Dalam satu pekan, Anda niscaya mempunyai sejumlah pekerjaan yang harus selesai. Bagaimana caranya agar semua pekerjaan dapat tertangani dengan baik? “Atur waktumu dengan baik,” begitu nasihat yang sering kita dengar. Dengan pengaturan waktu yang baik, diharapkan seluruh pekerjaan dapat tertangani. Jika tidak berhasil, apa boleh buat, kita harus lembur atau melanjutkan pekerjaan ke hari atau minggu berikutnya.
Setiap orang sudah dijatah punya waktu 24 jam per hari, dan lazimnya kita membagi jatah waktu itu untuk bekerja, tidur, dan aktivitas lain. Lantaran kuota yang sudah tetap, kita kerap diberi saran untuk membuat prioritas. Tapi, pandangan tentang mana yang harus diprioritaskan pun beragam. “Selesaikan dulu persoalan yang paling mudah”; “Tuntaskan dulu masalah yang paling mendesak”; atau “Persoalan terpenting yang harus dipecahkan lebih dulu.”
Ketrampilan mengelola waktu memang penting, namun pendekatan lain mungkin dapat dicoba, yakni pengelolaan energi—Tony Schwartz, pendiri Energy Project di New York City, AS, pernah melakukan riset mengenai hal ini. Pendekatan berbeda ini dimaksudkan agar kinerja tetap bagus meskipun banyak pekerjaan harus diselesaikan. Kuncinya ialah pintar-pintarlah mengelola energi kita.
Mengapa energi lebih diutamakan? Sebab, energi dapat diperbarui, sedangkan waktu tidak. Bila kita kehilangan 10 menit karena asyik mengobrol, maka hilang sudah sumber daya waktu itu. Kita tidak bisa mengambil kembali satu detik pun. Kita juga tidak bisa memperbaruinya atau meminjam waktu orang lain.
Diri kita diliputi oleh empat dimensi energi, yakni energi fisik, emosi, pikiran, dan spiritual. Keterampilan kita di dalam mengelola empat dimensi inilah yang akan membuat kita tidak kerepotan dengan jatah waktu sebanyak 24 jam per hari. Jatah waktu ini niscaya sudah diperhitungkan dari sananya.
Kita tahu, kebugaran fisik berkontribusi penting terhadap kualitas kinerja. Makin bugar, makin besar potensi untuk mengukir prestasi yang bagus. Makanan bergizi, tidur yang cukup, olahraga yang memadai sangatlah berarti untuk menghasilkan energi fisik yang berkualitas baik. Kekurangan tidur pada umumnya menurunkan daya konsentrasi dalam berpikir.
Dimensi emosi juga tak kalah penting. Orang-orang yang mampu mengelola emosinya secara baik, umumnya sanggup menghadapi berbagai tantangan eksternal. Mereka lebih tahan stres, amarahnya tidak mudah terpancing keluar, lebih sabar dan telaten menghadapi situasi yang rumit. Kemampuan mengelola emosi berpotensi memudahkan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau persoalan.
Dimensi berikutnya terkait dengan pikiran: bagaimana kita mampu mengelola pikiran saat menghadapi sejumlah pekerjaan. Banyak orang mungkin berpikir bahwa mengerjakan sejumlah tugas secara bersamaan (multitasking) merupakan cara yang baik untuk mengatasi keterbatasan waktu. Hasil studi justru menunjukkan bahwa memusatkan perhatian dan pikiran pada satu soal lebih dulu, dan baru beralih ke soal lain setelah yang terdahulu selesai, merupakan cara pengelolaan pikiran yang efisien dan efektif. Pikiran tidak bercabang-cabang pada waktu bersamaan, dan ini menyebabkan penyelesaian pekerjaan memerlukan waktu lebih lama.
Tak kalah penting ialah dimensi keempat, yaitu spiritual. Energi spiritual terkait dengan makna dan tujuan dari kita bekerja. Jika kita bekerja untuk mencari uang, ya hanya uang itu yang kita peroleh. Bila kita bekerja untuk tujuan yang lebih berarti, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Energi spiritual ini sangat membantu kita manakala menghadapi berbagai tekanan. Di saat letih, begitu kita ingat apa tujuan kita bekerja, kita merasa memperoleh kembali energi positif, yang membuat kita bersemangat kembali dan konsentrasi kita meningkat lagi.
Keprigelan kita dalam mengelola energi fisik, emosi, pikiran, dan spiritual sangat berpotensi menghasilkan kinerja yang lebih hebat dibandingkan dengan bila kita berkutat pada pengelolaan waktu. Lagi pula, berbeda dengan waktu, dimensi-dimensi energi tadi dapat disegarkan kembali melalui berbagai aktivitas teratur. Agar fisik bugar, kita berolahraga. Agar emosi terkendali, kita berlatih dengan berpuasa. Agar pikiran terpusat, kita bermeditasi. Agar energi spiritual meningkat, kita bersyukur. Tentu saja, ada cara lain yang masing-masing orang bisa melakukannya. (sbr foto: tempo.co) ***
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.