x

Beberapa wanita menaruh bunga saat memperingati tiga sandera tewas di Sydney, Australia, 16 Desember 2014. Seorang pria bersenjata menyandera 17 orang yang berada di Lindt cafe. AP/Nick Perry

Iklan

Mas Eko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pelaku Teror Sydney Ternyata Pribadi yang Kurang Perhatian

Aksi konyol Man Haron Monis dalam peristiwa Sydney Siege justru menusuk dan meludahi perjuangan Islam. Alih-alih meninggikan kehormatan agama, tindakan caper-nya patut dicela.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pelaku teror penyanderaan di Australia yang dilabeli Sydney Siege sudah resmi diidentifikasi sebagai Man Haron Monis a.k.a. Mohammad Hassan Manteghi a.k.a. Manteghi Boroujerdi, pria 49 tahun kelahiran Iran [link]. Ia masuk ke negeri kangguru sebagai 'pengungsi' pada tahun 1996. Sosoknya dikenali sebagai pribadi yang 'suka cari perhatian' alias caper.

Pernah mengaku sebagai Ayatollah. Sempat memperlakukan istri dan anaknya sendiri sebagai 'sandera' di rumah. Menyurati keluarga korban teror dan juga keluarga tentara yang gugur dalam tugasnya di timur tengah dengan nada sangat kasar dan tidak empatik. Ia juga dikabarkan tengah menanggung kewajiban membayar jaminan atas putusan pengadilan terhadap tidak kurang dari 47 tindakan kekerasan seksual yang dilakukannya. Ini belum terhitung jaminan untuk tuduhan atas pembunuhan mantan istrinya. Beberapa waktu sebelum melakukan aksi terornya, ia juga mengaku telah 'murtad' dari Syiah dan berpindah aliran menjadi Sunni.

Belum begitu jelas apa sebenarnya motif dari Monis ini. Tapi jika melihat sepak terjangnya selama ini, mungkin alasan 'frustasi' patut dipertimbangkan. Pertama, 'akrobatik-politik-keagamaan' yang dilakukannya selama ini rupanya tak membuahkan hasil seperti yang ia harapkan. Kepopulerannya tak mengantarnya dianggap sebagai 'tokoh agama' yang disegani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, kegagalannya juga masih harus ditambah beban sosial dan finansial yang harus dihadapinya sebagai buah perilaku 'tak-pantas' lainnya yang dituduhkan kepadanya. Salah satu bukti ke-'frustasi'-annya itu adalah perilaku konyolnya saat melakukan drama penyanderaan di kafe Lyndt tersebut. Bagaimana tidak konyol, saat melakukan aksi tersebut sempat-sempatnya ia meminta bendera ISIS, di samping kesempatan bertemu langsung dengan PM Tony Abbot. Mungkin ia berfikir bahwa isu ISIS bisa memberi efek amplifikasi bagi terornya. Sekalipun, meski tak sempat membuat bendera ISIS, ia rupanya masih sempat membawa bendera hitam yang juga bertuliskan kalimat syahadat yang sangat suci dalam pandangan umat Islam.

Lepas dari spekulasi politis dan kekonyolan seputar tindakannya, tapi Monis yang sudah terkenal 'caper' ini bisa dibilang sukses. Ia sukses ikut mem-framing bahwa Islam adalah agama yang doyan kekerasan. Ia sukses, dengan menempel kalimat syahadat di kaca kafe bertulis 'Merry Christmas', ikut mem-framing bahwa Islam memang antitesa dari kedamaian. Mungkin saja benar ia secara pribadi berniat 'membela perjuangan Islam secara heroik' melalui aksinya. Tapi yang tidak kalah benarnya, bahwa aksi konyol itu justru 'menusuk dan meludahi perjuangan Islam'. Pilihannya menjadikan kafe dekat sebuah kantor berita juga bukan pilihan jelek untuk sebuah aksi caper.

Turut belasungkawa atas 2 korban yang turut meninggal akibat dari peristiwa ini. Semoga tidak ada lagi Monis-Monis lainnya lagi di dunia ini, lebih-lebih di Indonesia. Ulah konyol cari perhatiannya benar-benar pantas dicela.

Ikuti tulisan menarik Mas Eko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB