x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tesla, Karakter Eksentrik dari Jagat Sains

Nikolas Tesla kerap terlupa ketika kita berbicara tentang listrik dan lampu. Namanya terpinggirkan oleh Thomas Alva Edison. Tapi ia sosok menarik yang kerap menjadi kreator inspirasi bagi film, animasi, komik, hingga video games.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Our virtues and our failings are inseparable, like force and matter. When they separate, man is no more.”
--Nikolas Tesla (Penemu, 1856-1943)

 

Nama Stephen Hawking boleh jadi magnet yang menarik publik untuk menonton film The Theory of Everything. Film ini bukan tentang teori yang paling banyak diburu para fisikawan, melainkan film biografi Hawking, astrofisikawan mashur itu.

Film lain yang menarik niscaya The Imitation Games, yang berkisah tentang hidup Alan Turing, matematikawan yang merintis jalan bagi perkembangan komputer berpogram. Film yang diangkat dari buku Alan Turing: The Enigma ini menceritakan tentang kecerdasan luar biasa dan kesuksesan yang berakhir di ujung tragedi.

Dua judul tadi mungkin tak cukup bagi penggemar sains. Masih ada yang lain, yakni Tesla. Ya, ini memang film tentang Nikolas Tesla, ilmuwan yang kerap dilupakan ketika kita berbicara tentang listrik—kita selalu teringat kepada Thomas Alva Edison. Banyak orang beranggapan bahwa antara Tesla dan Edison berlangsung persaingan tajam sebagai sesama penemu; dan nama Edison lebih melekat di benak banyak orang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di awal kariernya, tulis Bernard Carlson, penulis buku Tesla: Inventor of the Electrical Age, Tesla yang baru saja datang dari Serbia bekerja pada Edison. Ia ditugasi untuk merancang generator arus searah (direct current = DC) yang tengah dikembangkan laboratorium Edison. Tapi Tesla kemudian keluar karena ingin mewujudkan proyeknya sendiri, yakni membuat generator arus bolak-balik (alternating current = AC). Kelak, temuan Tesla dipakai juga untuk motor dan transformator, bahkan hingga kini.

Keduanya berada pada dua sisi berbeda dari apa yang ketika itu disebut sebagai ‘Current Wars’: Edison menggarap proyek DC dan Tesla mengerjakan proyek AC. Namun, dalam penglihatan Carlson, kedua orang penemu ini tidak ubahnya Steve Jobs dan Bill Gates: yang seorang pemasar dan pebisnis brilian, sedangkan yang seorang lagi visioner dan ‘orang teknik’.

Hubungan kedua orang ini, kata Marc Seifer, penulis buku Wizard: Life and Times of Nicholas Tesla, bagaikan dalam balutan cinta dan benci. Ketika Tesla pergi mengerjakan proyeknya sendiri, Edison merasa kehilangan dan kecewa, tapi kemudian ia menghargai pilihan Tesla itu. Edison kemudian membantu Tesla mempersiapkan laboratorium untuk eksperimennya.

Dalam pembicaraan tentang sejarah lampu dan listrik, terutama di sini, nama Tesla memang kerap terpinggirkan oleh kemashuran Edison—yang mashur dengan kata-katanya ‘1 persen inspirasi, 99 persen keringat’.

Tapi, karakter Tesla yang unik—pekerja keras, penuh rasa ingin tahu, dan lucu—membuatnya jadi sosok yang menarik untuk ditampilkan dalam rupa-rupa media. Bukan pada 2015 saja Tesla difilmkan (kali ini di bawah arahan sutradara Michael Anton). Sebelumnya sudah ada beberapa film, termasuk versi animasi, dan tahun depan pun ada lagi film tentang Tesla. Ia juga menjadi karakter yang menarik untuk dikomikkan dan jadi tokoh dalam video games. Ia pun kerap ditampilkan dalam cerita fiksi sains.

Barangkali, karena Tesla dikenal memiliki memori fotografis—ia mampu mengingat isi buku, gambar, maupun visi mengenai apa yang mesti ia lakukan. Ia mampu memvisualisasikan sesuatu dalam tiga dimensi—kemampuan yang ia pakai untuk mengendalikan mimpi buruk dari pengalaman masa kecilnya; begitu cerita yang beredar. Inilah yang menjadikan Tesla karakter mistis dan eksentrik yang menarik para penulis cerita dan pembuat gambar komik dan film animasi.

Tesla menemukan, merancang, dan mengembangkan gagasan penting seperti teknologi radar, teknologi sinar-X, maupun medan magnet berputar yang menjadi basis mesin AC. Tercatat Tesla memiliki 40 hak paten. Namun, seperti kata Larry Page, pendiri Google, “Sayangnya, ia tak mampu mengubahnya menjadi uang. Bahkan ia nyaris tidak bisa mendanai sendiri laboratoriumnya.” Namun, ia juga sempat dilanda kontroversi ketika menganjurkan pembatasan populasi melalui eugenika dan sterilisasi paksa.

Jadi, positifnya, bagaimana cara mudah mengingat kontribusi Tesla bagi kemanusiaan? Bila disebut nama Thomas Alva Edison, niscaya kita langsung ingat kepada lampu pijar—ya, ia penemunya. Kini, bila ingat listrik yang menerangi rumah, kita bisa mengingat jasa Tesla—ya, ia penemu arus bolak-balik (AC).

Di balik rumor tentang rivalitas di antara kedua penemu hebat itu, hasil karya Edison dan Tesla nyatanya bertemu di rumah-rumah kita: listrik yang mengalirkan energi ke dalam lampu hingga menyala. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu