Photo;Salah Satu Proses Membuat Atap Rumbia (Hateup) Eurih (Ilalang)*doc/pri.
Bila kita melihat gaya bangunan dengan *Ber-atapkan Rumbia (bahasa sunda *Hateup) untuk beberapa bangunan Rumah Makan ,Villa-vila cantik bernuansakan bangunan Orang zaman dulu ataupun bangunan-bangunan yang ingin diset oleh si empunya bangunan sebagai tempat yang nyaman dipakai untuk bangunan –bangunan santai maka kitapun kadang berfikir dan bertanya “Siapakah para Pembuatnya ? dan dimana Mereka berada ?.
Karena bila kita telisik lebih jauh lagi , Atap Rumbia tersebut (Hateup), itu terdiri dari beberapa Jenis yang bisa dipakai membuat Teduhnya sebuah bangunan bernuansakan “Keteduhan” Khas bangunan orang-orang zaman dulu sebelum Atap Jenis Genting Tanah dibuat dan diproduksi besar-besaran dan melibas Ke-Khasan pembuat Atap sebuah bangunan atau Rumah warga diseluruh Nusantara .
Bangunan tempat-tempat khusus untuk ternak-ternak miliknya para Orang-orang di zaman yang telah lalu biasanya sampai kinipun masih memakai atap rumbia “Hateup” tersebut , gubuk-gubuk Kebun dan Sawahnya para Petani di Wilayah Negri ini masih banyak yang mempertahankan Tradisi Atap dengan jenis Hateup yang dimaksud .
Lalu para Pengusaha Rumah Makan dan para Pengusaha Kuliner lainnya sering juga kita jumpai mereka memasang Atap rumbia itu yang bisa kita lihat disepanjang jalan yang kita lalui bila kita bepergian jauh ke-luar Kota .
Mungkin mereka (yang memasang atap rumbia itu) “Ikut Rindu Masa lalu” dengan menerapkan design bangunan yang atapnya memakai hateup tersebut.
Hateup (atap rumbia) itu terdiri dari beberapa jenis bahan ,diantaranya ada yang berbahan Daun Kiray, Daun Kelapa, Ilalang (Eurih bahasa Sunda-Pen) dan dari Bahan Ijuk yang berasal dari Pohon Enau ataupun Pohon Aren yang kini telah langka karena seiring Zaman .
Dari beberapa Jenis bahan hateup itu bahan dasar pembuatan hateup yang diminati Oleh para Peminat Pembuat bangunan bergaya “Nyantai Sejuk Dan Bernuansakan Masa Lalu” adalah Jenis Hateup Dari Kiray dan dari Ilalang (eurih).
Kini para Pembuat (ahlinya) Hateup itu telah jarang kita temui , karena seiring zaman pula , Hateup itupun telah tergerus dengan “Ngetrend”-nya Genting Tanah yang dipasang dibangunan-bangunan masa Sekarang , atas tergerusnya Hateup itupun Kini pembuatan Hateup tersebut banyak yang menghentikan kerajinan tangannya .
Namun berkat tingkat “Kepenasaranan” penulis yang selalu punya Hati Penasaran ingin serba tahu (Karena Teringat lagu Dangdut dengan judul Penasaran,,Ehmm) “sampailah” penulis kesebuah Kampung yang Bernama Kampung Talun Desa Selebu Kecamatan Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat pada Senin Siang (23/02).
Hampir 80%-nya Warga Dikampung tersebut (sekitar Satu Ke-RT “Rukun Tetangga”-an) bekerja Membuat Hateup dengan bahan dasar Daun Pohon Kiray dan Hateup Eurih (ilalang).
Para Pembuat hateup Kiray dan hateup Eurih itu punya Induk Semang yang bersedia Memasarkan (Kita Sebut Saja Bandar Hateup)Memasarkan barang yang telah selesai dibuat .
Dan penulispun sempat mendengarkan (bagi ceritanya) para Pembuat hateup itu ,bahwa mereka masih mempertahankan pembuatan hateup Kiray dan hateup Eurih tersebut karena tidak ada lagi mata pencaharian yang Pass dan cepat “Update” mendapatkan Uang dengan Cepat.
Alhasil Kesinergysan antara Bandar dan Pembuat hateup itu telah dijalin berpuluh-puluh tahun lamanya “Walau hasilnya tidak seberapa , namun kegiatan nganyam hateup eurih ini bisa membantu pekerjaan suami saya yang hanya Buruh Tani!” Ucapan itu terdengar dari suaranya Bu Ida (35) seorang pembuat Hateup Eurih ketika sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya.
Untuk satu buah Hateup Eurih yang dia Kerjakan ,Bu Idapun menuturkan ceritanya bahwa dirinya hanya memperoleh Rp.100,-perbuahnya , “Biasanya saya hanya bisa menyelesaikan Hateup ini sebanyak 150 Buah perharinya ,jadi bayaran yang saya dapatkan perhari adalah Rp.15.000,- , ya hitung-hitung mengisi waktu luang sambil nunggu suami pulang dari Kebun dan dari sawah saja ,dan kiprah saya ini lumayan buat nambah biaya Jajan Anak saya yang masih sekolah di Sekolah Dasar” lanjutnya.
Bu Ida-pun sempat bercerita bahwa untuk memperoleh bahan dasar Daun Kiray dan Daun Ilalang dia Tidak Mempermasalahkannya , karena semua bahan dasar itu diantar langsung oleh Suaminya dari Bandar yang Bernama Pak E’li “Hanya membuat tali dari bambu dan alat yang dibuat untuk penjepit dari Bambu , suami saya yang mengerjakannya “ Tuturnya.
Salah seorang Wargapun sempat pula menuturkan “Suka Dukanya” menjalani Pekerjaannya membuat Hateup Kiray dan Hateup Eurih (Ilalang), “Untuk saat ini usaha yang kita jalani lagi mengalami Krisis , para peminat dan pembeli hateup jarang datang Ke-Boss kami untuk memborong Hateup,makanya kini kami hanya bekerja ala kadarnya saja!” Ucapnya .
Lalu diapun melanjutkan obrolannya “ Ya..kami tidak berharap banyak dari usaha yang kami semua jalani ini,semoga kedepannya Pembuatan hateup yang kami jalani ini ada dalam kemajuan” Imbuhnya.
Penulispun sempat mendatangi Bandar (Boss) Hateup yang bernama Pak E’li yang punya Kios Dipinggir Jalan Raya Salawu-Garut Dititik Kampung Talun itu ,dia sempat menyampaikan Daftar Harga hateup Kiray dan hateup Eurih “ Untuk Satu *Jalonnya (*istilah banyaknya Hateup satu Buah-Pen) saya Jual Rp.30.000,-“ jelasnya.
Pak E’li-pun sempat menjelaskan Ke-Awtan Atap Rumbia (Hateup Kiray Dan Hateup Eurih) tersebut , “Bila Pasangannya Tahap 3 maka Akan Terpakai selama 10 Tahun Juga , namun bila hanya Dua Tahap paling-paling juga hanya terpakai selama 5-7 Tahunan saja ” Jelasnya mengkahiri bincang-bincangnya dengan Penulis.
*Semua Kiprah manusia itu pasti Ada Rezekynya ,Tuhan Kita maha Adil dan Bijaksana , semoga tulisan sederhana ini ada manfaatnya.Amiin Yaa Robbal Alamiin@by;sang maha pujangga.
*Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya,Indonesiana Tempo.co(23/02/2015).
Asep Rizal.
Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.