Bukan saya tidak suka batu akiq, namun sifat pelupa itulah yang tidak boleh melekat kepada pria penggemar akiq. Berulang kali saya mendapat hadiah non gratifikasi dari sobat dalam bentuk batu. Batu akiq itu bahkan sudah diikat apik dan indah dengan segala macam pesan bahwa batu tersebut memiliki sesuatu. Nah karena sifat pelupa itulah batu akiq tidak bisa terlalu lama nangkring di jemari manis tangan kiri.
Batu itu tertinggal di tempat wudhu, di kamar mandi atau ditempat lain ketika cincin berbalut batu tersebut harus di buka karena akan berbersih tangan. Setelah berlalu berjam jam baru teringat bahwa batu itu telah tertinggal, dan bagi saya kehilangan batu nampaknya tidak terlalu merisaukan karena memang tidak terbiasa mengagung agungkan batu. Lain halnya dengan arloji, apabila jam tangan itu tertinggal maka segera saja signyal tubuh memberi tahu bahwa ada yang tertinggal. Oleh karena itu untuk urusan jam dan dompet jarang tertinggal bin hilang ditempat umum.
Kamis lalu ketika berkendara trans jakarta saya menyaksikan keajaiban batu akiq. Naik bus way dari terminal cililtan menuju semanggi saya duduk bersebelahan dengan dua orang pria dewasa. Alat transportasi idaman warga ini belum begitu penuh ketika beringgsut mengiggalkan mall PGC. Dua pria ini tampaknya tidak saling kenal mengenal karena ketika menunggu di halte mereka saya lihat tidak bertegur sapa.
Pria pertama berkopiah coklat tampat sedang sibuk menggosok batu akiq. Batu tersebut sudah diikat oleh ciincin berwarna perak. Beliau menggosok batu di atas sejenis bahan yang terbuat dari karet alam bentuknya hitam seperti dompet. Saya perhatikan pria kedua segera membuka obrolan sembari memperlihatkan batu akiq di jemarinya yang berwarna ungu.
Setelah itu dua pria yang mempunyai hobby sama seperti ratusan juta pria penggemar batu indonesia terlibat berdiskusi hangat , saya hanya bengong menjadi pendengar yang baik. Saya mohon izin mengambil foto batu akiq. Dengan senang hati mereka memperlihatkan jari manis masing masing, dan jepret jadilah dokumentasi batu akiq di dalam bus trans jakarta.
Point yang ingin saya utaerakan pada tulisan ini adalah suatu hal yang biasa saja. Namun ditilik dari keberadaan batu akiq, izinkan saya menyimpulkan bahwa kehadiran batu kecil bulat mungil tersebut telah sedemikian merebut hati para lelaki Indonesia sehingga si batu menjadi Pemersatu. Bayangkan seandainya tidak ada batu, bisa jadi para pria itu bengong dengan kesendirian, atau paling tidak mereka asyik masyuk dengan handphone.
Yes batu akiq telah begitu banyak menyita waktu pria Indonesia. Sepertinya meeka tidak peduli lagi dengan kenaikan harga BBM, Kisruh KPK vs Polri, Ahok dengan DPRD DKI. Bahkan omelan istri yang merajuk karena kenaikan harga beras, tidak mampu mengalihkan perhatian dari menggosok batu.
Salam salaman.
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.