x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Untuk Romy; Kasihan Panjenengan

OTT Romy

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kepada yang saya Hormati;

Mas Romy yang biasa saya panggil Almukarromun Kyai Romahurmuzy

Mendengar berita panjenengan ditangkap KPK terkait dagangan Jabatan di Kementrian Agama pada Jumat (15/3) lalu, awalnya saya tidak punya pandangan apapun terhadap panjenengan karena saya masih meyakini bahwa panjenengan sebagai elite nasional yang dekat dengan Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo adalah orang baik sehingga mampu meralat do’a dari seorang Kyai besar yang sangat berpengaruh di negeri ini dan hanya diperiksa sebagai saksi oleh KPK terkait kasus dugaan suap usulan dana perimbangan keuangan daerah pada RAPBN Perubahan tahun 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun setelah mengikuti berbagai pemberitaan di media yang menyebutkan bahwa saat panjenengan akan ditangkap, panjenengan berusaha kabur untuk menghindari petugas KPK, seketika saya berubah pandangan. Ternyata panjenengan ini adalah orang yang patut dikasihani karena berupaya untuk menghindar dari kenyataan, istilah orang kampung saya,  panjenengan tak lebih dari orang yang Jiper bin pejirih.

Apalagi setelah panjenengan ditetapkan sebagai tersangka, panjenengan kemudian menulis surat terbuka. Saya juga sudah membaca surat dari panjenengan yang sekarang sudah tersebar di media. Tulisan ini boleh juga dianggap sebagai Surat Terbuka sebagai tanggapan atas surat terbuka dari panjenengan.

Membaca surat panjenengan itu, sebagai manusia saya ikut terenyuh, namun sebagai rakyat jelata yang sering mengikuti komentar  panjenengan menyikapi berbagai permasalahan bangsa ini, saya jadi keki lantaran apa yang panjenengan katakana justru panjenengan langgar sendiri.

Dalam paragraph pertama, panjenengan mengatakan begini “Saya ingin memulai dengan pepatah Arab: Musibah yang menimpa suatu kaum akan menjadi manfaat dan faidah untuk kaum yang lain”.  Tanggapan saya, panjenengan salah menempatkan pepatah itu, karena itu berlaku untuk suatu kaum, sedangkan apa yang menimpa panjenengan  itu hanyalah musibah untuk panjenengan sendiri akibat nafsu syetaniah yang panjenengan lakukan. Lantas adakah manfaat atau faedah untuk orang banyak (kaum) dari apa yang panjenengan lakukan itu?.

Adapun paragraph kedua  panjenengan tulis begini “Saya merasa dijebak dengan sebuah tindakan yang tidak pernah saya pikirkan atau saya rencanakan. Bahkan, siapapun tidak. Itulah kenapa saya mempunyai sebuah permohonan silaturahmi di sebuah lobi hotel yang sangat terbuka dan semua tamu bisa melihatnya. Ternyata niat baik ini justru menjadi petaka”.

Walah guuuus, siapa yang menjebak?, Panjenengan tidak menyadari bahwa yang namanya tindakan walaupun niatnya baik, tujuannya baik, tapi kalau dilakukan dengan tidak baik (ada uang yg dikatagorikan suap), ujungnya ya tidak baik, ditangkap KPK lah panjenengan. 

Kemudian paragraph selanjutnya panjenengan menjelaskan “Dengan adanya informasi pembuntutan saya selama beberapa pekan bahkan bulan sebagaimana disampaikan penyelidik, maka inilah resiko menjadi juru bicara terdepan sebuah koalisi yang menginginkan Indonesia tetap dipimpin oleh paham nasionalisme-religius yang moderat”. Pernyataan panjenengan ini bikin rakyat jelata seperti saya ini jadi bingung sebab Erik Tohir yang punya jabatan Ketua TKN Jokowi- Ma’ruf Amin  dengan penuh hidmat telah menyatakan bahwa penangkapan panjenengan jangan dikait kaitkan dengan Pilpres.

Dengan adanya pernyataan panjenengan ini, menurut saya akan membuat ketersinggungan banyak pihak secara kelembagaan karene panjenengan telah bertasbin bahwa ini adalah resiko akibat panjenengan menjadi juru bicara terdepan sebuah koalisi yang menginginkan Indonesia tetap dipimpin oleh paham nasionalisme-religius yang moderat. Itu artinya merujuk ke koalisi partai yang mengusung Capres Jokowi-Ma’ruf. Bisa jadi yang tersinggung adalah teman teman panjenengan sendiri yang ada di koalisi, bisa jadi juga KPK yang telah dengan gemilang mencokok panjenengan saat panjenengan transaksi.

Sedangkan paragraph yang lain, tidak perlu saya tanggapi karena menyangkut soal TKN dan Partai Politik panjenengan, kalau saya tanggapi hawatir akan membuat ketersinggungan yang membabi buta. Apalagi paragraph yang terahir, saya tidak juga berani menanggapi karena ini lebih husus yakni pesan untuk keluarga tercinta yakni untuk anak dan istri.

Ahirnya saya hanya bisa prihatin kepada panjenengan yang menjadi juru bicara terdepan dalam sebuah koalisi serta tokoh religius nasional, ahirnya bernasib seperti ini, Kasihan panjenengan Almukarromun Kyai Romahurmuzy. Saran saya banyak banyaklah istighfar, mohon ampun kepada Allah.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler