x

Pesawat Airbus A380 pertama milik Qatar Airways tiba di Bandara Internasional Hamad, Doha, pada 18 September 2014. Airbus mendapat pesanan 318 pesawat A380 dari berbagai maskapai, 147 pesawat telah dikirim. FAISAL AL-TAMIMI/AFP/Getty Images

Iklan

Suhana Lim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ngomong Aja Nggak Becus

kenali bahasa dan budaya tempat tujuan sebelum go international

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Suhana Lim

Serasa baru kemarin, padahal hari ini pas setahun lalu saat saya dikenalin ke seorang motivational speaker. Ceritanya teman saya, yang adalah redaktur majalah, mengenalkan seorang pembicara dari Indo. Rupanya si A (sebut saja begitu) mau menjajagi kemungkinan membuka pasar baru diluar Indo. Istilah kerennya, tidak mau sebatas jago kandang dan mau go international. Kami bertiga pun ketemu di salah satu café untuk kenal dan kongkow.

A tanya-tanya soal peluang dan networking kalau ia mau melakukan acara di Aussie in general khususnya di Melbourne. Singkatnya ia minta pendapat dan masukan. Saya sampaikan bahwa lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. In term of mengadakan acara di sini bisa-bisa saja, tetapi apakah bisa menarik peminat itu yang harus di perhatikan baik-baik. Mungkin pengalamannya beracara sukses di Hongkong dan Malaysia, tetapi belum tentu di Aussie. Pasalnya target audience-nya beda. Disini jumlah TKI/TKW sangat minim. Komunitas Indo-nya mayoritas lebih mapan (secara sosial ekonomi dan pendidikan). Jadi memakai benchmark keberhasilannya di Malaysia dan Hongkong kurang afdol. Untuk menarik minat audience lokal juga bukan hal mudah. Boleh saja si A ngetop di tanah air. Tapi di Aussie sini, belum banyak yang kenal. Just another face in the crowd. Di sini ada bejibun motivational speakers dengan aneka background (sports, military, business, arts, etc, etc).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal lain yang beda ialah memakai topik agama, dan soal keparanormalan sebagai “sarana/alat bantu dan pemikat” akan kurang (atau tidak) ngefek bagi society di sini. Kurang laku!

Last but not least, kemampuan bahasa Inggris A juga pas-pasan saja. Tentu ini adalah barrier juga. Kasarnya, kalau ngomong aja ngak becus/fasih, gimana mau memotivasi orang? Perbendaharaan kata dan kalimat terbatas tentu akan lebih tersendat-sendat buat menyampaikan isi otak dan hati, boro-boro mau menyemangati dan memotivasi orang lain.

Bukan hanya dengan A, over the years ada pula kenalan praktisi lainnya yang directly or indirectly “mancing-mancing” untuk bertanya mengenai possibility mengekspor kiprahnya dan go international. IMHO, the very basic ialah kuasai dulu dengan baik International lingua franca (untuk jaman sekarang at least ialah Inggris dan Mandarin). Dengan begitu akan sangat membantu dan memudahkan. Dengan begitu bisa menghindari lost in translation dalam menjelaskan. Kasar ngomong, gimana bisa tembus pasar luar negeri kalau barang kualitas lokal? Hal lain yang juga membantu ialah kalau mengerti or at least tahu soal tradisi dan local wisdoms.

Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler