x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berbagi Pengetahuan Itu Lebih Keren

Karyawan juga berpandangan serupa: pengetahuan adalah kekuatan agar bisa unggul dalam persaingan meniti karier. Tidak mudah mendorong karyawan untuk berbagi pengetahuan kepada karyawan lainnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Share your knowledge. It’s a way to achieve immoratility.”
--Dalai Lama XIV (1357-1419)
 
 

Kini bukan lagi abad ke-16 ketika di Eropa pengetahuan menjadi kekuatan penting bagi siapapun yang memilikinya. Lantaran itu, filosof Inggris Francis Bacon berucap “knowledge is power”. Johannes Gutenberg memang sudah menemukan mesin cetak, tapi peredaran kitab-kitab pengetahuan masih terbatas. Pengetahuan (ilmiah) hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu, seperti keluarga kerajaan, pemuka agama, serta ilmuwan dan akademisi.

Hingga berabad kemudian, ucapan Bacon itu masih kerap dikutip. Padahal, zaman telah berubah. Informasi dan pengetahuan dapat dengan cepat dan relatif mudah dapat diakses oleh banyak orang. Memang masih ada pengetahuan-pengetahuan tertentu yang dirahasiakan oleh negara-negara tertentu sebagai keunggulan.

Dalam lingkup perusahaan dan personal pun pandangan serupa masih dipegang. Perusahaan menganggap pengetahuan sebagai intangible asset yang amat berharga untuk menciptakan dan menjaga keunggulan kompetitifnya. Karyawan juga berpandangan serupa: pengetahuan adalah kekuatan agar bisa unggul dalam persaingan meniti karier.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak mudah mendorong karyawan untuk berbagi pengetahuan kepada karyawan lainnya. Bagi mereka, ucapan Bacon masih berlaku. Kira-kira, jalan pikirannya seperti ini: jika saya sudah capek-capek mencari pengetahuan dan menimba pengalaman, mengapa mesti berbagi ‘power’ dengan orang lain? Tidak mudah mendorong karyawan untuk berbagi pengetahuan dengan rekan-rekannya.

Untuk membongkar kultur yang terkesan selfish ini, diperlukan perubahan mindset bahwa pengetahuan hanya dapat berkembang apabila dipertukarkan. Saling berbagi pengetahuan adalah cara terbaik agar orang lain ikut menjadi lebih pintar dan pengetahuan juga jadi berkembang.

Orang sering beranggapan bahwa teknologi merupakan isu terpenting dalam berbagi pengetahuan. Saya rasa, tidak begitu. Banyak teknologi tersedia yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dengan cara yang jauh lebih mudah dibandingkan masa Francis Bacon hidup, kira-kira 4,5 abad yang silam. Isu terpenting dalam berbagi pengetahuan ialah kultur, kepercayaan, dan komitmen.

Di masa ketika persoalan-persoalan tak bisa dipecahkan sendiri, atau sangat bergantung kepada kekuatan teamwork, berbagi pengetahuan merupakan gagasan yang sulit ditampik. Yang dibutuhkan adalah collective knowledge atau collaborative knowledge agar pemecahan masalah mampu mencakup berbagai perspektif. Dengan berbagi pengetahuan, pemecahan masalah menjadi semakin kaya perspektif, sebab rekan sekerja dapat memberikan kontribusi sesuai pengetahuannya. Diperlukan perubahan kultur dalam lingkungan kerja.

Dengan kerja kolaboratif, pengetahuan juga dapat tumbuh lebih cepat. Begitu pula dengan pemecahan persoalan. Michael Nielsen, dalam bukunya Reiventing Discovery, mengisahkan bagaimana kerja kolaboratif dalam studi mengenai galaksi dan dinosaurus telah mendorong pertumbuhan pengetahuan ini lebih cepat.

Memang ada kendala lain yang dihadapi dalam menerapkan gagasan berbagi pengetahuan. Misalnya, seorang karyawan tidak yakin bahwa rekannya akan menerapkan pengetahuan yang ia bagikan dalam konteks yang benar, sehingga ia ragu untuk berbagi. Ada pula karyawan yang berprasangka jangan-jangan pengetahuan yang ia bagikan akan diteruskan kepada orang lain tanpa ada pengakuan atas kontribusinya.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang berkompetisi dan di saat yang sama memerlukan kerjasama. Kita pun punya kecenderungan untuk lebih bagus dari rekan kerja, tapi kita juga membutuhkan bantuan dari rekan untuk meraih tujuan organisasi maupun tujuan pribadi kita sendiri. Kompetisi tetap diperlukan dalam lingkungan organisasi, tapi dengan cara yang sehat. Dalam konteks berbagi pengetahuan inilah, konsep co-opetition (perpaduan cooperation dan competition) mesti dijalankan secara fair.

Sebagaimana banyak gagasan, agar ide berbagi pengetahuan dapat berjalan dalam organisasi diperlukan komitmen. Organisasi atau perusahaan mesti mengembangkan komitmen terhadap kultur, perubahan, tantangan, terhadap persaingan dan kerjasama (co-opetition). Komitmen sangat dibutuhkan karena mengembangkan kultur berbagi pengetahuan jelas memerlukan waktu. Tanpa komitmen, semangat akan luntur di tengah jalan.

Banyak ahli manajemen menyebutkan pentingnya insentif untuk mendorong berlangsungnya aktivitas berbagi pengetahuan. Insentif ini tidak mesti secara langsung berupa uang, melainkan pengakuan, penghargaan, ataupun credit point yang berkontribusi bagi kenaikan jenjang kepangkatan dalam organisasi. Dengan berbagi pengetahuan, masing-masing individu akan mendapatkan lebih banyak dan bukannya kehilangan. Berbagi pengetahuan adalah proses sinergetik, artinya Anda akan mendapatkan lebih banyak dibandingkan yang Anda berikan.

Bayangkan bila pekerja jadi lebih efektif, pemakaian waktu lebih efisien, pencapaian target jadi lebih cepat, dan karier pribadi lekas menanjak. Pendeknya, berbagi pengetahuan bukan merintangi kepentingan pribadi, melainkan malah mempercepat tercapainya tujuan pribadi maupun organisasi/perusahaan. Karena itulah, sudah waktunya mengganti paradigma lama dengan ‘Berbagi Pengetahuan Itu Lebih Hebat’. (sbr foto: knowledge.insead.edu) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler