x

DR Jeff Neilson dari Sidney University sedang memaparkan makalah pada acara IICS 2014, Kamis (20/11/2014) di gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Banda Aceh.

Iklan

Syukri MS

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

75% Ekspor Kopi Indonesia Masih Berbentuk Green Bean

Sekitar 75% hasil kopi Indonesia masih diekspor dalam bentuk green bean, 5% dalam bentuk olahan. Hanya sekitar 20% yang diolah untuk konsumsi dalam negeri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kopi dunia, terutama untuk jenis kopi Arabika. Komposisi komoditi kopi yang diekspor itu, sekitar 75% masih diekspor dalam bentuk green bean, 5% dalam bentuk olahan. Hanya sekitar  20% yang diolah untuk konsumsi dalam negeri. 

Hal itu disampaikan DR Jeff Neilson dari Sidney University dalam makalahnya yang berjudul: “Value chain profile of Robusta and Arabica coffee in Indonesia and its impact to farmer’s livehold” pada Indonesian International Coffee Symposium (IICS) 2014, Kamis (20/11/2014) di gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Banda Aceh.

Neilson menekankan, untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani perlu peningkatan pengolahan dalam negeri. Selain itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kualitas kopi, seperti kopi Gayo Specialty.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Peningkatan produktivitas yang saat ini hanya sekitar 600 kilogram/hektar per tahun, harus diupayakan menjadi 1.500 kilogram/hektar per tahun,” tegas Neilson.

Hal itu dibenarkan oleh Pujianto dan Ucu Sumirat dari Puslit Kopi dan Kakao Indonesia melalui makalahnya yang berjudul “Replanting Tanaman Kopi, Solusi Kecenderungan Stagnasi Produksi.” Menurut Pujianto, tanaman tua merupakan salah satu permasalahan penting yang menjadi penyebab rendahnya produktivitas tanaman kopi di Indonesia.

Lebih dari 95% perkebunan kopi di Indonesia, tambah Pujianto, merupakan perkebunan rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Petani cenderung mempertahankan tanamannya selama masih berproduksi walaupun sudah dibawah ambang nilai ekonomis.

“Tanpa adanya program peremajaan yang jelas, produksi kopi Indonesia diperkirakan akan mencapai stagnasi dan bahkan cenderung menurun,” ungkap pakar kopi dari Puslit Kopi dan Kakao Jember itu.

Pujianto menjelaskan, saat ini telah tersedia beberapa varietas anjuran yang memiliki sifat lebih unggul daripada varietas yang ditanam sebelumnya. Oleh karena itu, program penyelamatan kopi Indonesia melalui peremajaan kopi tua perlu segera dilakukan.

Ikuti tulisan menarik Syukri MS lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu