sukses maupun simpatisan peserta pemilu.  Namun sangat disayangkan, terkadang cara dan strategi yang dilakukan bukanlah suatu hal yang baik, terlebih untuk dijadikan proses pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dalam berdemokrasi. Tindakan-tindakan seperti ujaran kebencian, menyerang pribadi lawan politik, dan menyebarkan berita bohong (hoax) merupakan beberapa contoh tindakan tidak terpuji yang dilakukan peserta pemilu maupun simpatisan mereka.

Seiring perkembangan zaman, teknologi pun kian berkembang. Perkembangan tersebut juga berpengaruh pada bidang politik. Dalam bidang politik, adanya perkembangan teknologi menuntut transformasi cara berkampanye para peserta pemilu. Kampanye yang awalnya dilakukan secara konvensional, yakni dengan mendatangi masyarakat secara langsung, memasang spanduk, baliho, dan poster, saat ini harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan media sosial dan portal surat kabar daring (online).
Pemanfaatan media sosial dan portal surat kabar daring dalam berkampanye tentunya memiliki beberapa keunggulan yang tidak diperoleh dengan berkampanye secara konvensional. Peserta pemilu bisa menghemat biaya  sebab teknologi membuat pemilu lebih murah, misalnya peserta pemilu bisa menghemat biaya operasional untuk mendatangi masyarakat ataupun memasang alat peraga kampanye. Selain itu, dari segi waktu dan tenaga bisa lebih hemat sebab penggunaan teknologi bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.
 
Terlepas dari keunggulan yang ada dari pemanfaat teknologi dalam berkampanye, terdapat pula kekurangannya. Adanya media sosial terkadang membuat pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab menyebarkan berita bohong (hoax) untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya maupun kelompoknya. Kata hoax sendiri berasal dari filsuf Inggris Robert Nares, seperti dikutip dari brilio.net dari WikiWand, secara etimologi, hoax berasal dari kata hocus yang berarti menipu[1]. Penyebaran berita hoax dalam kampanye dilakukan dikarenakan penyebaran berita hoax dapat dilakukan dengan mudah dan efektif dalam mempengaruhi masyarakat.
Mudahnya tersebar berita hoax juga disebabkan rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia sehingga masyarakat akan mudah percaya terhadap judul berita hoax yang pada umumnya cukup menarik perhatian. Dikutip dari pikiran-rakyat.com, berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).[2] Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia membuat berita hoax diterima begitu saja, sebab masyakarat enggan untuk memverifikasi kebenaran berita tersebut. Terlebih jika berita tersebut disukai oleh mereka dikarenakan berita tersebut menguntungkan calon atau peserta pemilu yang mereka dukung, maka kemungkinan besar berita tersebut akan langsung disebar.
Jika penyebaran berita hoax tidak segera dibendung, dikhawatirkan hal tersebut dapat membuat perpecahan di kalangan masyarakat. Salah satu cara untuk membendung berita hoax adalah dengan melakukan tabayyun. Dikutip dari wajibbaca.com, pengertian tabayyun terbagi menjadi dua, yakni secara bahasa dan istilah. Secara bahasa tabayyun berarti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya. Sedangkan secara istilah tabayyun berarti meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai jelas benar permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi atau tersakiti.[3]
Tabayyun sendiri memang merupakan istilah dari Bahasa Arab. Namun dilihat dari maknanya, istilah tersebut bisa diterapkan dalam konteks saat ini, terutama dalam membendung berita-berita bohong (hoax). Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dengan cara tabayyun dalam rangka membendung berita hoax.
Pertama, jangan mudah percaya terhadap judul yang menarik. Terkadang berita-berita hoaxselalu disertai judul-judul yang menarik, bahkan tak jarang provokatif. Hal ini dilakukan agar pembaca memiliki rasa ingin tahu terhadap isi berita tersebut. Bahkan tak jarang pembaca berita hanya melihat judul saja, lalu menyebarkan berita hoax tersebut tanpa membaca sampai tuntas berita tersebut. Dalam hal ini disarankan
Kedua, selalu cek sumber berita. Tidak jarang suatu berita hoax berasal dari sumber yang tidak kredibel. Berita-berita hoax yang beredar umumnya jarang disertai sumber-sumber asal berita tersebut. Kalaupun ada sumber yang tertera, sering kali disebut berasal dari seorang tokoh, pakar, atau ahli dalam hal tertentu yang mana bila dicari pada mesin pencarian google tidak pernah tokoh, pakar, atau ahli tersebut mengatakan hal yang diberitakan pada berita hoax yang beredar. Dengan kata lain, si pembuat berita mencatut nama tokoh, pakar, atau ahli dengan harapan masyarakat langsung mempercayai berita tersebut. Jika sumber berita berasal dari suatu instansi atau situs website, disarankan untuk jangan mudah percaya. Buka langsung situs resmi instansi terkait atau website yang disebutkan karena hal tersebut dilakukan agar masyarakat langsung percaya ketika disebutkan suatu instansi atau website sebagai sumber berita.
Ketiga, selalu cek keaslian foto. Berita-berita hoax memang sering kali muncul dengan memberikan foto disertai beberapa kalimat atau paragraf yang menerangkan foto tersebut. Namun seringkali pula keterangan pada foto-foto tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Bahkan tak jarang terdapat foto yang dimanipulasi dengan tujuan mengarahkan opini masyarakat untuk kepentingan tertentu. Untuk itu, ada langkah jitu untuk mengatasinya yakni dengan menyeret foto tersebut kepada mesin pencari google. Maka dengan otomatis akan langsung dapat diketahui keterangan asli mengenai foto tersebut, disertai juga sumber asal foto tersebut.
Keempat, selalu skeptis terhadap segala macam informasi belum tentu benar. Dalam mengatasi hoax terutama dengan tabayyun, sifat skeptis diperlukan agar tidak mudah terpengaruh oleh berita-berita hoax. Skeptis sendiri berarti tidak percaya terhadap suatu sesuatu yang belum pasti kebenarannya. Langkah yang dilakukan adalah dengan mengecek berita yang diduga hoax kepada beberapa sumber, bisa dari media televisi, internet, atau mengkonfirmasi secara langsung berita yang diperoleh tersebut.
Kelima, mengikuti media sosial yang mengungkapkan berita-berita hoax. Langkah ini dilakukan agar mempunyai referensi mengenai berita apa saja yang beredar di masyarakat namun terbukti bohong. Ada berbagai platform media sosial yang menyediakan akun-akun anti-hoax seperti instagram atau twitter. Sering kali akun-akun tersebut juga menyertakan berita yang sebenarnya terjadi atau mengklarifikasi foto-foto yang ada pada berita hoax.
Itulah beberapa langkah tabayyun yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi hoax. Saat ini berita hoax memang mudah tersebar, terlebih pada musim-musim politik seperti tahun 2019 ini banyak pihak yang memanfaatkan berita hoax untuk keuntungan pribadi atau kelompoknya. Namun dengan cara yang jitu, berita hoax bisa diatasi dengan baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Aditya Harlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu