x

Indonesiana - Di era demokrasi ini, semua aktifitas manusia bisa terdeteksi ketika seluruh peranti teknologi komunikasi saling terkoneksi

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Memata-matai Demokrasi

Interaksi Anda dengan orang lain terpantu lewat jaringan koneksi. Begitu pula kemana Anda pergi, berapa lama Anda tinggal di suatu tempat, menginap di mana, dan melakukan kegiatan apa saja—di mana-mana CCTV mengintai dan mengirim datanya ke pusat data.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah dongeng yang dikisahkan George Orwell dalam novel 1984 tengah maujud? Setidaknya di negeri AS?

Wow, rasanya malah lebih canggih dibandingkan yang dibayangkan Orwell. Dalam dongeng Orwell, televisi dua-arah menjadi ‘wakil’ negara di setiap rumah warga. Kini, apa saja yang tidak terdeteksi ketika seluruh peranti teknologi telah terkoneksi?

Sejak menit pertama Anda bangun, setiap aktivitas harian Anda tidak luput dari pengawasan—begitu tulis Heidi Boghosian dalam bukunya Spying on Democracy: Government Surveillance, Corporate Power and Public Resistance (Penerbit City Lights Open Media, Agustus 2013). Toko eceran menghimpun data Anda dan menjualnya kepada data aggregator, perusahaan telekomunikasi menyimpan rekaman data telepon Anda—kapan Anda berbicara, dengan siapa, terhubung dengan nomor berapa, dst. Belum lagi, data yang Anda tinggalkan di media sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Interaksi Anda dengan orang lain terpantu lewat jaringan koneksi. Begitu pula kemana Anda pergi, berapa lama Anda tinggal di suatu tempat, menginap di mana, dan melakukan kegiatan apa saja—di mana-mana CCTV mengintai dan mengirim datanya ke pusat data.

Heidi berbicara ihwal teknologi, masyarakat, dan kontrol terhadap kebebasan. Kemajuan teknologi, di sisi lain, semakin memudahkan kehadiran negara seperti yang diangankan Orwell. Pemerintah, dalam konteks ini, menjalin kerjasama dengan perusahaan besar untuk menjadikan warga masyarakat tetap terawasi. Dan ini memengaruhi bagaimana kita hidup dan berhubungan dengan orang lain.

(Mungkin, Anda dan saya dapat membayangkan kehidupan seperti yang digambarkan dalam film Eagle Eye—ketika dua orang yang belum pernah saling mengenal dipertemukan lewat panggilan telepon seluler dan perintah-perintah yang harus diikuti disampaikan lewat berbagai monitor yang terpasang di berbagai tempat di kota, hingga keduanya terjebak dalam bahaya).

Mengapa pemerintah memerlukan semua informasi ini? Pemerintah menghimpun data ini, termasuk dari perusahaan besar seperti telekomunikasi, internet, maupun mesin pencari, dan menciptakan database tentang ‘persons of interest’. Warga masyarakat dipilah-pilah berdasarkan perilaku pembeliannya, kecondongan politiknya, bacaan apa yang ia cari, dst. Perusahaan telekomunikasi mungkin mencetak uang dengan memonetisasi data pelanggannya, pemerintah barangkali mengawasi warganya dengan alasan keamanan dalam negeri (bukankah ide tentang departemen keamanan dalam negeri pernah tercetus saat tim transisi Presiden Jokowi tengah menggodok kabinetnya?).

Heidi, direktur eksekutif National Lawyres Guild, AS, dan seorang aktivis hak-hak warga negara, mengingatkan: perusahaan besar dan pemerintah memata-matai Anda, mengumpulkan nomor telepon yang Anda kontak, mengakses apa yang tengah Anda lakukan di jaringan internet. Hingga akhirnya Edward Snowden membocorkan dokumen top-secret kepada The Guardian dan The Washington Post, kebanyakan warga AS tidak menyadari betapa luas pemerintahnya secara aktif menghimpun informasi pribadi dari perusahaan telkomunikasi maupun korporasi besar lainnya. Badan-badan keamanan bisa mengakses email, foto, percakapan video dan audio, maupun konten dari dari Google, Facebook, maupun yang lain.

Apakah semua itu membuat warga merasa lebih aman? Sayangnya, dalam pandangan Heidi, pengawasan bak ‘big brother’ itu justru mengganggu kehidupan privasi warga, kebebasan mereka, dan masa depan demokrasi itu sendiri.

Pada suatu ketika, Indonesia akan memasuki era serupa. Apa lagi era big data sudah di depan mata. Bukan hanya perusahaan yang mengendus apa saja yang dilakukan pelanggannya, bagaimana kebiasaannya, berapa uang belanjanya, dst. Di kota-kota besar, CCTV sudah bertebaran di banyak tempat, media sosial dan internet pun dipantau. Ssst, pemerintah ingin tahu apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda bicarakan bersama kawan-kawan Anda. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler