x

Iklan

Elnado Legowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dagelan di Debat Capres

Debat ke-2 Pilpres 2019 ini lebih mirip acara dagelan ketimbang acara Debat Capres.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Debat ke-2 Pilpres 2019 ini terlihat berbeda daripada debat pertama. Namun, debat kedua ini masih tidak berjalan dengan serius selayaknya dua pemimpin beradu visi dan misi, melainkan menjadi acara dagelan.

Ada satu momen dimana Prabowo menyampaikan Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tetapi Jokowi menjawab, "Saya tahu Pak Prabowo memiliki 220.000 Hektar di Kalimantan dan 120.000 Hektar di Aceh, dan saya bisa menjamin pembagian semacam itu tidak terjadi di pemerintahan saya.". Dan di sesi penutupan debat, ia mengakui tentang kebenaran adanya kepemilikan lahan sebesar 340.000 Hektar yang disinggung Jokowi.

Mungkin kalau moderatornya Cak Lontong, mungkin dia akan mengatakan "Saya kira kalau selama ini beliau bilang 'tanah di Indonesia dikuasai oleh segelintir orang' itu adalah protes. Eeeeh... ternyata itu adalah PAMER."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, ketika Jokowi menjelaskan bahwa selain penghutanan kembali, terdapat reklamasi kembali di beberapa tambang. Ada yang menjadi pantai wisata, ada juga yang membuat kolam ikan besar. Memang ada satu dua tiga yang belum dikerjakan, tetapi dengan pengawasan pemerintah daerah dan pengawasan Kementerian Lingkungan Hidup, saya meyakini ini bisa diselesaikan secara satu persatu. Prabowo menjawab "Saya kira cukup ya masalah ini. Saya kira dalam hal ini kita sama, ingin memberantas pencemaran lingkungan. Kalau tidak terlalu banyak perbedaan untuk apa ribut lagi?"

Momen ini sukses membuat kita terdiam seribu bahasa dengan ekspesi 'poker face' dan tidak percaya akan jawabannya yang mendukung Jokowi. Karena selama ini kita ketahui bahwa Prabowo bersama kubunya selalu menentang, mengkritik, dan bahkan menyerang kinerja pemerintahan Jokowi. Apakah ini keajaiban dunia jaman now?

Selain itu, juga terdapat momen dimana Jokowi menceritakan ketika beliau pergi ke kampung nelayan di Tambak Lorok, Semarang. Hanya untuk memastikan kondisi nelayan dan mendengar langsung permasalahan mereka, supaya beliau bisa membuat kebijakan-kebijakan yang pas seperti Bank Mikro Nelayan. Di momen yang sama, Prabowo terlihat hanya duduk dan merenung seperti sedang mendengar ceramah, sambil tersenyum dan menganggukkan kepala.

Ketika Jokowi selesai menceritakan pengalaman beliau, moderator memberi kesempatan Prabowo untuk menanggapi cerita Jokowi dan ia menjawab, "Terima kasih, cukup jelas Pak."

Itu adalah jawaban tersingkat, jelas, dan padat selama debat pilpres maupun debat pilgub. 

Lalu moderator memberi kesempatan kepada Jokowi untuk menambahkan statement beliau sebelumnya. Disaat itu juga beliau menjelaskan bahwa kita itu manusia biasa. Ada yang sudah dikerjakan, ada yang belum dikerjakan. Mungkin persoalan di Jawa sudah selesai, tapi diluar Jawa belum. Beliau juga menegaskan bahwa kita sudah termasuk negara yang besar bukan negara kecil. Jadi apapun yang belum dikerjakan oleh pemerintah, itu adalah proses koreksi yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Sedangkan Prabowo hanya mendengarkan sambil senyam-senyum sambil memainkan dasinya.

Di sisa waktu yang ada, moderator memberi kesempatan Prabowo untuk menanggapi dan ia berkata, "Bagi kami tidak ada yang masalah, Pak. Cuman masalah strategi. Strategi kami berbeda. Kami hanya prihatin bahwa banyak pelabuhan-pelabuhan yang operasionalnya yang diserahkan ke perusahaan asing."

Dari pernyataan Prabowo, ia terlihat kena skakmat dan kehabisan akal untuk menentang Jokowi. Namun, disatu sisi ia berusaha menyerang meskipun terlihat seperti orang kebingungan dan sambil sedang memikirkan rangkaian kata-kata yang ingin ia disampaikan. Hal ini membuat statementnya terlihat ngawur dan tidak nyambung dengan statementnya Jokowi. 

Dalam momen ini, Prabowo terlihat seperti seorang mahasiswa yang keras kepala yang berusaha melawan dosennya dengan berbagai cara.

Di akhir sesi tanya jawab, Jokowi sempat menanyakan rencana Prabowo tentang infrastruktur unicorn yang akan dibangun apabila ia terpilih nanti. Tetapi Prabowo tampak kebingungan dengan apa yang dimaksud "unicorn" oleh Jokowi. Ia berapa kali bertanya, "Yang bapak maksud unicorn? Unicorn? Yang apa itu... online-online itu?". Selain itu ia menjawab keluar kontak alias tidak sesuai dengan pertanyaan. Ia menjawab yang mengarah pada uang yang lari ke luar negeri. Momen ini sukses menjadi bahan guyonan warganet dan menciptakan berbagai meme lucu di media sosial, seperti di Twitter dan Instagram.

Sedangkan unicorn yang dimaksud Jokowi adalah sebutan bagi start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar AS atau setara Rp 13,5 triliun. Di Indonesia, setidaknya terdapat 4 unicorn yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Jumlah unicorn Indonesia tersebut termasuk banyak dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Kesimpulan dari Debat ke-2 Pilpres 2019, Jokowi terlihat lebih menguasai debat, paham revolusi industri 4.0 (revolusi industri dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, dan editing genetik), dan paham akan permasalahan di kalangan masyarakat yang ada di Indonesia daripada Prabowo. Selain itu, Prabowo terlihat masih belum siap untuk memimpin negara ini karena selain visi dan misinya yang masih tidak jelas, ia masih perlu banyak belajar tentang revolusi industri 4.0 dan harus lebih sering turun ke lapangan untuk melihat langsung permasalahan yang ada di lapangan.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Elnado Legowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler