x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tim Anti-Mafia Migas Pun 'Mental' Hadapi Petral

Tim Reformasi Tata Kelola Migas begitu berhati-hati menghadapi Petral, yang selama ini disinyalir sebagai sarang mafia migas. Apakah Faisal Basri tak punya nyali menghadapi mereka?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak dibentuk hingga saat ini, Tim Reformasi Tata Kelola Migas – lebih dikenal dengan Tim Anti-Mafia Migas, yang dipimpin Faisal Basri sepertinya terfokus pada anak perusahaan Pertamina, Pertamina Energy Trading Limited (Petral) yang berpusat di Singapura.  Karena di Petral sejak lama sudah disinyalir  tempat bersarangnya mafia migas. Sehingga dengan hadirnya tim tersebut membuat banyak kalangan menaruh harapan besar untuk segera membubarkan anak usaha Pertamina yang didirikan di era Orde Baru itu.

Akan tetapi meskipun demikian, Faisal Basri tampaknya tidak mau grasa-grusu. Pihaknya mengaku belum bisa mengeluarkan rekomendasi untuk membubarkan Petral. Saat ini bersama timnya, Faisal Basri masih sedang melakukan pengkajian, dan mendiskusikan permasalahan itu.

Alih-alih membubarkan Petral, Tim Anti-Mafia Migas malah mengalihkan permasalahan terhadap  impor bahan bakar minyak beroktan (Research Octane Number/RON) 88 atau premium yang direkomendasikannya untuk dihentikan.  Lebih lanjut, Dalam rekomendasi perdana itu, Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan pula Pertamina mengimpor saja bahan bakar minyak minyak RON 92 alias pertamax.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alasan dari rekomendasi pengehentian impor tersebut, karena BBM RON 88 sudah termasuk produk langka di industri perminyakan dunia. Bahkan, kata Faisal, BBM RON 88 sudah tak lagi diperjualbelikan di pasar internasional. Selain itu, dan hal ini lebih menarik lagi, adalah pernyataan Faisal Basri yang sudah memiliki bukti "praktik" pengoplosan untuk mendapatkan BBM jenis premium oleh anak usaha Pertamina, yaitu Pertamina Trading Energy Limited (Petral). 

Berdasarkan dokumen penerimaan barang impor yang dimiliki Tim Anti-Mafia Migas, terkuak bahwa premium yang diimpor Indonesia merupakan produk "oplosan" yang dibuat di Malaysia. Menurut dokumen yang didapatkan tim ini, selama ini Petral tidak memiliki fasilitas untuk blending (Mengoplos), lalu Petral menyewa blending facility dari Trafigura Pte Ltd,  perusahaan yang juga berpusat di Singapura, tetapi punya fasilitas pengolahan di Malaysia. Trafigura mencampur BBM berkadar oktan (Researh Octane Number/RON) 92 dengan Naptha berkadar rendah untuk menghasilkan BBM dengan RON 88. Hal itu berarti Petral selama ini tidak hanya bergerak di bidang perdagangan migas saja, melainkan juga berperan sebagai trading company.

Berdasarkan fakta di atas, yakni pernyataan Faisal Basri yang tidak mau terburu-buru untuk membubarkan Petral, dan temuan terbaru tentang kegiatan anak usaha Pertamina itu, secara implisit tertangkap kalau Tim Anti-Mafia Migas merasa ‘sungkan’ menghadapi mafia-mafia yang suka ‘menyedot’ uang dari kilang minyak tersebut. Padahal selain sebagai tempat mafia migas bersarang, Petral pun telah melakukan penyimpangan. Dibentuknya Petral itu untuk kelancaran perdagangan migas, bukan untuk melakukan pengolahan  seperti yang sekarang ditemukan.

Bahkan Faisal pun malah ‘mendongeng’ pula. Di tahun 2012 lalu, Menteri BUMN ketika itu, Dahlan Iskan konon pernah berencana akan membubarkan Petral. Tapi ternyata ‘mental’. Alias gagal total. Karena Menurut Faisal, kegagalan Dahlan itu disebabkan ada kekuatan besar berada di balik Petral. Hal itu, ujar dia, diketahuinya saat bertemu Dahlan dan berbincang soal Petral, beberapa waktu lalu.

"Saya tahu mas Faisal bahwa barang (BBM) dari NOC (National Oil Company) itu belum tentu lebih murah, tapi kenapa pasokan impor masih dari NOC? Waktu itu targetnya bubarkan Petral," tutur Faisal mengulang perkataan Dahlan.

"Ternyata enggak semudah itu bubarkan Petral. Ada kekuatan-kekuatan di atas Pak Dahlan, masih banyak  ya, ada langit ke-7, ke-10," lanjut Faisal. Menurut dia, kesepakatan membeli minyak langsung ke NOC tanpa melewati Petral hanyalah pelipur lara karena kegagalan membubarkan Petral itu.

Apakah yang dimaksud ’kekuatan besar’ oleh Faisal Basri dan Dahlan Iskan itu, adalah Hatta Rajasa, Tommy Soeharto, dan Riza Chalid – sebagaimana yang seringkali diperbincangkan publik selama ini ?

Entahlah. Yang jelas, rekomendasi penghentian impor BBM RON 88 pun ditolak pemerintah – melalui Menko Perekonomian Sofyan Djalil, dan Tim Reformasi Tata Kelola Migas sepertinya malah terkapar, dan ‘mbalelo’, alias  tidak tegas saat menghadapi ‘tembok besar’ yang bernama Petral.  ***

Sumber foto: Tempo.co

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB