x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bukan Saatnya Lagi Saling Menaklukkan

Strategi lama, penaklukan, membawa kita kembali kepada kebodohan masa lampau.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dunia berubah sangat cepat dan perubahan ini membentuk ulang dunia kita, sehingga kita patut bertanya: cukupkah mengandalkan Sun Tzu dan Karl von Clausewitz untuk mengatasi persoalan kita saat ini? Pemikir dari dua zaman yang berbeda itu betumpu pada siasat dan persaingan.

Dalam bukunya, The Master Strategist, Ketan J. Patel menawarkan pendekatan berbeda. Menurut Patel, pendiri Greater Pacific Capital, pemikiran strategis yang baik memiliki pandangan luas terhadap kehidupan—bukan hanya fokus pada persaingan.

Konektivitas warga dunia tidak terhindarkan. Informasi mengarus dari berbagai penjuru, komunikasi berlangsung mudah dan cepat, siklus waktu tidak berhenti, dan batas jarak pun runtuh (borderless). Dalam dunia baru seperti ini, kreativitas muncul dari setiap sudut bumi, tapi kekuatan yang siap menghancurkan lawan dengan kemampuan merusak yang sangat besar pun bangkit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua fenomena itu berdiri pada posisi yang berseberangan. Ketika kita meraih kemajuan sains dan teknologi yang menjulang, kita dihadapkan pada penggunaannya untuk penghancuran masal. Perubahan cepat adalah peluang bagi perbaikan nasib manusia, tapi sekaligus menakutkan lantaran bahaya yang menyertainya.

Kebanyakan strategi yang dipakai untuk mengatasi persoalan dunia saat ini, kata Patel, pada dasarnya lemah. “Terlalu mengandalkan kekuatan dengan metode utama strategi bersaing,” kata Patel. “Kita fokus pada yang ingin kita kalahkan: persaingan militer, persaingan perusahaan, persaingan individu. Metode ini membawa kita kembali kepada kebodohan masa lalu dan membuat kita memperebutkan aset dan sumber daya.”

Strategi untuk mengatasi persoalan manusia masa kini, dalam pandangan Patel, bukan urusan segelintir orang yang duduk di pemerintahan, lembaga kajian, atau bagian tertentu perusahaan, sebagaimana dipahami sekarang ini. Strategi ini, kata Patel, gagal melibatkan individu sebagai manusia.

Untuk menghadapi masa depan, kata Patel lagi, jalur-jalur strategis harus menempatkan individu pada posisi penting. Jalur itu di antaranya ialah ‘perang terhadap pikiran’—istilah yang dipakai Patel. Kita perlu berpindah dari fokus ‘menang dan kalah’. Ahli strategi di masa datang harus mampu bergerak dari ‘upaya melemahkan kemauan musuh untuk bertempur’ menjadi ‘upaya menciptakan tujuan bersama’.

Inti dari upaya menciptakan tujuan bersama ini ialah menanamkan pemahaman tentang pentingnya kerangka kerja yang tidak saling meniadakan. Salah satu ciri dari kerangka kerja ini ialah sifatnya yang holistik—bahwa segala sesuatu saling terkait dan berhubungan, karena itu sebuah persoalan mesti dilihat secara utuh. Sebuah peristiwa, karena itu, dapat menimbulkan efek kumulatif yang tak bisa kita perkirakan.

Landasan penting dari gagasan Patel, dalam hemat saya, ialah menghindari definisi yang sempit tentang kekuasaan yang (selama ini) hanya mementingkan diri sendiri. Kekuasaan harus dipahami melampaui pengertian ‘menang dan kalah’, melainkan sarana untuk mencapai kebaikan bersama. Sudut pandang ini memungkinkan kita untuk memperkecil kerusakan di bumi kita.

Patel melampaui ahli-ahli strategi zaman dulu yang memandang kemenangan diri dan kekalahan lawan sebagai tujuan dari sebuah strategi. Di era sekarang, kekuasaan harus dirumuskan ulang untuk meningkatkan kebebasan, bukan membungkamnya, serta membebaskan manusia dari rasa takut dan mengatasi ketamakan.

Di tengah dunia yang berubah cepat, dibutuhkan bahasa baru untuk menciptakan strategi yang ditujukan untuk kemaslahatan bersama. Strategi lama, penaklukan, sudah tidak lagi relevan, kecuali jika kita memang menghendaki kehancuran bersama—yang hancur bukan hanya mereka yang kita anggap lawan, kitapun turut hancur. (sbr foto: cagepotato.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler