x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dengan Tukang Pangkas Rambut pun Harus Pake Appoinment

Soal berapa ongkos potong rambut di Belanda? Saya belum tahu. Wong, saya belum jadi potong rambut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu sore pada Februari 2019, di Den Haag, Belanda, saya berjalan kaki dari tempat domisili ke sebuah kapsalon (tempat pangkas rambut). Setibanya di lokasi, saya melihat sang tukang cukur sedang memotong rambut seorang lelaki tua.

Karena kebetulan saya sedang merokok, dan baru habis separuh batang, tampaknya sayang kalau rokoknya dibuang. Akhirnya, saya memutuskan menunggu di depan pintu kapsalon, untuk menghabiskan sisa batangan rokok, sekaligus menunggu selesainya lelaki tua itu dicukur.

Sekian menit kemudian, rokok habis diisap, namun lelaki tua itu belum juga selesai dipotong rambutnya. Karena udara di luar relatif dingin, saya memutuskan masuk, dengan niat menunggu di dalam kapsalon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pintu terbuka, dan begitu mau duduk di salah satu kursi, tukang cukurnya sigap menghadap ke pintu lalu menyapa ramah, dengan ucapan:

“Hallo”

“Hallo too”, jawab saya.

Belum sempat duduk, dengan nada bertanya, tukang cukurnya mengucapkan lagi beberapa kata dalam bahasa Belanda, yang saya tidak paham artinya.

Makanya, saya langsung menjawab, “Sorry, I don’t understand the Dutch language (maaf, saya tidak bisa memahami bahasa Belanda)”.

Dan tukang cukur itu pun sambil tetap senyum ramah berkata dalam bahasa Inggris, “Ok, what can I do for you, Maneer (Baik, apa yang bisa saya bantu, Tuan?)”

I want to cut my hair (saya mau potong rambut)”, jawab saya.

Do you have an appointment with us, before (Apakah Anda sudah punya janjian untuk potong rambut sebelumnya?)”

No, I don’t ..... (tidak, saya tidak punya).”

I’m so sorry, because we are fully booked today (Saya mohon maaf sekali. Karena hari ini, waktu potong rambut sudah penuh semua,” katanya lagi dengan santun.

Ok,” jawab saya, sambil malu-malu karena datang tanpa janjian lebih awal.

Lalu si tukang cukur bergeser dari posisinya sambil mengambil sesuatu dan berkata: “It’s ok. This is my bussiness card, you can call anytime to make an appointment for cutting your hair (nggak masalah. Ini kartu nama saya, Anda bisa menelepon kapan saja untuk membuat janjian untuk potong rambut).”

Thanks,” ucap saya sambil membuka pintu untuk keluar dan kembali ke rumah.

Ada tiga poin yang menarik dari cerita di atas: pertama, tukang cukurnya fasih berbahasa Inggris; kedua, tukang cukurnya menyediakan kartu nama; ketiga, kalau mau cukur di kapsalon itu harus bikin janji dulu... Luar biasa. Nggak boleh datang sekonyong-konyong, seperti datang ke pangkas rambut di sudut-sudut Jakarta.

Soal berapa ongkos potong rambut di Belanda? Saya belum tahu. Wong, saya belum jadi potong rambut.

Syarifuddin Abdullah | 26 Februari 2019/ 21 Jumadil-akhir 1440H

Sumber foto: samuele.tira-manchas.info

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu